Antara Semesta dan Pencipta

3.3K 209 5
                                    


"Tak masalah jika semesta tak berpihak padamu. Kamu punya sesuatu yang lebih hebat dari semesta untuk kamu banggakan. Dia yang menciptakan bulan, dan dia yang membuat matahari bersinar. Dia yang memberikan kehidupan, dan dia yang sedang memberi pengujian. Rayu dia, tengadahkan tangan. Katakan pada semesta, kamu punya Tuhan."

***

"Jangan main-main jika ingin hidup tenang."

Kata-kata itu masih terekam jelas diingatan Za. Kemarin, sepulang sekolah ia sempat dilempari dengan batu yang diikatkan dengan sebuah kertas kecil.

Seingatnya, ia tak pernah mengusik siapapun. Tapi ia malah menerima teror dari orang yang tidak diketahuinya.

Satu hari belakangan ia tak membuat masalah, hanya 2 hari lalu ia ikut terlibat pertengkaran. Kalaupun benar berkaitan dengan pertengkaran tersebut, kenapa baru sekarang ia diteror?

Tak ingin menambah pikiran, Za tak menganggapnya serius.

Mobilnya memasuki pekarangan luas yang penuh dengan unsur estetika.

Mudah saja, gerbang pekarangan ini terbuka otomatis ketika ia masuk. Makanya ia tak melihat satpam dipos jaga.

Za melangkah mendekati pintu, ia menekan bel yang ada disana. Tidak menunggu lama, seorang wanita paruh baya datang tergesa membukakan pintu.

"Maaf, cari siapa non?"

"Stella."

"A-anu no-non Stella.." wanita itu dapat melihat sedikit kernyitan pada dahi gadis yang berdiri didepannya. Seingatnya, nonanya tak pernah membawa teman perempuan kesini. Teman nonanya yang pernah mengunjungi rumah ini hanya 3 orang, dan mereka tidak ada yang perempuan.

"Kenapa?"

"Maaf sebelumnya, non ini siapanya non Stella yaa?"

"Teman kelasnya."

"O-oh..mari masuk non," ajak wanita itu yang dituruti Za.

"Silahkan duduk non, saya panggilkan non Stella dulu"

PYAARR

Bunyi pecahan itu mengalihkan pandangan Za, ia melihat wanita yang menyambutnya tadi langsung berlari dengan tergesa menuju lantai atas.

Mungkin tak sopan, namun Za mengikuti langkah wanita itu.

"GAK! GUE GAK MAU! GUE GAK MAUU!!"

"PERGI!! LO GAK DENGAR?! GUE BILANG PERGI!!"

"PERGI!!"

"KALAU LO KAYAK GINI TERUS KAPAN LO MAUU SEHAT HAHH?!"

Za sampai didepan pintu, ia tahu. Teriakan terakhir itu suara Stella. Baru kali ini ia dengar suara Stella yang penuh emosi.

"N-non Stella tenang dulu" Marni, wanita paruh baya yang merupakan pelayan dikediaman itu mencoba menenangkan Stella.

"Gimana mau tenang bik? Lihat, dia selalu kayak gini! Gak pernah mau dengerin omongan aku!" Stella berbalik menatap Marni yang berada dibelakangnya, namun bukan hanya Marni yang ia lihat. Tapi disana, tepat di depan pintu, Za gadis itu berdiri dengan wajah seperti biasa.

"Z-Za," gagapnya.

Za berjalan mendekati Stella. Ia bisa melihat pecahan kaca yang berserakan dilantai, bukan hanya itu juga ada jejak darah disana. Mengikuti jejak itu, penglihatan Za langsung terarah menuju kaki pemuda yang sedang berdiri didepan sana.

"Lo mau mati? Udah bosan hidup?" perkataan santai namun terkesan tajam itu Za layangkan untuk pemuda tersebut.

"BUKAN URUSAN LO!"

My (Bad) Life-ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang