2·4

10 4 0
                                    

News
Seorang gadis berinisial "KA" dibunuh didekat orkestra hall XX, diduga pembunuhan berantai.

Aku membaca headline sebuah berita di layar ponselku, kemudian membaca rinciannya. Bahwa sebelum Karin ditemukan terbunuh, sebelumnya juga telah ditemukan dua korban terbunuh dengan ciri luka yang serupa dengan Karin; sayatan pada pangkal leher dan isi perut yang sudah tercerai-berai. Dari situ bisa ditarik kesimpulan, pelaku pembunuhan dua orang sebelum Karin dan Karin sendiri adalah orang yang sama, alias pembunuhan berantai.

"Gimana kabarnya Alex setelah tahu soal Karin?" tanyaku pada Reiga yang berada di sampingku, pada pertemuan kesekian kalinya di bawah pohon akasia.

"Alex lebih pendiam dari biasanya. Mukanya juga kayak capek banget. Tapi gue paham perasaannya" Reiga menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel, membaca berita serupa dengan yang kubaca.

Ya, setahuku hubungan Karin dan Alex telah bertahan selama tiga warsa dan itu adalah periode pacaran terlama yang pernah kutemukan. Namun sayang, mereka justru dipisahkan oleh maut.

Setelahnya, aku hanya bisa mengetahui jika Reiga menghela nafas panjang. Memejamkan mata, membiarkan angin yang berhembus sedikit meringankan pikiran dalam benak.

***

REIGA POV

Bun, hari ini ada di rumah gak?


Pesan itu terkirim setelah beberapa saat. Tak lama, pesan tersebut menunjukkan centang biru, tanda telah terbaca.

Bunda:
Kamu mau ke rmh kpn?

Reiga:
Sore

Bunda:
Sore bunda ada arisan
Kalo mau kesini sekalian jemputin Bunda aja, sekitar jam 5-an
Nanti Bunda share-loc

Reiga:
Klo aku dateng ke rmh jam setengah 4, trs nunggu di rmh smp jam 5, blh gk?

Bunda:
Mending sekalian anterin Bunda ke tempat arisan aja klo gitu

Reiga:
Oke
Aku manut aja

Aku menutup aplikasi pengirim pesan itu. Menatap jam yang tergantung pada dinding kost, nampak jika jarum pendeknya telah menunjukkan pukul dua siang. Mengingat butuh waktu sekitar satu setengah jam untuk sampai di rumah, maka aku segera mengambil kunci mobilku, bersiap untuk berangkat menuju tempat yang menjadi saksi bisu seorang Reiga pernah hidup.

***


Jika disuruh memilih antara Ayah dan Bunda, maka aku tak perlu berpikir dua kali untuk memilih opsi Bunda. Ayah lebih gemar bergelut dengan pekerjaannya sejak dulu ketimbang harus menemaniku bermain bola. Bunda-lah yang biasanya selalu menyertai hari-hariku, meskipun tendangan bolanya sangat payah hingga harus melayangkan beberapa lembar uang hanya untuk mengganti kaca jendela yang pecah.

Pernah suatu kali aku bertanya pada Bunda, sebenarnya Ayah sayang padaku atau tidak. Bunda pun berujar, jika Ayah menunjukkan kasih sayangnya dalam bentuk lain. Namun sampai aku sedewasa ini, aku tak paham dengan "bentuk lain" yang dimaksud Bunda.

Aku mengetuk pintu rumah bernuansa floral itu—sana sini penuh berbagai macam tanaman. Tepat diketukan ketiga, sesosok wanita paruh baya muncul dari balik pintu. Wanita itu telah rampung dengan riasannya, gamis hijau army polos dengan jilbab hitam. Bunda memang menyukai gaya berpakaian yang simpel dan berwarna gelap.

Memeluk Bintang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang