Bagian 3

2K 164 3
                                    

Beberapa hari berlalu, kehidupan Katya dan Rian berjalan seperti biasa. Tidak ada hal janggal mereka temui. Tidak ada juga kejadian aneh-aneh seperti yang dialami Katya di hari itu. Gadis itu pun juga tidak berpikiran tentang hal yang aneh-aneh, toh memang baginya apa yang terjadi tersebut hanya angin lalu saja. Sebatas halusinasi yang mungkin disebabkan tubuhnya yang kecapekan.

Pada suatu pagi, Katya tengah sibuk membantu Faris untuk bersiap ke sekolah. Gadis cantik itu dengan telaten memakaikan seragam anaknya, mengikat tali sepatu Faris, memberi bedak tipis di wajah anaknya agar putih, hingga menyisir rapi rambut putranya itu agar terlihat ganteng.

"Dah, yuk, sarapan sama ayah," ucap Katya setelah selesai merapikan pakaian Faris.

Faris tersenyum polos, "makasih, Mama," ucapnya.

Mereka berdua keluar dari kamar Faris. Kemudian melangkah menuju dapur dimana Rian tengah mengisi piringnya dengan nasi goreng yang sudah disiapkan Katya untuk sarapan sejak pagi tadi.

"Makan sama ayah dulu ya, mama mau ke kamar mandi sebentar," ucap Katya kepada anaknya.

"Kok nasi goreng, Ma? Faris kan nggak suka!" rengek Faris yang kesal melihat menu sarapan pagi itu.

"Faris, nggak boleh gitu" ucap Rian mengingatkan tingkah anaknya.

"Sesekali makan nasi goreng nggak apa-apa kan?" tanya Katya dengan gemas melihat tingkah anaknya, "kemarin mama lupa beli daging untuk sarapan."

Faris dengan wajah cemberut naik ke kursinya di meja makan. Rian mengambil piring dan menuangkan nasi ke piring tersebut untuk sarapan Faris. Sementara Katya sudah masuk ke kamar mandi untuk membuang hajat. Selesai membuang hajat, ia bercermin sebentar, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Sebagai ibu rumah tangga, sejak bangun pagi pekerjaan Katya memang amat banyak. Mulai dari menyiapkan pakaian kerja suaminya, menyiapkan sarapan, hingga mengurus Faris sebelum berangkat sekolah.

Katya menarik nafas dan mengeluarkannya. Ia mematut diri di cermin, kemudian tersenyum, menyemangati diri sendiri agar tetap semangat menjalani kewajibannya sebagai istri dan ibu. Ia sudah memiliki suami sebaik Rian, dan ia ingin menjadi istri terbaik untuk suaminya tersebut.

Sebelum meninggalkan kamar mandi, mata Katya melirik sudut wastafel, di sana Katya kembali melihat ada bunga kantil berwarna putih. Bunga yang dalam ingatannya hampir sama dengan bunga yang sebelumnya ia lihat beberapa hari lalu. Katya menyipitkan mata, menyelidik, kenapa bisa ada bunga lagi di kamar mandinya? Teringat bahwa Rian yang terakhir kali berada di dalam kamar mandi itu, membuat Katya bersungut kesal.

Katya keluar dari kamar mandi dengan membawa bunga itu.

"Mas, kamu bawa bunga ini ke kamar mandi untuk apa?" tanya Katya memperlihatkan bunga itu kepada Rian.

Laki-laki itu melihat kepada bunga yang dipegang oleh Katya. Wajahnya berubah bingung. Ia melihat bunga tersebut dengan teliti.

"Bunga apa itu, Ya? kok bisa ada di kamar mandi?"

"Aku nggak tahu ini bunga apa, makanya aku tanya, kan Mas tadi yang terakhir masuk kamar mandi, kok bisa ada bunga ini di wastafel?"

"Aku nggak tahu, Ya. Lagi pula ngapain juga aku bawa-bawa bunga nggak jelas seperti itu ke kamar mandi?" Rian balik bertanya.

Katya dan Rian sama-sama bingung. Entah siapa yang membawa bunga itu ke dalam kamar mandi mereka. Tak mau ambil pusing, Katya memilih membuang bunga itu ke tempat sampah di belakang rumah. Tempat ia biasa menjemur pakaian. Ia sama sekali tidak menaruh curiga, kembali menganggap hal itu hanya angin lalu saja.

Pagi itu berjalan seperti biasanya. Masalah bunga aneh itu sudah tidak dipikirkan lagi oleh Katya. Gadis itu sudah melepas kepergian anak dan suaminya yang akan pergi sekolah dan bekerja. Katya kembali sibuk dengan kegiatannya sebagai ibu rumah tangga. Ia sibuk mencuci pakaian, kemudian menjemurnya di belakang. Katya juga sibuk dengan menyapu rumah dan halaman, sekaligus menyiram bunga yang ia rawat di taman depan tersebut.

Doa Penyelamat Tumbal (TAMAT)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ