47

131K 13K 2.3K
                                    

Hola👋

Sebelum membaca alangkah baiknya tekan tombol vote terlebih dahulu😊

Setelah itu?

Selamat membaca😍

¤¤¤

"Raditia Manggala. Usianya 16 tahun, anak bungsu dari dua bersaudara, tinggal bersama neneknya di Indonesia sementara orang tuanya menetap di Singapura. Laki-laki di video sudah dikonfirmasi sebagai Raditia. Sekuriti pun sudah mengaku disuap oleh supir keluarga Manggala." Mata Aeron sudah memerah, dia tidak bisa tidak mencurigainya. Memang tidak ada bukti kuat untuk mengatakannya sebagi pelaku namun firasat Aeron mengatakan bahwa laki-laki inilah pelakunya.

Suara ponsel yang bergetar dibalik saku kemejanya sejenak mengalihkan emosi Aeron. Dia mengangkat telepon dari Reno-ayah Lioner dengan enggan. "Halo?"

"Lio menemukan bukti laki-laki yang menguntit Azura. Namanya Raditia Manggala, dia pindah sekolah ke SMA yang sama dengan Azura-"

Aeron langsung mematikan telepon secara sepihak dan bergegas keluar ruangan. Dewa dan yang lainnya menatap bingung ke arah Aeron. Kebingungan itu membuat Dewa mau tak mau menyusul Aeron.

***

Lioner berjalan sambil memeriksa ponselnya, di depan sana ada Kaysen yang sibuk membaca berkas-berkas. Mereka berdua akhirnya bertabrakan. Kertas-kertas di tangan Kaysen berjatuhan. Untungnya ponsel Lioner masih ada ditangannya. Tanpa bicara, Lioner ikut membereskan kertas-kertas yang berserakan. Beberapa saat kemudian tangan Lioner berhenti sejenak, dia mengambil salah satu kertas yang berisi biodata murid dan menatapnya lamat-lamat. "I-ini?"

Kaysen mengalihkan pandangannya pada isi kertas yang dipegang oleh Lioner. "Kenapa? Lo kenal?"

"Dia sekolah di sini?"

Kaysen mengerutkan dahinya mendengar ucapan Lioner. "Radit, murid pindahan. Dia juga anggota Osis."

"Azura dimana?" Lioner mendesak Kaysen untuk menjawab. "Cepet kasih tau gue Azura dimana?!"

"Gue suruh dia tunggu di ruang Osis tadi." Lioner langsung menjatuhkan kertas di tangannya dan berlari kencang menuju ruangan Osis tempat Azura berada.

Kaysen tidak tahu, saat ini Azura tengah memanggil-manggil namanya dengan harapan kecil. Tubuhnya terperangkap dalam ketidakmampuan untuk melawan. Ketakutan menyelimutinya hingga tak bisa bergerak.

"K-kay euk-sen.." Sangat sulit untuk sekedar menyebut nama Kaysen, Azura tidak bisa berteriak. Tubuhnya menolak untuk mengikuti keinginannya.

Radit menghapus air mata Azura lalu mengelus kepalanya penuh kasih walau ekspresi wajah Azura menunjukan ketidaknyamanan yang ketara. "Sayang, kamu harusnya nurut sama aku. Apa susahnya terima cinta aku? Kita bisa hidup bahagia, kan?"

Air mata Azura turun semakin deras, mulutnya terbuka tanpa bisa mengeluarkan suara. Radit malah tersenyum kegirangan sambil berkata, "Kamu yang mempersulit hubungan kita. Coba aja kamu gak nolak aku, gak akan aku pakai cara jahat seperti ini." Kepala Radit menunduk mendekati wajah Azura untuk menciumnya, sampai jarak bibir keduanya hampir terhapus, suara pintu terbuka terlebih dahulu mengintrupsi.

Brakk

Biru menendang tubuh Radit hingga lelaki itu terpental ke belakang. Segera setelah cengkraman tangan Radit terlepas, Azura langsung menangis meraung-raung. Dia memeluk kaki Biru erat-erat, suara yang sejak tadi tertahan di tenggorokannya keluar begitu saja diiringi tangisan memilukan. Biru langsung memeluk tubuh Azura dan menggendongnya untuk dibawa pergi dari sana.

Anagapesis Where stories live. Discover now