28

137K 16.6K 2K
                                    

Hola👋

Sebelum membaca alangkah baiknya tekan tombol vote terlebih dahulu😊

Setelah itu?

Selamat membaca😍

¤¤¤

Biru selalu menyukai Azura sejak lama. Sedari dulu, perasaan Biru untuk Azura tidak pernah berubah, sejak pertama kali melihatnya. Saat itu dia belum menjadi bagian dari keluarganya sekarang. Biru yang sejak bayi sudah ditinggalkan oleh orang tuanya di depan pintu panti asuhan hanya dengan secarik kertas bertuliskan nama 'BIRU'

Sejak kecil Biru sangat pendiam dan senang menyendiri. Karena enggannya bersosialisasi, banyak anak-anak panti yang lain merundungnya. Biru tidak pernah bisa mengadu kepada pengurus panti, setiap kali dia mencoba bercerita, anak lain akan memfitnahnya secara bersamaan, tentu saja Biru selalu kalah pada akhirnya. Kemudian, Biru mulai terbiasa menjadi manusia yang terasingkan di sana. Sampai pada saat umurnya tujuh tahun, panti asuhan mendapat donatur tetap. Laki-laki dewasa dengan aura berwibawa, panti asuhan mulai berubah saat dia datang. Dalam artian menjadi jauh lebih baik. Lalu minggu depannya, dia datang lagi tetapi tidak sendirian, dia membawa keluarganya. Anak-anak dan istrinya juga terlihat sangat berkilau di mata Biru. Mereka keluarga yang sempurna.

Ada anak gadis bermata tajam yang berpegangan tangan dengan ayahnya, wajahnya sangat jutek meskipun dia cantik, Biru pikir dia tidak suka ada di sini, karena di sekolahnya, banyak menemui anak-anak dari keluarga kaya bersikap kasar dan jahat kepada orang miskin, apalagi Biru sebatang kara yang hidup berkat bantuan panti. Namun, dia berbeda. Saat pembagian makanan dan mainan, anak itu selalu menghampirinya dengan wajah cemberut dan meletakan apa yang dia bawa di samping Biru, "Ini!" Katanya, tanpa menunggu respon, anak itu sudah berlari pergi menuju saudara laki-lakinya.

Biru tidak mengerti, mengapa anak itu tidak mengabaikannya saja seperti orang lain? Kadang dia menyeret saudaranya untuk mengajaknya bermain, tetapi karena Biru tidak pernah merespon, saudaranya menjadi marah dan enggan untuk menemuinya lagi. Tapi, gadis itu tetap datang, lagi dan lagi. Tidak, dia tidak mengajak Biru bermain, dia tidak mengajaknya berbicara juga, dia hanya duduk di sebelahnya lalu memberikan makanan, minuman dan mainan, setelah itu dia akan pergi lagi. Hal itu terus berulang selama dua tahun.

Suatu hari, keluarga gadis itu membawa anak-anak panti mengunjungi wahana air. Biru ikut tanpa terkecuali. Dia pikir keluarga gadis itu sangat sangat kaya karena bisa menyewa satu tempat seharian hanya agar anak-anak panti bisa bermain sepuasnya. Ada kolam khusus anak kecil dan untuk orang dewasa. Masing-masing diberikan pelampung untuk menghindari kejadian tidak diinginkan, misalnya tenggelam. Biru yang masih menyendiri, menatap anak-anak lain bermain air, ibu panti sudah membujuknya untuk bermain tetapi Biru tetap memilih diam hingga datanglah beberapa anak yang sering merundungnya.

"Kamu kalo gak mau berenang ya jangan ikut ke sini!"

"Tau! Pasti kamu sengaja kan, biar dikasihani sama Zura, biar dia kasih kamu mainan lagi?"

Biru diam. Sudah biasa mendapat perlakuan seperti ini dari anak panti lainnya. Mainan miliknya sering diambil, dia menjadi objek kecemburuan anak-anak panti lain karena mereka menganggap Azura dekat dengannya.

"Lepasin pelampungnya! Lagian dia gak mau main air!"

Pelampung yang melekat di tubuh Biru dilepas paksa oleh mereka, dan salah satunya mendorong tubuh Biru hingga dia jatuh ke dalam kolam besar yang biasa dipakai orang dewasa. Mereka menjerit panik, tetapi bukan itu yang menjadi fokus utama Biru. Dia menggerak-gerakkan kaki dan tangannya dengan harapan bisa mengapung di air, tetapi tubuhnya justru semakin cepat tenggelam. Tak lama kemudian, sosok Azura terlihat oleh mata Biru, dia berenang mendekat ke arahnya lalu menarik tangan kirinya. Dengan susah payah dia membawa tubuh Biru untuk keluar dari air.

Anagapesis Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz