Bagian 26

5 6 0
                                    

Lapangan Indoor

"Ada Radit?" Tanya Naura ke adik kelas yang sedang men-drible bola basket.

"Itu kak, di atas sana."

Naura langsung menaiki kursi penonton dan duduk di sebelah Radit.

"Gua ga mau diganggu." Ujar Radit dengan mata yang masih terpejam.

"Kamu udah makan?"

Sontak Radit langsung membuka mata. "Naura."

"Kenapa ga ke kantin?"

Radit segera duduk dan mendekati Naura. "Kamu udah ke kantin?" Tanyanya balik.

"Di sana panas, lebih nyamanan di sini." Naura langsung meletakkan dua bungkus makanan ke pangkuannya.

"Kapan kamu beli?"

"Tadi sebelum ke sini, nih." Naura menyerahkan satu makanan tersebut ke Radit dan satunya lagi untuknya.

"Makasih."

Naura mengangguk singkat dan mulai mengunyah makanannya.

"Tentang waktu itu, maaf." - Naura

"Aku yang harusnya minta maaf. Aku ga dengerin penjelasan kamu dulu dan langsung marah-marah ke kamu" - Radit

"Nadia gimana kabarnya?"

Radit tidak jadi menyuapi sesendok nasi goreng ke mulutnya. "Dia udah membaik. Kata dokter harus banyak-banyak istirahat dan ga boleh banyak pikiran."

"Oh, iya. Kamu udah tau permasalahan Tirta?"

Naura menyerjit heran. "Tirta kenapa?"

"Beberapa hari kemarin kenapa ga aktif wa?"

"Hp aku rusak, jadi sekarang lagi diperbaiki. Itu, si Tirta ada masalah apa?"

Radit menggeleng. "Bukan apa-apa, lanjut aja makannya."

"Dia beneran itu...?" Tanya Naura ragu-ragu.

"Kayaknya. Aku juga masih belum percaya. Kamu tau dari mana?"

"Orang-orang pada nyeritain dia, jadi aku ga sengaja denger." Naura sedikit berbohong, padahal ia sudah lebih dulu tau dari Bryan.

"Selain itu, apalagi yang kamu tahu?"

Naura tampak berpikir. "Udah, itu aja. Kenapa?"

"Gapapa. Minum dong."

Naura langsung menyerahkan sebotol minuman ke Radit. "Makasih sayang."

Naura membalasnya dengan senyuman. "Jangan dihabisin, aku cuma beli satu."

"Sengaja ya? biar satu berdua?"

"Dih, sok tau. Aku bawa uang pas."

"Iya deh, aku percaya." Ngalah Radit.

"Kok pakai deh!" Kesal Naura.

"Maaf sayang, ga lagi pakai itu."

Naura langsung tersenyum merasa menang. "Itu wajib, harus ngalah sama bidadari."

"Kenapa jadi makin pede gini? kamu ga kesambet 'kan?"

"Ih, engga ya. Ini tuh sebuah penghormatan yang sudah diucapkan oleh banyak orang. Sejenis pengakuan yang tertunda."

Radit tergelak. "Ada-ada aja pacar aku."

"WOI BUCIN!!"

Sontak Radit dan Naura menoleh ke asal suara.

"Ada yang mau gua omongin, Dit." Teriak Ruben lagi.

Radit langsung berdiri dan mengacak-acak gemas rambut Naura. "Tunggu sebentar ya. Si jones manggil."

D'amore (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang