Chapter 20

124 78 79
                                    

Kau begitu berharga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kau begitu berharga. Semua orang terdekat menyayangimu. Namun kau jauh lebih berharga dibandingkan apapun untukku. Bahkan nyawaku sekalipun.
.
.
.
.
.

Kepalanya terasa berat. Membuka kelopak mata pun terasa sangat sulit. Setelah netra terbuka sepenuhnya, Jieun melihat sekeliling. Ini bukan asramanya. Ini dimana?

Pakaian telah berganti menjadi piyama rumah sakit. Punggung tangan terasa kebas karena jarum infus menempel. Sebuah penjelasan tersirat bahwa dia ada di rumah sakit.

Kening berkerut saat melihat seseorang duduk di samping bangsalnya. Surai coklat yang jatuh menutup kening, matanya fokus menatap halaman buku yang sedang dibaca. Semacam buku kumpulan sastra inggris. Sosok manusia yang sangat Jieun rindukan.

Tenggorokan terasa kering saat Jieun berusaha mengeluarkan suara. Apa Jaehyun tidak menyadari bahwa adiknya sudah bangun dan berusaha menggerakkan seluruh tubuhnya yang kaku? Dasar kakak tidak berguna.

"Oppa... " akhirnya Jieun bisa memanggil meskipun suaranya serak dan lemah.

Jaehyun refleks menutup buku dan menyimpannya di atas nakas. Mendekatkan kursi ke bangsal lalu... Menyentil kening Jieun pelan.

"KAU GILA, HAH!!! AKU BUTUH PENJELASAN. SEMUANYA. TIDAK ADA BANTAHAN!!!"

"Aish." Jieun mengusap keningnya. "Kau selalu saja begini. Berisik. Aku haus."

Jaehyun menghela napas pelan. Mengambil gelas di atas meja lalu mengisinya dengan air. Membantu Jieun untuk duduk dan minum. Kemudian menyimpan kembali gelas yang sudah kosong di atas nakas.

Jaehyun duduk di samping bangsal. Memeluk Jieun dengan hangat. Sungguh. Dia rindu adik kesayangannya. Kenapa tubuhnya semakin kecil? Atau dia yang semakin besar dan berotot?

"Kenapa oppa bisa ada di sini?"

"Kau pikir siapa yang membuatku jauh-jauh datang ke sini, hah?" Jaehyun melepas pelukannya.

"Aku?" Jieun bertanya dengan wajah polosnya.

Jaehyun tersenyum samar sambil mengusik rambut hitam Jieun. Adiknya masih sama seperti dulu. Sangat tidak peka. Atau bodoh? Perbedaannya sangat tipis.

"Sekarang jelaskan padaku. Kenapa kau bisa ada di sini? Bukankah kau sudah berjanji kita tidak akan bertemu lagi dengan dokter Kim?"

"Maafkan aku." Jieun menunduk dan memainkan jarinya.

Jaehyun mengusap wajahnya kasar karena Jieun kembali mengeluarkan kata-kata yang tidak ingin Jaehyun dengar.

Jaehyun kembali memeluk adiknya. "Jangan katakan kalimat itu. Kau tahu bahwa itu adalah hal yang paling aku benci."

***

Jeno membulatkan mata sipitnya saat membuka pintu apartemen. Seorang pria dengan tinggi badan melebihi dirinya berdiri di ambang pintu dan tersenyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Forgetting Summer - Lee Taeyong || Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang