Bagian 15

5 7 0
                                    

Setelah selesai dari uks, Naura langsung menuju ke lapangan basket.

Namun, Naura tidak melihat keberadaan Radit di sana.

"Kakak pacarnya bang Radit, ya?"

Naura mengangguk singkat.

"Bang Radit baru aja pergi, tapi tadi sempat titip pesan biar kakak nunggu sebentar di halte depan."

"Pergi ke mana?"

"Kurang tau, kak. Tadi bang Radit buru-buru. Pesannya aja dia kirim lewat whatsapp."

"Makasih."

"Sama-sama, kak."

Naura langsung pergi dari sana dan menunggu Radit menjemput di halte seberang sekolah.

Hampir setengah jam lamanya Naura menunggu kedatangan Radit, namun yang ditunggu belum datang-datang juga.

"Apa gua pesan ojol aja ya?"

Saat Naura hendak memesan ojol, tiba-tiba suara klakson mengagetkannya.

Tin tin

"Maaf buat kamu nunggu lama."

Naura sangat mengenali suara tersebut. Ia langsung mendongak dan memasang wajah cemberut. "Kurang lama, Dit."

Radit nyengir. "Maaf sayang, aku tadi ada urusan mendesak."

"Urusan apa?"

Radit hendak turun dari mogenya, namun langsung dihadang oleh Naura. "Stop disitu, biar aku yang ke sana."

Setelah Naura sampai di dekat mogenya Radit, ia melipat kedua tangannya di depan dada. "Urusan apa?" Tanyanya lagi.

"Janji dulu sama aku."

"Apa?"

"Jangan marah setelah aku kasih tau."

Naura berdehem. "Hm."

"Kan, marah."

"Dengan kamu ga ngabarin aku udah buat aku marah, Dit."

"Tapi aku udah minta maaf, Ra."

"Untuk mengulanginya lagi, iya?"

Radit merapikan rambutnya yang sedikit basah. "Kamu capek ga sih kita harus debat terus kayak gini?"

"Menurut kamu?"

"Oke, aku akan jujur. Tadi aku ke rumah Putri untuk nemanin dia kontrol ke rumah sakit. Dia punya penyakit TBC, jadi harus rutin cek kesehatan sekalian ambil obat rutin yang harus dia minum. Kalau sampai dia lupa, nanti hitungannya ulang lagi dari awal. Pokoknya obat itu harus dia minum setiap hari tanpa terlewat selama 6 bulan masa percobaan."

"Sedetail itu."

"Maksudnya?"

"Ya kamu."

Radit semakin dibuat bingung. "Aku ga paham, Ra."

"Kamu sedetail itu menjelaskannya ke aku."

"Buat meyakinkan ucapan aku barusan, aku bakal ajak kamu ke rumahnya sekarang."

"Ga usah, aku lagi capek banget hari ini."

"Aku tau kamu lagi marah, tapi jangan gini sama aku. Aku cuma mau kamu percaya sama aku, makanya aku ngajak kamu ketemuan sama Putri."

"Ga enak ganggu Nadia, pasti sekarang dia lagi istirahat."

Ting

Radit langsung merogoh saku celananya dan mengecek notif yang baru saja masuk.

D'amore (End)Where stories live. Discover now