BC/29

495 42 11
                                    

Hallo, assalamualaikum.

Teruntuk para pembaca, jangan jadi silent readers ya :)

Boleh difollow dulu NilaLestari132

Happy reading ^.^

•••

Adeeva berlari meninggalkan Abizhar sendiri. Tatapan penuh tanya dari santri yang ia lewati tak Adeeva hiraukan, gadis itu butuh menangis untuk menenangkan pikirannya yang berkecamuk.

Aiza mengerutkan keningnya saat melihat Adeeva yang berjalan cepat, sepertinya gadis itu sedang tidak baik-baik saja.

"Itu bukannya Adeeva?" tanya Izzah pada Aiza.

"Iya, itu Deeva. Akhir-akhir ini dia keliatan banget kalo lagi nggak baik-baik aja, dia kenapa si?" sahut Aiza menatap khawatir Adeeva dari seberang.

"Andai ... dia mau terbuka," sambung Aiza dengan memaksakan senyumnya.

Izzah mengangguk. "Bener, Adeeva terlalu tertutup. Dia kayak ... membatasi semua orang untuk mengenal dia lebih jauh, kamu ngerasa gitu juga gak si?"

Aiza mengangguk. "Ho'oh, selama dua tahun kenal dan dekat, dia nggak pernah sekalipun cerita tentang masalahnya."

"Beberapa hari yang lalu aku lihat dia nangis tanpa suara, pasti rasanya sesek banget. Pengen aku peluk, tapi takut dianya nggak nyaman."

"Kita susulin aja gimana?" tanya Izzah meminta persetujuan.

Aiza tampak berpikir kemudian menggeleng. "Jangan. Biarin dia sendiri dulu, kita kasih jeda ... buat dia nenangin diri dan perasaannya."

Izzah manggut-manggut kemudian merangkul bahu Aiza. "Okey!"

"Yaudah yuk, kita masih ada kelas desain."

"Ayo."

•••
"Abizhar!"

Umi Sarah berlari menghampiri putranya dengan raut wajah khawatir yang sangat kentara. "Adik kamu kenapa, Alzam?"

Alzam hanya diam tak menjawab pertanyaan ibunya.

"Abah! Aisha!" teriak umi Sarah memanggil suami dan menantunya.

Aisha berlari dengan wajah paniknya begitupun dengan abah Yusuf. "Ya Allah! Abi kenapa, Mas?"

Alzam menggeleng kemudian memberi kode pada istrinya agar ia menenangkan ibunya yang menangis karena khawatir.

Umi Sarah terisak tak kuasa melihat keadaan putranya yang seperti itu.

Aisha merangkul bahu umi Sarah kemudian membawanya untuk duduk.

"Aisha ... hiks, Abi kenapa, Nak?"

"Umi tenang dulu, ya, Abi pasti baik-baik aja," ucap Aisha menenangkan.

"Ini, umi minum dulu." Aisha menyodorkan segelas air pada umi Sarah yang disambut baik oleh perempuan paruh baya itu.

"Ayo, Nak." Abah Yusuf mengambil lengan kiri Abizhar kemudian mengalungkannya pada lehernya. Mereka berdua memapah Abizhar yang tak sadarkan diri.

Alzam dan abah Yusuf membawa Abizhar masuk ke dalam kamarnya.

"Abizhar kenapa bisa sampai seperti ini?" tanya abah Yusuf setelah selesai membaringkan tubuh lemah Abizhar di kasur.

Alzam menghela napasnya. "Bentar, Bah, Alzam telpon dokter dulu," ujar Alzam dengan mengotak-atik ponselnya.

"Halo, assalamualaikum."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 28, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Bukan Cerminan Where stories live. Discover now