BC/05

354 26 0
                                    

~Happy Reading~
.
.

"Jadi gimana dong?" Tanya Adeeva resah.

"Huaaa!" Aiza histeris, pikirannya kalut sekarang ini. Memikirkan nasibnya jika sang ayah datang ke Pesantren.

Adeeva menepuk pelan bahu Aiza, gadis itu paham bagaimana perasaan temannya saat ini, karena ayah Aiza tidaklah seperti ayah kebanyakan, ia seorang yang tempramental, menuntut anaknya agar sempurna dalam segala hal tanpa bercermin bagaimana kelakuannya, apakah ia sudah menjadi ayah yang baik atau tidak.

"Aku bakal coba bicara sama Ustaz Abi," kata Adeeva membuat kepala yang tadinya bertumpu pada lutut itu menoleh menatapnya.

"Serius? Emang berani?"

Adeeva mengangguk ragu. "Tapi, aku kurang yakin si, dia bakal mau ngerubah keputusannya," tutur Adeeva menatap Aiza.

Aiza mengangguk lesu membenarkan dan kembali menelungkupkan kepalanya.

"Bener. Mana mau seorang Ustaz yang pendidikannya tinggi mau dengerin anak kecil kayak kita." Gumam Aiza.

"Apa sih, gak baik ngomong kayak gitu apalagi sama guru sendiri, jatuhnya nanti suudzon," sahut Adeeva.

"Ya ... maap, abisnya kesel."

Adeeva berdiri dari duduknya. "Masuk yuk, kayaknya mau hujan deh," Adeeva menatap langit yang telah berubah kelabu.

Adeeva beralih menatap Aiza yang masih melamun di tempat duduknya.

"Za, ayo. Nanti kita coba pikirin lagi gimana-gimananya," ajak Adeeva menarik tangan Aiza agar berdiri.

Adeeva dan Aiza melangkah pergi meninggalkan gazebo yang tadi mereka duduki.

"Eh! Btw," celetuk Aiza menghentikan langkah keduanya.

Adeeva mengernyit. "Apa?"

"Huaaa!" Jerit Aiza tiba-tiba membuat Adeeva bertanya-tanya.

"Loh?" Bingung Adeeva. "Kenapa sih?"

"Rusak sudah ..."

"Apanya yang rusak?" Potong Adeeva.

Aiza merotasikan bola matanya.

"Makanya dengerin dulu, jangan asal motong ucapan Aiza dong!" Omelnya.

"Iya, terus apa yang rusak?"

"Harga diri Ai-za."

"Apa!?" Kaget Adeeva.

"Bukan gitu maksunya, Deeva," Geram Aiza.

"Ya, makanya, ngomong tuh yang jelas."

"Maksudnya, harga diri Aiza di mata cogan! Apalagi cogannya anak pemilik pesantren lagi. Arrgh!" Papar Aiza dramatis.

"Dih, dahlah, ngaco mulu."

Adeeva berjalan meninggalkan Aiza.

"Tinggalin aja teros! Tinggalin!"

Aiza mendengus dan mengejar Adeeva yang sudah jauh beberapa langkah di depannya.

Bukan Cerminan Where stories live. Discover now