Bagian 15

1.4K 140 2
                                    

Keadaan Katya masih tak berubah. Gadis itu masih menengadah ke atas dengan mata yang putih sempurna. Sesekali ia bicara, mengatakan bahwa ia sudah terlambat dan harus segera pulang. Pak Kasim dan Bu Tari yang sudah datang ke sana juga tak bisa berbuat banyak.

Bu Tari memeluk Faris yang ketakutan dan masih menangis melihat keadaan mamanya yang amat mengerikan. Bu Dyah mengaji di samping anaknya. Pak Kasim sedari tadi mencoba membacakan surat-surat yang ia hafal dan membasuh wajah menantunya dengan air yang sudah ia baca-baca dengan ayat suci. Namun tidak berefek apa-apa. Malah Katya menggeram dan menepis tangan Pak Kasim dengan kasar.

"Kau siapa? keluar dari tubuh anakku!" ucap Pak Kasim dengan lantang.

Katya tak menggubris, ia tetap seperti itu sembari mengulang-ulang kalimat yang sama. Bahwa ia sudah terlambat dan harus segera pulang. Setiap Pak Kasim menyentuhnya, Katya menepisnya dengan kasar, bahkan tenaganya tidak bisa dilawan oleh Pak Kasim yang sudah mulai menua.

"Siapa orang pintar yang bisa kita panggil malam-malam gini, Bu?" tanya Pak Kasim pada istrinya.

Bu Tari menggeleng bingung. Mereka sebenarnya kaget melihat keadaan Katya sudah begini—karena sebelumnya tidak ada yang cerita kepada mereka tentang hal aneh yang dialami Katya—terutama yang dilihat Rian di malam terakhir mereka di rumah sakit.

"Kita nggak pernah dekat dengan hal-hal begituan, Pak," jawab Bu Tari yang bisa memberi solusi. "Orang pintar yang ibu tahu ada di luar kota, Pak, tempat tetangga kita berobat itu," jawab Bu Tari.

Jawaban Bu Tari diamini oleh Pak Kasim, karena selama ini keluarganya memang tidak pernah dekat dengan hal-hal seperti ini. Sehingga saat mendapati hal-hal mistis seperti sekarang, dia benar-benar tidak tahu harus gimana.

"Apa ada Ustadz yang bisa kita mintai tolong, Bu?" tanya Pak Kasim lagi.

Bu Tari semakin bingung mendengar pertanyaan suaminya.

"Bu, Katya aku bawa pulang ya, buat teman aku disana, aku takut sendiri di sana, Bu," ucap Katya yang seketika membuat Bu Tari, Bu Dyah dan Pak Kasim kaget seketika. Seakan sudah paham apa maksud dibawa pulang dari kalimat yang diucapkan Katya.

"Kamu siapa? keluar dari tubuh anakku!" bentak Bu Dyah dengan geram seraya melawan rasa takut di hatinya.

Katya tertawa aneh "aku datang menjemput Katya, tapi ayahnya selalu menghalangiku," jawabnya yang diakhiri juga dengan tawa.

"Cepat keluar dari tubuh anak kami! jangan ganggu dia!" Pak Kasim membentak dengan nada amat tinggi.

Kepala Katya kembali bergerak aneh, seakan benar-benar tidak ada tulang di lehernya. Ia kembali tertawa. "Bu aku bawa Katya, ya, ini udah sangat terlambat, Ratu kami udah marah," ucap Katya setengah berbisik.

"Keluar cepat!" teriak Pak Kasim.

Lagi-lagi Katya tertawa, ia tidak bicara lagi. Hanya melotot tajam ke atas dengan kepala masih menengadah, sesekali bicara bahwa ia sudah terlambat dan harus segera pulang. Berulang kali mereka berusaha mengusir sosok yang merasuki Katya dengan membaca ayat suci. Namun keadaan Katya tak kunjung membaik.

***

Katya tengah duduk di teras rumahnya. Di taman rumah ia melihat ayahnya tengah sibuk mengurus taman dengan seorang perempuan yang tidak ia kenali. Katya tersenyum setiap kali Sang Ayah melihat kepadanya.

"Kamu belum mau pulang, Ya?" tanya ayahnya sewaktu-waktu. Katya hanya tersenyum dan menggeleng.

Saat Katya melihat perempuan yang tengah sibuk berkebun bersama ayahnya, ia merasa pernah melihat wajah perempuan itu, tapi entah dimana, Katya tidak ingat sama sekali. Wajah perempuan itu tampak cemberut—kesal tepatnya. Saat ia melihat kepada Katya, matanya melotot tampak menahan marah. Lalu Katya akan melihat lagi kepada ayahnya, dan Si Ayah akan bertanya lagi.

Doa Penyelamat Tumbal (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang