29

139K 17.6K 2.6K
                                    

Hola👋

Sebelum membaca alangkah baiknya tekan tombol vote terlebih dahulu😊

Setelah itu?

Selamat membaca😍

¤¤¤

"Lio?"

"Ya, Zura?" Lioner tersadar dari lamunannya. Dia menoleh ke arah samping, bukan Azura yang dia lihat, melainkan Jiana. Lioner hampir melupakan keberadaan Jiana karena sibuk memikirkan tentang Azura yang tadi meninggalkannya begitu saja. Biru juga bertingkah seolah dia tidak melihat Lioner, padahal jelas sekali dia dan Azura menatap ke arah dirinya sebelum masuk ke dalam mobil.

"Lio?" Jiana kembali memanggil namanya. Lagi-lagi Lioner tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Iya? Lo ngomong apa tadi?" Lioner berdehem sekilas, tangannya yang memegang sedotan mengaduk-aduk minuman dalam gelasnya, bertanya tanpa menatap Jiana.

Jiana hanya tersenyum mendapat respon seperti ini. "Lio, aku Jiana, bukan Azura."

Tubuh Lioner tersentak saat mendengar ucapan Jiana. Dia menoleh segera ke arah gadis itu, "Gue tau."

Jiana tersenyum kembali. Dia menarik napasnya panjang dan dihembuskan perlahan. Hal ini berulang beberapa kali sebelum dia meminum minuman yang dia pesan tadi. Jiana nampak memaksakan senyumannya sambil berbicara, "Aku pikir, udah saatnya kita berhenti."

Alis Lioner mengkerut kecil, "Maksud lo apa?"

"Apa perasaan kamu ke aku masih sama kayak dulu?" Suara Jiana bergetar seperti menahan tangis. Sementara Lioner hanya diam sambil menatap kosong ke arahnya.

"Kenapa tiba-tiba bahas ini?" Lioner memejamkan matanya sejenak, meminum air hingga gelasnya kosong lalu menatap Jiana kembali.

"Aku ragu, apa dari awal kamu memang sayang sama aku? Atau kamu cuma kasian?" Jiana tersenyum saat mengatakannya, namun siapapun yang mendengar suaranya pasti menyadari betapa dia menahan tangisan agar tidak keluar.

Jiana menarik napas panjang, "Kamu selalu lindungin aku dan aku bersyukur atas itu. Tapi, aku malah ngelewatin batas. Aku malah jatuh cinta sama kamu." Air mata Jiana jatuh dan langsung gadis itu hapus menggunakan punggung tangannya. Jiana membuang wajah, "Kamu gak pernah bilang kalo kamu suka sama aku, kamu sayang, kamu cinta. Gak pernah sedikitpun."

Mata Jiana yang memerah kembali menatap Lioner yang duduk di sebrang sana, "Kamu cuma ajak aku pacaran, aku terlalu seneng sampai aku gak sadar, selama ini, kamu gak pernah bilang kamu sayang aku."

Lioner hanya diam memandangi Jiana yang menangis terisak-isak di hadapannya. Sebenarnya bisa saja dia maju dan memeluk Jiana untuk menenangkan, tetapi entah kenapa Lioner tidak ingin melakukan hal itu. Beberapa pengunjung kafe terlihat melirik ke meja Lioner, menatap laki-laki itu dengan mata menyalahkan.

"Aku egois. Aku pikir dengan cara kamu memperlakukan aku, kamu juga punya perasaan yang sama. Nyatanya enggak. Apa aku salah?" Satu tetes lagi air mata jatuh di pipinya, melihat Lioner hanya diam. Lioner selalu membantunya, memperlakukan Jiana seolah dirinya adalah pujaan hati, padahal kenyataannya berbeda. Jiana sudah sangat senang bertemu Lioner, berpikir dalam hidupnya yang suram ini, ternyata masih ada hal baik yang datang. Tapi, Jiana sadar, pada dasarnya Lioner hanya iba, kasihan, dia menolong Jiana sebagai bentuk kemanusiaan belaka. Tidak lebih. "Apa kamu pernah, sekali aja, punya rasa sayang buat aku?"

Jiana tersenyum pedih, "Kamu bahkan gak bisa jawab pertanyaan ini."

"Jiana, maaf." Akhirnya Lioner membuka mulutnya setelah keheningan yang cukup lama.

Anagapesis Where stories live. Discover now