Bagian 1

44 16 1
                                    

"BANGSATTTT!!!!"

Umpatan itu menggelegar di penjuru sekolah.

BUGH!

Tinjuan itu berhasil membuat beberapa guru keluar dari ruangannya.

"RADITYA SAYOGA! SEKARANG, IKUT SAYA KE RUANG BK!"

"Bacot lo." Setelah puas memberikan tinjuan keras ke lawan berantemnya, Radit pergi nyelonong ke arah kantin.

"Semuanya bubar! saya hitung sampai tiga kalau masih tidak bubar, saya bawa semuanya ke ruang bk!"

'Ih ga asik, padahal pertunjukannya sebentar lagi menarik.'

'Ribet banget si bk, jadi ga mood gua.'

'Mereka kenapa berantem?'

"Udah, udah! semuanya BUBARRR!!" Teriak Bu Gea, lalu menunjuk lawan berantem Radit tadi. "Kamu, ikut saya sekarang!"

"Shit," umpatnya.

Ruang BK

"Jelasin kronologi masalah kalian."

"Ibu tanyain aja langsung sama tuh anak."

"Ryan, jelasin!"

"Huh, saya ga tau. Tiba-tiba aja dia nonjok saya pas saya lagi asik-asiknya main basket."

"Pasti ada sebab dan akibatnya dong. Jelasin semuanya."

"Saya ga bisa jelasin. Lebih baik ibu tanyakan ke sumbernya langsung."

"Ryan!"

"Maaf, nama saya Bryan."

"Sama saja! lama-lama saya bisa naik darah sama sekolah ini. Sekarang panggil tuh anak ke sini."

"Dih, ogah. Ibu aja sana."

"APA?!"

"Iya-iya, saya panggil dulu si banci."

"RYAN!!"

"Ga kenal, nama saya Bryan bu."

Bu Gea menggelengkan kepala sangat sabar. Lama-lama bisa geger otak ia jika terus dihadapkan dengan siswa bandel seperti itu.

Kantin

"Buset, bro. Ga jadi langganan bk lagi hari ini?" Tanya Ruben.

"Itu mah wajib, cuma sekarang terkendala sama ayang bebeb aja sih. Jadi pikiran lagi bercabang, bimbang antara harus ke bk atau samperin ayang di uks." Jawab Abiyu.

"Wah, parah juga nih masalah kawan kita satu ini. Kasih solusi dong bang Abi." - Ruben

"Apa ya?" Abiyu tampak berpikir sejenak.

Brakk

Radit langsung beranjak dari tempatnya.

"Lah, mau kemana bang?" - Ruben

"Mungkin milih mati." - Abi

"Sekate-kate kalau ngomong ya lo." - Ruben

"Jadi pengen sate gua, nyet." - Abi

"Gini nih kalau pas pembagian otak datangnya di akhir. Tinggal sisa-sisanya aja yang dapat, makanan mulu yang ada dipikirannya." - Ruben

"Masbuloh. Emang masalah buat lo?" Abiyu langsung beranjak menyusul kepergian Radit.

"Idih, si babi main ninggalin gua aja." Ruben juga ikut pergi menyusul Radit.

Uks

"Udah mendingan, Nau?"

"Udah, Za. Tadi cuma pusing dikit aja, sekarang udah membaik."

"Lain kali langsung teriakin nama gua aja, setelah itu gua bakal hajar tu bocah. Berani-beraninya lempar bola segede gaban ke kepala teman gua." Jelas Faza penuh emosi.

"Lebay." Ujar Rani selaku ketua pmr.

"Dih, ngikut aja lo kayak followers."

"Gimana, Nau? tehnya udah diminum 'kan?" - Rani

"Udah, Ran. Makasih ya."

"Kalau gitu gua langsung balik kelas aja. Nanti kalau ada apa-apa kabarin gua." Rani langsung meninggalkan Naura dan Faza di uks.

Ceklek

Sontak Naura dan Faza menatap secara bersamaan ke arah pintu.

"Hm, gua juga balik kelas deh Nau." Seakan mengerti dengan keadaan, Faza langsung meninggalkan uks.

"Ekhem." Radit mendekati brankar yang ditempati Naura.

"Kamu kenapa?" Tanya Naura melihat luka lembab di wajah Radit.

"Hah?" Bingung Radit yang langsung menutup pipinya.

"Berantem lagi?"

Radit hanya diam.

"Sini, aku obatin dulu." Naura langsung beranjak dari atas brankar dan mengambil obat p3k.

"Ga usah, ini cuma luka biasa."

"Bisa infeksi."

Alhasil, Radit pasrah diobati oleh Naura.

"Oke, udah selesai. Lain kali jangan kayak gini lagi."

"Kamu udah dengar?"

"Bukan cuma dengar, tapi juga ngelihat langsung." Jelas Naura.

"Ga marah?"

"Mau gimanapun kamu ga akan dengarin aku 'kan? ya tetap percuma aja."

"Maaf."

"Buat?"

"Maaf ga bisa jagain kamu."

Naura menghela napas pelan. "Aku bisa jaga diri, kamu ga perlu merasa bersalah gitu. Lagian ini cuma musibah kecil dan dia ga sengaja mantulin bola basket ke arah aku."

"Ga sengaja apanya? dia ngelempar, bukan mantulin, Ra."

"Apa?"

Radit menggeleng cepat. "Bukan apa-apa."

Keadaan langsung hening seketika.

"Ada yang sakit?"

Naura menggeleng, "Ga ada. Semuanya aman."

Radit langsung memegangi kepala Naura untuk mengecek. "Yakin ga ada yang sakit?"

"Yakin seratus persen. Ga percayaan amat jadi pacar."

"Aku percaya. Tapi lain kali hati-hati, jangan bikin aku khawatir kayak gini."

"Justru aku malas tau bikin kamu khawatir kayak gini, sampai mau bikin nyawa anak orang melayang loh."

Radit terkekeh, "Aku ga suka apa yang menjadi milik aku, diganggu orang lain." Tiba-tiba senyuman Radit berubah menjadi datar.

"Mau ketoprak." Ujar Naura tiba-tiba untuk mencairkan suasana.

"Sebentar." Radit langsung beranjak dari sana.

"Eh, mau kemana Dit?"

"Beli gerobak."

"Hah?"

"Jangan keluar dari uks sebelum aku balik."

"I-iya." Naura langsung menghela napas panjang.

•••

"Perlakuanmu melemahkanku."

- D'amore -

•••

Assalamu'alaikum, baca cerita ini saat waktu senggang aja ya.

Jadikan Al-Qur'an sebaik-baik bacaan.

Ambil baiknya, buang buruknya.

Terima kasih ♡

D'amore (End)Where stories live. Discover now