Chapter 18

121 71 67
                                    

Apakah Langit Paris dan Seoul itu sama? Kurasa tidak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah Langit Paris dan Seoul itu sama? Kurasa tidak. Terik mentari menyinari Paris, sedangkan bintang menggantung di langit malam Seoul. Namun yang aku tahu, hati kita terpaut pasti.
.
.
.
.
.

Rate PG-17
Pembaca bijak yaa, zu udah nge warning nih

"Cut!" sutradara Nam berteriak dengan keras dan melempar naskah drama ke atas meja. "Lee Taeyong! Apakah kau alergi sebuah ciuman? Apa kita akan melakukan adegan ini sepanjang hari?"

Taeyong membungkukkan badan ke arah sutradara Nam. Juga beberapa kali ke arah para kru film dan Han Sohee yang ada di sampingnya. Jinki dengan sigap menghampiri sutradara Nam, mengucapkan sesuatu di telinga kanannya.

"Baiklah. Istirahat lima menit." sutradara Nam meninggalkan kursinya lalu pergi.

Sebelum pergi dengan manajernya Sohee mengusap pipi Taeyong lembut dan tersenyum manis. Jinki menghampiri Taeyong yang mengusap wajahnya kasar lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Merasa sungkan karena menghambat proses syuting.

Mereka lalu meninggalkan lokasi ke ruang ganti khusus untuk Taeyong. Hanya Taeyong dan Sohee yang menggunakan ruang ganti pribadi karena merupakan pemain utama.

"Ada apa denganmu?" Jinki memberikan segelas kopi hangat kepada Taeyong.

"Entahlah. Aku tidak bisa, hyung." ujar Taeyong lalu menyeruput kopi hangatnya.

"Kau tidak pernah berciuman, hah?" Jinki melipat tangannya di dada. Merasa sedikit kesal karena adegan ciuman yang dilakukan oleh Taeyong dan Sohee sangat kacau.

"Mmm. Satu kali."

Benar. Dengan Jung Jieun. Itu juga merupakan ciuman pertamanya bagi Taeyong. Hanya saja dia terlalu gengsi untuk mengakuinya di depan Jieun.

"Jika kali ini kau gagal, sutradara Nam akan mengamuk. Dia sudah bersabar menghadapimu tadi."

"Lalu aku harus apa?"

"Lihat Han Sohee sebagai Jieun."

"Apa?!"

"Aku bukan manusia bodoh. Kau menyukai Jieun. Maksudku secara nyata. Bukan sandiwara belaka." Jinki memukul pundak Taeyong, agak keras. "Bayangkan kau bertemu Jieun. Rindu yang memuncak karena lama tidak bertemu. Lihat helaian rambut Sohee sebagai rambut hitam Jieun. Matanya, wajahnya, dan bibirnya. Bayangkan semua itu."

Dengan bodohnya Taeyong tertegun, pikiran mengikuti apa yang dikatakan oleh Jinki. Setiap kata yang Jinki ucapkan merasuk ke dalam otak kotor Taeyong. Dia menelan salivanya lalu berdeham pelan.

"Oke! Lakukan dengan benar, dude! Jangan buat adegan klimaks menjadi hambar di mata sutradara Nam." Jinki mengambil gelas kopi dari tangan Taeyong, menyimpannya di atas meja. Lalu mendorong Taeyong kembali ke lokasi syuting.

Forgetting Summer - Lee Taeyong || Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang