45

115K 13.9K 1.7K
                                    

Hola👋

Sebelum membaca, alangkah baiknya tekan tombol vote terlebih dahulu😊

Setelah itu?

Silahkan membaca😍

¤¤¤

"Gue gak pernah bayangin bisa ada di ruangan yang sama bareng musuh tanpa saling bacok." Orion melirik sinis Biru yang duduk di kursi depannya dengan gaya angkuh.

"Jangan mancing keributan!" Biru menanggapinya dengan santai.

Kaysen hanya bisa menghelakan napas lelah melihat Orion dan Biru saling melempar tatapan sengit. Mereka bertiga duduk di kursi depan ruangan Azura sejak lima belas menit lalu menunggu Azura menyelesaikan terapinya.

"Sejak kapan sih, lo mulai tertarik sama Azura? Gue gak pernah denger tuh dari Kaysen kalo sebelumnya lo deketin Azura." Bagi Orion, Biru termasuk ke dalam manusia yang wajib Azura jauhi karena Biru berhubungan erat dengan Lioner. Mereka teman dekat, dan Orion khawatir Biru tidak berbeda dari Lioner.

Biru menarik senyuman kecil, melirik Kaysen di sebelahnya. "Ternyata lo suka gosipin gue." Yang dilirik oleh Biru hanya bisa memutar bola matanya dengan malas.

"Gue ketemu Azura waktu kecil. Dari awal dia udah menarik di mata gue." Biru tersenyum mengingat momen saat pertama kali dirinya dan Azura bertemu.

Orion dan Kaysen terkejut, tidak menyangka Biru sudah sejak lama mengenal Azura. "Lo temen kecilnya Azura?" Tebak Orion.

Biru menggelengkan kepalanya lemah. Jika saja mereka berdua teman kecil, Biru tidak akan pernah membiarkan Azura sendirian sejak awal, maka Azura tidak akan begitu bergantung pada Lioner. Azura tidak akan jatuh cinta pada laki-laki itu. Andai saja Azura benar-benar menjadi teman kecilnya, semua akan lebih mudah. "Gue mungkin selalu inget Azura, tapi dia gak pernah anggap kehadiran gue sebagai salah satu hal yang penting untuk diinget."

Orion tertawa mendengar ucapan Biru. "Kasian banget lo!"

Berbeda dengan Orion yang nampak senang mendengar cerita Biru, Kaysen lebih tertarik pada perasaan laki-laki itu. "Gue yakin lo udah tau soal operasi Azura." Sorot mata Orion meredup setelah mendengar Kaysen membahas tentang operasi Azura. "Lo udah berusaha sejauh ini buat diakui sama Azura, ada di samping dia ngasih dukungan, apalagi lo bilang sejak kecil lo gak pernah lupain dia. Jadi, kalo operasi itu berhasil dan Azura gak inget sama lo, apa lo baik-baik aja?"

Ada keheningan yang cukup panjang sebelum Biru menjawab pertanyaan Kaysen. "Gue harap Azura bisa dapetin keinginannya buat hidup damai. Azura udah banyak menderita selama ini. Gak ada salahnya mundur biar Azura bisa lebih bahagia."

"Lo relain kenangan lo bareng Azura dihapus demi kesembuhan Azura." Kaysen menyimpulkannya begini. Dia senang Biru tidak seegois Orion.

"Tapi, nanti Azura bakal balik lagi sama Lioner bangsat! Lo terima gitu aja Azura kembali sama si bangsat itu?" Orion masih tidak setuju dengan keputusan yang diambil orang tua Azura. Menurutnya, Lioner banyak diuntungkan dalam situasinya nanti.

"Itu artinya gue dan Azura emang gak ditakdirkan. Mau gimana lagi." Biru bisa saja mengatakannya dengan tenang dan santai, tetapi di dalam hatinya, Biru merasa seperti meremas pecahan kaca. Perih.

Prang! Brukk! Brakk!

"AKU GAK PERNAH MAU NGELAKUIN OPERASI ITU! SIAPA YANG SETUJU? KALIAN GAK BERHAK ATAS HIDUP AKU! GAK! AKU GAK MAU! SIAPA KALIAN, BERANI NGAMBIL KEPUTUSAN KAYAK GINI?"

Anagapesis Where stories live. Discover now