Bagian 3

13 11 0
                                    

"Nau, ada bingkisan di laci."

Naura meletakkan tas sekolahnya ke bangku, lalu menyerjit ke arah isi laci meja.

"Dari siapa, Za?"

"Gatau, pagi-pagi buta memang udah ada tuh barang."

Naura membiarkan bingkisan tersebut di dalam laci dan segera ke ruang osis.

Ruang Osis

"Wil, yang lain pada ke mana?"

Wildan menoleh ke arah asal suara. "Belum datang kayaknya, Nau."

"Kita jadi rapat 'kan nanti?"

"Jadi kok, cuma ya nunggu kepastian pembina osis dulu. Apalagi kan kita mau lengser dari jabatan lama."

Naura mengangguk setuju, "Lo lagi buat apa tuh?"

Wildan langsung menyembunyikan apa yang ia buat tadi. "Bukan apa-apa."

"Ih, lo kok main rahasia-rahasiaan." Jengkel Naura.

"Lo ga boleh tau, ini rahasia gua."

Dengan sekuat tenaga Naura berhasil merampas kertas yang Wildan buat.

Pesan & Kesan

Naura tergelak. "Hah? lo mau buat ginian?"

"Udah gua duga."

"Eh, sorry gua ketawa. Cuma ya lucu aja pakai disembunyikan segala."

"Secara gua takut merusak citra gua sebagai ketos terganteng se-periode osis aja sih."

Naura hendak muntah saat itu juga. "Idih, ngaca pak. Gua setuju aja sih kita buat gituan, biar ada kenangan manis selama menjabat."

"Nah, akhirnya ada yang memihak gua juga."

"Lah, memangnya yang lain pada ga setuju?"

"Bukan ga setuju, cuma ketawa ga jelas dan ngeledekin gua."

"Ya, tapi 'kan endingnya juga terpaksa setuju."

"Oh, jadi lo juga sama kayak mereka?"

Naura menahan tawanya. "Menurut lo?"

"Ga asik lo, pergi sana."

"Dih, jadi ketos baperan amat. Eh, mantan ketos aja deh, 'kan sebentar lagi mau ditendang sama sekolahan."

"APA?!!"

"Kabur ah." Naura langsung pergi dari ruangan osis, takut Wildan menjadi buas.

Kring kring

Bel masuk berbunyi.

Naura dan Faza menatap secara bersamaan di saat pak Candra masuk.

"Yah, rusak mood gua."

"Ga boleh gitu, Za."

"Tapi terkadang lo juga ga mood 'kan?"

Naura terkekeh, "Dikit sih, selebihnya sangat tidak mood banget."

Faza ikut terkekeh. "Sa ae lo. Kelamaan pacaran sama cowok bad ya gini, jadi malas belajar."

"Faza."

"Iya, iya. Pacar lo selalu benar, udah 'kan?"

"Bisa diem ga? pak Can lihat ke arah kita nih."

Faza akhirnya diam dan tidak menggubris ucapan Naura lagi.

Jam Istirahat

"Cuit, cuit. Cewek." Sapa Abiyu.

Faza menatap tajam ke arah pintu kelas.

D'amore (End)Where stories live. Discover now