42

128K 15.1K 2.9K
                                    

Hola👋

Sebelum membaca, alangkah baiknya tekan tombol vote terlebih dahulu😊

Setelah itu?

Selamat membaca😍

¤¤¤

Lioner memandangi kursi Azura yang sudah cukup lama tidak terisi. Ada yang berbeda hari ini, kelompok berisi murid-murid tampan dan hits di sekolah yang para siswi pikir diketuai oleh Lioner, terlihat menjauh satu sama lain. Biasanya di pagi hari Jendar dan Kean akan membuat sedikit keributan dengan bercandaan mereka berdua, kini terlihat sibuk dengan urusannya masing-masing. Jendar yang menelungkupkan wajahnya ke dalam lipatan tangan dan Kean yang melamun menatap dinding. Aziel juga masih belum kembali bersekolah. Sedangkan Dio hanya memainkan ponselnya acuh tak acuh. Adapula Biru yang menatap tajam punggung Lioner, mungkin jika tatapan Biru mengandung pisau, tubuh Lioner sudah tersayat-sayat. Terakhir Lioner sendiri, hari ini penampilannya nampak tidak biasa. Rambutnya kusut dan wajahnya pucat. Sejak pertama kali masuk kelas, Lioner tidak pernah melepaskan pandangannya dari kursi Azura. Ada apa? Semua orang bertanya-tanya. Apakah terjadi sesuatu dalam persahabatan mereka?

Dio melirik Biru yang duduk di kursi tepat di sampingnya. Dio tidak tahu alasan mengapa Biru tidak berani mendekati Azura sebelumnya, terlepas dari sifat Azura yang dulu sangat menyebalkan jika ada orang asing yang mendekat. Tatapi, dia cukup senang melihat Biru akhirnya mau mengambil langkah akhir-akhir ini. Namun, saat mengetahui cerita Azura, Dio merasa kasihan pada mereka berdua. Biru dan Azura. Mungkin saja jika mereka berdua dipertemukan dalam waktu yang tepat, sekarang tidak akan seperti ini. Dio juga sangat menyayangkan perilaku Lioner. Pikirnya walaupun brengsek, Lioner masih memiliki sedikit akal dan otaknya bisa berfungsi walau hanya sedikit. Tapi, lagi-lagi dia salah. Akibat dari ego tinggi Lioner, dampak buruk dirasakan beberapa orang.

"Tatapan mata lo udah kayak mau bunuh orang aja." Celetuk Dio kepada Biru. Pasalnya laki-laki di sebelahnya itu terus melempar tatapan tajam ke arah punggung Lioner. Orang-orang yang melihat pasti menyimpulkan bahwa Biru tengah bertengkar dengan Lioner. Memang, pasti sulit menahan diri untuk tidak membunuh Lioner.

Biru tidak mendengarkan Dio bicara. Dia terlalu sibuk memadamkan api emosi yang terus menerus berkobar dalam dirinya ketika melihat Lioner. Manusia tidak tahu malu itu tampak biasa-biasa saja setelah perbuatannya kemarin. Biru tidak rela Lioner baik-baik saja sementara Azura sedang berjuang dalam penderitaannya.

Sampai waktu istirahat tiba, orang-orang bergegas pergi dari kelas untuk menghindari suasana dingin yang sejak pagi menyelimuti. Menyisakan mereka yang menjadi bahan perbincangan banyak orang tadi. Kean adalah orang yang pertama kali membuka mulutnya, "Gue penasaran, apa yang ada di pikiran lo waktu ninggalin Azura malam itu?"

Ucapan Kean yang ditujukan kepada Lioner membuat orang-orang yang mendengarnya mengangkat kepada. Kean membicarakan topik sensitif yang seharusnya tidak dibicarakan di saat-saat seperti ini. Dio terkekeh geli. Lucu sekali, dulu Kean pasti menjadi orang pertama yang akan membela Lioner jika lelaki itu memperlakukan Azura dengan semena-mena. Tapi, sekarang? Dia berlagak seolah dirinya tidak pernah membenci Azura. "Dulu lo yang paling semangat kalo Lio ngasih perlakuan buruk ke Azura."

Kean mengerutkan dahinya. Dia tidak suka dengan ucapan Dio. Walaupun tidak sepenuhnya dia salah, tetapi Kean tetap tidak suka. "Tapi kelakuan Lio malam itu tetap salah!"

"Gue gak lupa waktu pertama kali tau Lio ninggalin Azura, pas Dio negur Lio, lo yang bela dia. Lo juga bilang Azura lebay." Kali ini Jendar yang menanggapi ucapan Kean. Ada sedikit rasa bersalah pada Azura, karena bagaimana pun tragedi itu terjadi ketika dia dan teman-temannya sedang berpesta. Rasanya seperti bahagia di atas penderitaan orang lain.

Anagapesis Where stories live. Discover now