Tanggung Jawab

2.9K 209 7
                                    

"Mereka bukan pengecut yang kabur setelah berucap. Apa yang sudah mereka ucapkan, maka pasti mereka kerjakan. Tidak peduli jika mereka dipermainkan."

***

Tempat itu masih sama berantakannya dengan kemarin malam. Hanya saja beberapa nampak sudah dirapikan dan disusun kebangunan tua yang tak jauh dari sana.

"Jadi apa lagi yang harus gue bersihin?" tanya Tia yang telah turun dari atas motornya. Gadis itu nampak mendekat kearah Rana yang berdiri dengan kedua tangan dilipat didepan dada.

"Lo gak lihat motor-motor disana.."

Tia mengalihkan pandangannya kearah yang ditunjuk Rana.

"Lalu urusannya sama gue?"

"Lo perbaiki lah, beberapa mesinnya ada yang rusak."

Tia melongo. Memperbaiki lima motor? Itu bukan pekerjaannya.

"Itu udah berkurang, dua belas motor yang lain udah diperbaiki.  Gue baikkan cuma ngasih lima motor yang harus kalian perbaiki?"

Za ikut turun dari motornya. Ia menghampiri Rana dan juga Tia.

"Jangan main-main, bengkel banyak,"

Rana terkekeh kecil mendengar bantahan dari Za, "Bengkel emang banyak, tapi kalau gak kayak gini lo mau kerjain apalagi? Yang lain udah diberesin sama temen-temen gue."

Za tak membalas, ia menghampiri Zola yang masih berdiri diantara motornya dan juga motor Tia. Yaa Za terpaksa membawa Zola karena gadis itu memaksa untuk ikut.

Dengan santai ia menarik Zola keteras gedung tua, lalu ia melepaskan jubah dan menghamparkan jubah itu diatas lantai yang sedikit berdebu.

"Lo duduk disini, tunggu gue."

Zola tersenyum, kembarannya memang sangat pengertian, "Gak usah dialas juga kali, gue bisa duduk langsung." balas Zola sambil memungut jubah Za kembali.

"Kalo lo mau duduk, didalam ada sofa," ucapan itu tentu saja tertuju pada Zola.

Za mengalihkan pandangannya menatap pemuda yang baru saja keluar dari gedung tua itu. Sedikit melihat bagian dalam gedung yang nampak lebih hidup dari terakhir kali ia masuki.

Senyum sinis dengan mudah terlihat dari bibir Za ketika mengetahui asal sumber suara yang tak lain adalah Aksa.

Pemuda itu mencari kesempatan dalam kesempitan.

"Gak usah bang, aku disini aja." balas Zola sedikit terkejut melihat kehadiran Aksa.

"Udara diluar dingin, nanti lo demam."

"Gapapa, lagian aku juga ma.."

"Lo masuk aja, benar kata dia." potong Za sebelum Zola menyelesaikan ucapannya.

"Yaah tapi kan.."

"Kalau gak pulang sana." usir Za.

"Iya-iya," balas Zola mengalah. Ia memgikuti langkah Aksa yang sudah mendahuluinya.

Dengan cepat Za menghampiri Tia yang masih berdiri bersama Rana.

"Kunci-kuncinya?" tanya Za.

"Udah ada dekat tuh motor." balas Rana meninggalkan mereka. Gadis itu nampak masuk kedalam gedung tua yang tadi dimasuki oleh Aksa dan juga Zola.

"Lo gila? Yakali kita benerin mesin motor." bantah Tia tak terima.

"Jangan ngelak lagi lo. Gak mungkin pecinta motor gak ngerti masalah ginian." balas Za sambil berjalan mendekati motor-motor yang terparkir dihalaman samping gedung tua tersebut.

My (Bad) Life-ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang