BC/25

267 18 2
                                    

Jangan lupa follow akun wattpadku NilaLestari132

Budidayakan untuk votment sebagai dukungan, biar authornya semangat nulis🤗

•••
"Adeeva!"

Aiza melempar kemucing dalam genggamannya, gadis hitam manis itu berlari dan menghambur dalam pelukan Adeeva.

"Aaaaaa!" Adeeva terhuyung ke belakang dan hampir jatuh terjengkang jika tangannya tak ia gunakan untuk menahan beban yang didapatnya karena pelukan tanpa aba-aba dari Aiza.

"Kangen ..." adunya manja membuat Adeeva terkekeh.

"Aku juga kangen," balas Adeeva dengan memeluk sayang gadis dalam dekapannya itu.

"Aku lebih kangen," timpal Aiza membuat Adeeva tertawa.

"Iya iya, tahu kok. Aku kan emang ngangenin," canda Adeeva sembari mengusap lembut punggung sahabatnya itu.

"Hehe. Oh, iya." Aiza mengurai pelukan keduanya.

"Kondisi ayah kamu gimana sekarang?" tanya Aiza menatap khawatir manik terang milik Adeeva.

Adeeva tersenyum. "Alhamdulillah, udah lebih baik. Doain semoga penyakit yang ada ditubuh ayah aku, segera Allah angkat."

"Amin ya mujibassailin," sahut Aiza mengaminkan.

Seketika wajah Aiza berubah sendu, gadis itu mengambil tangan Adeeva dan menggenggamnya. "Maafin aku, ya? Waktu itu aku ninggalin kamu ke toilet, tapi pas aku balik lagi ... kamu udah pergi. Terus aku tanya ke ustazah Nadya, katanya ayah kamu kecelakaan."

Adeeva tersenyum mendengarnya. "Iya, gak papa kok, bukan salah kamu juga."

"Maafin aku, aku ngga bisa bayangin gimana sedihnya kamu waktu tau ayah kamu kecelakaan. Harusnya aku selalu ada buat kamu," ujar Aiza dengan mata yang berkaca-kaca.

"Gak papa, kamu nggak perlu merasa bersalah kayak gini." Adeeva tersenyum meyakinkan sembari menepuk pundak Aiza pelan.

"Tapi--- hiks!" Bukannya merasa tenang, Aiza malah menangis membuat Adeeva mengerutkan keningnya bingung.

"Ih, kok malah nangis." Adeeva mengusap air mata yang jatuh membasahi pipi Aiza dengan ibu jarinya.

"Hiks, waktu itu kamu pasti butuh sandaran dan aku nggak ada di sana buat nyedekahin pundak aku ini buat kamu ... hiks." Tangisan Aiza semakin menjadi.

Adeeva menepuk keningnya pelan. "Aiza udah, ya Allah ... dibilangin gak papa."

"Huaaa!" Aiza menjerit histeris yang mengundang perhatian dari para santri yang berada di sekitar asrama mereka.

"Aiza ... ya Allah ya Rabb." Adeeva menutup wajahnya, gadis itu tampak frustasi dengan kelakuan sahabatnya yang susah ditebak.

"Hehe." Aiza menghapus sisa air matanya kemudian memperlihatkan cengiran khasnya pada Adeeva.

"Astagfirullah!" Adeeva menepuk keningnya pelan.

"Hehe, kamu pasti capek, 'kan, abis perjalanan jauh?" tanya Aiza tanpa memedulikan tatapan santri yang mungkin saja menatapnya tak suka.

Adeeva menggeleng. "Aku gak capek-capek banget, kok."

"Sama aja, ayo." Aiza menarik tangan Adeeva.

"Mau ke mana?" tanya Adeeva menahan tangannya membuat langkah Aiza ikut berhenti.

"Kantin, perut kamu perlu diisi," sahut Aiza dan kembali menarik tangan Adeeva.

"Bentar, Nayla sama Izzah ke mana? Kok nggak ada?" tanya Adeeva sembari menyapu pandangannya ke dalam kamar mereka.

Bukan Cerminan Where stories live. Discover now