Bagian 19

1.3K 133 1
                                    

Sedikit ada perdebatan sore itu. Siapa yang akan bermalam di rumah sakit menemani Katya? Rian dan Dani sama-sama bersikeras ingin di rumah sakit. Bu Dyah pun meminta agar salah satu saja dari mereka yang menemani Katya malam tersebut. Bu Dyah tidak mau dua orang itu berdebat lagi seperti tadi pagi, kemudian bertengkar tak jelas. Apalagi tampaknya Dani masih tidak senang dengan Rian yang kemarin pergi ke luar kota.

Perdebatan itu berakhir panjang, hingga akhirnya Katya yang meminta Rian ada di sisinya. Katya ingin menghabiskan sisa waktunya bersama sang suami. Permintaan yang membuat ribuan rasa sedih dan kecewa menusuk hati Dani. Ia punya tanggung jawab besar menjaga adiknya. Pesan dari ayahnya sebelum meninggal. Namun ia tetap menghormati keinginan Katya.

Saat sampai di rumah, Bu Dyah langsung membersihkan diri, dan kembali ke rumah sakit diantar Dani dan Faris dengan motor. Setelahnya Dani kembali ke rumah Katya. Ia memastikan Faris sudah makan malam, kemudian mereka tidur di kamar Faris setelah mengunci semua pintu. Mereka terlelap tanpa ada gangguan sama sekali hingga pagi menjelang. Bahkan Dani pun tidak terbangun saat telponnya berdering pukul sepuluh malam, karena ia menaruh ponselnya di dekat televisi untuk mengisi baterainya.

Sementara di rumah sakit keadaan jauh berbeda. Bu Dyah menahan marah kepada Dani yang tak kunjung mengangkat panggilannya. Di sana Katya kembali mengalami hal yang sama seperti sebelumnya. Gadis itu duduk di atas ranjang, kepalanya menengadah ke atas. Matanya memutih sempurna, hitamnya hilang entah kemana, sorot matanya melotot ke langit-langit kamar tersebut. Kepala Katya bergerak-gerak tak jelas seperti tidak ia memiliki tulang leher sama sekali.

Sesekali ia bersuara lirih dan serak. "Waktuku sudah habis, aku sudah sangat terlambat, aku harus pulang," ujar Katya dengan suara yang bukan suaranya.

Rian berusaha menyadarkan Katya, berteriak memanggil istrinya agar segera sadar. Sementara Bu Dyah menangis, mengaji membaca ayat-ayat berharap perlindungan Tuhan.

Polanya masih sama seperti sebelumnya. Katya sudah tertidur, lalu tiba-tiba duduk dan keadaannya sudah seperti itu. Rian yang tak tahu harus bagaimana segera keluar kamar mencari pertolongan. Ia bertemu seorang Suster dan mereka masuk ke dalam kamar untuk melihat keadaan. Suster itu bahkan hampir terjatuh melihat keadaan Katya yang amat menyeramkan. Ia segera berlari, memanggil seorang dokter yang malam itu piket di IGD.

Dokter yang datang adalah dokter yang sama seperti malam sebelumnya. Dokter tersebut kembali mendapati pasangan suami istri bernama Rian dan Katya yang kembali menghadapi persoalan yang sama. Dokter tersebut bersikap jauh lebih tenang daripada semua orang di kamar itu. Melihat keadaan Katya yang mengerikan, ia masih bisa untuk tidak menunjukkan rasa takutnya.

"Sudah lama seperti ini, Mas?" tanya Dokter itu.

"Sudah setengah jam lebih, Dok," jawab Rian.

"Saya panggilkan Ustadz yang saya kenal aja ya, Mas, ini sudah bukan ranah medis lagi," jawabnya.

Rian menurut patuh. Setengah jam kemudian sudah ada seorang Ustadz yang berdiri di samping Katya. Ia memakai baju gamis putih panjang terjulur ke bawah. Jenggotnya hitam tak terlalu tebal. Rambutnya pendek dan ia memakai peci bulat berwarna hitam. Ia berdoa di samping Katya dengan mata terpejam.

Waktu pun terus berlalu. Saat Bu Tari sudah datang bersama Pak Kasim, keadaan Katya masih belum membaik. Mereka tenang mendengarkan ustadz yang terus melafalkan firman-firman Tuhan. Sementara Katya masih tetap sama, menengadah ke atas dengan mata yang putih sempurna. Sejam dua jam berlalu. Katya masih sama, mulutnya semakin sering berujar.

"Jangan ganggu ya, Waktuku sudah habis, aku sudah sangat terlambat, aku harus pulang."

Sementara dalam pandangan Katya, ia melihat ayahnya tengah sibuk bertaman di taman rumahnya dengan seorang perempuan.

Doa Penyelamat Tumbal (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang