BC/27

297 18 1
                                    

Yu bisa yu 100 followers:)
Sebelum baca follow dulu NilaLestari132

Siap untuk menjadi saksi dari kisah mereka bertiga?

Jangan lupa vote dan komen ygy!

Happy Reading and typo bertebaran ^.^

•••
Abizhar menyeret koper hitam miliknya dengan santai saat kakinya telah menginjak kembali tanah dari kota kelahirannya yang selama dua minggu ini tidak ia pijak.

Alzam menoleh, lelaki itu menghela napas saat melihat adiknya yang tertinggal beberapa langkah di belakangnya karena cara jalannya yang dibuat lamban.

"Abi ... jalan yang cepat!" seru Alzam kemudian kembali melangkah tanpa menunggu Abizhar.

"Mas Alzam duluan aja, Abi lagi menikmati perjalanan," sahut Abizhar sembari melihat-lihat sekitarnya.

Alzam berhenti melangkah, lelaki itu menyapu seluruh penjuru bandara dengan pandangannya untuk mencari sopir yang akan mengantarkan mereka pulang.

"Ustaz Alzam!" Alzam menoleh dan seketika senyumnya terbit saat melihat orang yang sedang ia cari tengah melambaikan tangan padanya.

"Sini, kopernya biar saya bawakan," ujar pria yang berumur sekitar empat puluh tahun itu setelah berdiri di hadapan Alzam.

Alzam menjauhkan kopernya. "Eh, gak usah, Pak, biar saya sendiri yang bawa," tolak Alzam sopan.

Sopir itu mengangguk sembari tersenyum. "Baik. Oh iya, Ustaz, mobilnya saya parkir di sebelah barat," tunjuk sang sopir yang mendapat anggukan mengerti dari Alzam.

"Mari," ujarnya menyilakan agar Alzam berjalan lebih dulu.

Alzam mengangguk dan mulai melangkah. "Ah, iya, Pak!" Alzam menghentikan langkahnya saat teringat sesuatu.

Sopir yang diketahui bernama pak Said itu pun turut berhenti dengan menautkan alisnya. "Ada apa, Ustaz?

"Adik saya ketinggalan, Pak," ujar Alzam kemudian berbalik dan tak mendapati Abizhar di belakangnya.

"Loh? Dia ke mana?" gumamnya dengan pandangan yang menyusuri bandara.

"Abizhar!" seru Alzam saat tak melihat bayangan adiknya di mana pun.

"Bentar, ya, Pak." Alzam mengambil ponselnya kemudian menelpon Abizhar.

Mata Alzam membola saat panggilannya ditolak. "Bener-bener minta ditabok ni bocah," dumel Alzam pelan.

"Mas Alzam," panggil Abizhar dengan melambaikan tangannya, punggungnya ia sandarkan pada salah satu tiang yang ada di sana.

Alzam menggelengkan kepalanya kemudian menyusul Abizhar. "Sejak kapan kamu di sini?"

Abizhar tak kuasa menahan tawanya. "Hahahah. Pasti nyariin, ya?" goda Abizhar.

Alzam mendengus. "Gak jelas," gumamnya.

Pletak!

"Awsh!"

Abizhar memanyunkan bibirnya kemudian menyapu bekas sentilan Alzam ditelinganya.

Alzam menoleh ke sampingnya. "Ayo, Pak."

"Kita pulang dulu atau langsung ke rumah orang tuanya Adeeva?" tanya Alzam setelah mereka berdua berada di dalam mobil.

"Langsung aja, niat baik nggak boleh ditunda-tunda terus."

"Bilang aja takut diambil orang," timpal Alzam dengan memutar bola matanya.

Bukan Cerminan Where stories live. Discover now