BC/24

277 20 5
                                    

Boleh difollow dulu ygy NilaLestari132

Typo bertebaran. Happy Reading!

•••
Saat ini lelaki berperawakan tinggi itu tengah sibuk memasukkan pakaian miliknya ke dalam koper.

Abizhar menghentikan kegiatannya  sejenak kemudian menoleh ke arah, di mana lelaki yang tak lain adalah kakak kandungnya yang  kini sedang berbaring telentang di atas ranjang dengan mata yang terpejam rapat, tampak nyaman menyelami dunia mimpi yang lebih indah dari kenyataan yang ada.

Pandangan Abizhar beralih pada barang-barang milik Alzam yang sama sekali belum lelaki itu rapikan. Padahal dua jam lagi mereka akan meninggalkan desa ini dan kembali ke kota Makassar.

Abizhar menghela napasnya kemudian berjalan ke arah ranjang yang di tempati sang kakak, Abizhar berinisiatif untuk membangunkannya.

"Mas Alzam," panggil Abizhar dengan menggoyangkan kaki Alzam.

"Emm ...." responnya tanpa niat untuk membuka kelopak matanya yang terpejam.

"Bangun, itu barang-barangmu belum dirapikan ke dalam koper," ujar Abizhar mengingatkan.

Bukannya membuka mata, Alzam malah mengubah posisinya menjadi miring dan menarik bantal guling untuk ia peluk. Alzam memang sangat susah untuk dibangunkan. Kebiasaan yang sulit sekali ia hilangkan.

Sebuah ide terlintas dalam benaknya, Abizhar menaiki ranjang dengan senyum evil yang tercetak dibibirnya.

Lelaki itu mengambil ancang-ancang dengan mendekatkan bibirnya di depan telinga sang kakak.

"Woy! Bangun!" Teriak Abizhar yang seketika berhasil membuat bola mata Alzam terbelalak sempurna.

"ASTAGFIRULLAH!" Alzam berjengkit kaget, lelaki itu langsung terduduk dengan mata yang melotot tajam pada sang pelaku. Sedang Abizhar yang melihatnya tak dapat menahan tawanya lagi.

"HAHAHAHAHAH!" Abizhar terbahak dengan memegangi perutnya yang terasa kaku.

Alzam mendengus dengan pandangan yang menatap kesal pada adiknya.

Abizhar menghentikan tawanya, lelaki itu menetralkan ekspresinya. "Buruan, waktu kita nggak banyak," ujar Abizhar kemudian kembali melakukan pekerjaannya semula.

Alzam beranjak menuruni ranjang dan mulai membereskan barang-barang miliknya dengan perasaan dongkol.

•••
Saat ini Abizhar dan Alzam sudah berada dalam perjalanan menuju Makassar yang dikenal juga dengan sebutan kota Anging Mamiri.

Abizhar melihat pada Alzam yang sedari tadi mengotak-atik ponsel miliknya.

"Mas Alzam," panggil Abizhar membuat Alzam melihatnya sebentar kemudian kembali lagi pada kegiatannya.

"Hm, kenapa?" Tanya Alzam.

"Sinyalnya sudah ada?"

Alzam menautkan alisnya dan kembali menatap adiknya yang masih menanti jawaban darinya.

Alzam mengedikkan kedua bahunya sebagai jawaban, ia masih terlalu kesal dengan cara Abizhar membangunkannya.

"Ya Allah ya Rab, pelit banget." Dengus Abizhar. Sebenarnya lelaki itu menyadari kesalahannya.

"Cek aja sendiri, punya hp, 'kan?" balas Alzam.

"Punya. Tapi masalahnya hp aku tuh mati, gak akan nanya juga kalo hpnya nyala," jelas Abizhar.

Alzam manggut-manggut. "Ada."

"Pinjam power banknya, Mas," Abizhar menengadahkan tangan kanannya di depan wajah Alzam..

Bukan Cerminan Where stories live. Discover now