Bagian 7

1.5K 140 0
                                    

Di malam yang sama, Katya kembali lagi bermimpi tentang ayahnya. Mimpi yang sama persis seperti mimpi-mimpi sebelumnya. Dimana ia melihat ayahnya tengah berdoa dengan Zidan yang menjadi imam di depan. Namun kali ini tidur Katya tidak terganggu hingga pagi. Ia tidak terbangun tengah malam dengan kondisi bermandikan keringat dan nafas terengah-engah. Katya tidak mau memikirkan lagi tentang mimpi tersebut—tidak peduli tepatnya, ia pun tidak mau ambil pusing kenapa Zidan selalu datang dalam mimpi bersama ayahnya.

Pagi itu, saat Katya baru selesai mandi untuk bersiap menjemput Faris ke sekolah, ia seperti biasa mematut dirinya di depan cermin wastafel. Memberikan sedikit perawatan untuk kulitnya, dan memberi vitamin untuk rambutnya. Katya memandang rambut panjangnya yang bergelombang indah. Rambutnya masih dicat halus dengan warna merah. Menambah kecantikan Katya yang berpadukan dengan kulitnya yang putih.

Bibir Katya tersenyum manis, bersyukur Tuhan menganugerahkan karunia luar biasa untuknya. Saat Katya memperbaiki handuknya, sorot matanya tertuju pada bunga putih yang lagi-lagi ada di sudut wastafel. Mata Katya menyipit penuh selidik. Tadi sebelum masuk kamar mandi, ia sama sekali tidak melihat bunga tersebut. Bunga yang semalam yang ia lihat memang hilang disana—entah dibuang Rian atau gimana, tapi sekarang kenapa tiba-tiba bunga itu datang lagi?

Katya memilih untuk membiarkan bunga putih tersebut disana. Dengan roma merinding dan jantung berdegup kencang karena merasa takut, Katya segera keluar dari kamar mandi menuju kamarnya. Jujur saja, sekarang Katya merasa diteror oleh bunga tersebut. Namun, apa yang harus ia perbuat? ia sudah mengeluhkan soal bunga itu pada Rian, namun suaminya tak mau ambil pusing dengan masalah yang terdengar konyol ini.

Baju putih dengan celana jeans biru menjadi pilihan Katya dari lemai. Ia segera berpakaian dan bersiap-siap menuju sekolah Faris. Ketika tengah sibuk menghias dirinya di dalam kamar, Katya mendengar pintu kamarnya diketuk pelan sebanyak dua kali. Refleks saja Katya yang tengah menyisir rambut melihat cermin menoleh ke arah pintu kamar di pantulan cermin tersebut. Jantungnya kembali berdetak amat cepat. Rasa takut kembali merasuki hatinya. Katya menarik nafas pelan dan membuangnya perlahan. Tiba-tiba saja kaca jendela kamarnya diketuk dua kali. Ia menoleh, tidak ada apa-apa disana, hanya ayunan dahan pohon mangga di depan rumah yang bergoyang karena tiupan angin.

Rasa takut semakin menggebu-gebu di hati Katya. Namun ia berpura-pura santai, tak mau menunjukkan ketakutannya. Katya kembali merapikan penampilannya, gadis itu sekarang tampak terburu-buru untuk bersiap pergi. Ia ingin segera meninggalkan rumah secepatnya. Selang beberapa menit, Katya sudah selesai menghias diri dan kemudian mengambil kunci motor untuk segera berangkat ke sekolah Faris. Saat keluar dari kamar, Katya langsung saja menuju pintu depan. Tangannya sudah terulur menarik gagang pintu rumah.

"BRAAK!" suara panci jatuh terdengar dari arah dapur.

Refleks lagi Katya berbalik badan. Lagi-lagi rasa takut masuk ke dalam hatinya. Namun karena rasa penasaran yang amat besar, Katya berjalan pelan ke belakang dengan jantung yang semakin berdetak cepat, ia ingin memeriksa barang apa yang jatuh. Sesampainya di dapur Katya tidak mendapati apa-apa, semua peralatan dapurnya tersusun rapi. Tidak ada satu pun barang yang terjatuh ke lantai.

"Ah! sepertinya aku halu lagi hari ini," ucap Katya membuang semua rasa takut di hatinya. Ini rumahnya, ia tidak boleh takut dengan apapun, dan membuang rasa takutnya dengan menganggap itu semua hanya halusinasinya saja.

Katya kemudian segera menuju pintu depan lagi. Namun tetap saja ia merasa merinding, sehingga langkahnya tidak beraturan. Ketika Katya sudah mengunci pintu rumah, tanpa diketahuinya pintu kamar mandi yang sebelumnya terkunci tiba-tiba terbuka dan berdebum keras. Sesaat kemudian, bunga kantil yang tadi dilihat Katya menghilang dari posisinya tersebut.

Doa Penyelamat Tumbal (TAMAT)Where stories live. Discover now