44. Excitement (End)

Start from the beginning
                                    

Nah, panjang umur, Katrin menyadari sosok Garvin kembali dari kantin dan berjalan mendekat ke arah mereka yang masih berkumpul di dekat mading.

"Jadi jam berapa tandingnya?" tanya Garvin sambil menenteng air mineral yang dibelinya. Satu botol untuknya dan satu lagi dia serahkan pada Katrin. Katrin tentu menerimanya dengan suka cita.

"Jam sepuluh," jawab Dewi buru-buru. Dia yang semula duduk langsung berdiri, bersiap-siap pergi, gelagatnya sih dia salah tingkah dengan serangan Bian.

"Mau kemana, Wi? Lo belum jawab pertanyaan gue," cegat Tiana.

"Gue duluan ya, gue harus siap-siap sama anak-anak yang lain. Tolong support gue nanti dengan sepenuh hati kalian," kata Dewi. Dia melambai singkat dan langsung pergi. Bahkan panggilan Katrin dan Tiana  tidak dihiraukannya.

"Wah, baru kali ini gue liat Dewi salting," decak Oka.

Mendengar itu, Bian cuma nyengir.

"Tau ah, lo sama Dewi jahat banget, Kat, teganya meninggalkan gue jomlo sendirian disini." Tiana menyilangkan tangan, pura-pura sebal.

"Kan ada Oka, Na. Kami kasih ruang buat kalian penjajakan," ucap Bian dengan enteng.

Oka tampak kaget sekaligus tidak terima. Tapi dia cuma geleng-geleng kepala. Sedangkan Tiana tak sungkan menatap Oka dengan malas.

"Udah ah, bye. Kita di dunia emang terlahir sendirian, ini sudah takdirnya gue ngerasa kesepian."

"Eh lo mau kemana? Gue ikut," cegah Katrin karena Tiana juga mulai berancang-ancang meninggalkan tempat ini.

"Main sama pacar lo sana, Kat, gue sakit perut, mau ke toilet."

Tiana pun berbalik dan pergi setelah melambai singkat.

Katrin berdecak. Dia menoleh ke arah Garvin, tuh cowok pasti bakal main dengan Bian dan Oka. Meski sudah jadian, selama ini ketika di sekolah Garvin memang lebih sering ngumpul dengan teman-temannya dibanding sama Katrin. Alasannya sih sederhana, biar nggak ketahuan banget bucinnya. Selalu menempel jika kemana-mana juga pasti akan menjadi bahan omongan orang-orang. Jujur saja, Katrin suka risih kalau mulai diceng-cengin nggak karuan.

Namun Bian dan Oka sepertinya sadar situasi. Mereka langsung pamit juga meninggalkan Garvin dan Katrin di depan mading. Bian bilang mereka nanti harus berkumpul di lapangan belakang untuk menyaksikan Dewi dan perwakilan kelas mereka bertanding voli satu jam lagi.

Jadi, tersisa hanya Garvin dan Katrin di depan mading. Katrin memberi dua opsi, mengajak cowok itu duduk di kursi panjang di dekat sana atau melipir ke depan ruang OSIS karena disana sedang ada pameran hasil lomba fotografi. Tapi Garvin memilih opsi pertama karena katanya kalau ke ruang OSIS, nanti Katrin justru akan ketemu Reihan.

Katrin cuma bisa melengos geli.  Padahal cowok itu tahu sejarahnya dengan Reihan sudah benar-benar usai. Tapi tetap saja Garvin suka mengejeknya kalau menyangkut tentang ketua osis itu.

"Tadi kalian ngobrol apa sih sampe Tiana mencak-mencak?" tanya Garvin setelah mereka duduk dengan rileks sambil menatap arah lapangan yang dilalui oleh banyak orang. Hari ini kegiatan belajar mengajar memang ditiadakan, oleh sebab itu, di jam-jam begini lapangan dan setiap sudut sekolah dipenuhi oleh siswa-siswi dari berbagai kelas.

"Penyakit jomblonya kumat. Nggak bisa liat yang uwu-uwu."

"Uwu-uwu?" tanya Garvin bingung. Sepertinya itu kosa kata yang asing baginya.

"Uwu-uwu means something cute and sweet," jelas Katrin agak ngasal.

Garvin tampaknya tak terlalu terkesan dengan istilah itu, dia cuma menggumamkan kata oh dengan singkat.

Karena KatrinaWhere stories live. Discover now