(36) KESAL DAN MENYESAL

Mulai dari awal
                                    

Fikirannya terfokus pada reaksi Ryn yang akan sadar nanti. Tadi, setelah menyerang Vion. Dirinya baru sadar akan hal ini. Kehilangan satu calon bayinya, pasti Ryn terpukul. Apa yang harus Ia katakan nanti.

Drrtt... Drrtt....

Khaleev yang kalut teralihkan pada getaran ponsel dimeja. Tangannya tergerak mengambil benda pintar itu saat melihat layar yang menyala menerakan nama Dokter yang merawat Ryn.

'Hallo Tuan. Nyonya Ryn sudah sadar' Mata Khaleev terbelalak sebelum memutuskan panggilan secara sepihak.

Tubuhnya bergegas ditegakkan. Dengan langkah lebar lelaki itu meninggalkan ruangan kerjanya. Tak lupa tangannya merampas kunci mobil yang tadi diletak asal pada meja.

Gas mobil diinjak dalam dengan pandangan fokus pada jalanan yang tak lenggang namun juga tak padat. Semakin dekat jalanan menuju rumah sakit,  semakin cepat juga debaran jantungnya bergejolak.

Mobil tiba dipelataran rumah sakit. Khaleev tak langsung keluar. Punggungnya dihepas kasar dengan tarikan nafas beberapa kali. Degub jantungnya semakin bermain didalam sana. Tangan menggenggam erat kemudi. Rasa tak siap menyerang, tapi harus dikalahkan karena semuanya wajib dihadapi bukan hanya difikirkan.

Setelah dirasa cukup. Khaleev melangkah mantap meninggalkan mobil mewahnya yang terparkir rapi bergabung dengan mobil pengunjung lainnya. Saat kaki dengan pentofel itu mengijak gagah dipintu masuk. Sambutan tundukan para pegawai dirumah sakit menyambut langkahnya. Berita tentang pemilik rumah sakit yang baru sudah tersebar. Wajar Khaleev dihormati.

Langkahnya berhenti saat berada tepat didepan pintu ruangan Ryn setelah tadi menempuh dengan lift. Tarikan dan helaan nafas terdengar beberapa kali tanda menetralkan kegugupan yang tiba-tiba saja timbul. Setelah dirasa aman, tangan lebar itu mulai membuka perlahan pintu didepan.


Ceklek


Pintu terbuka sepertiga. Tatapan Khaleev langsung jatuh pada mata teduh Ryn yang tengah bersandar dibrankarnya. Langkah tadi belum berlanjut karena rasa dingin menjalari sekujur tubuhnya. Tangannya menggenggam erat gagang pintu yang belum terlepas. Napasnya sempat ditahan beberapa saat sebelum dihempaskan kasar.

"Khaleev" Senyum Ryn mengembang disana. Khaleev yang dipanggil sempat terpaku. "Kamu ngapain disana? sini masuk" Lambaian tangan wanita itu mengundang langkah Khaleev berlanjut hingga menuju tepi brankar sebelum tadi menutup pintu terlebih dahulu. Tatapannya masih sama, wajah dan senyum Ryn.

"Kamu kenapa sih aneh banget?" Kernyitan timbul didahi Ryn. Kepalanya sedikit dimiringkan tanda bingung melihat gelagat Khaleev. Gerakannya sedikit kaku. Kata Dokter sih efek dirinya yang sempat koma.

"Ekhem" Khaleev berdehem sebelum diam beberapa saat. "Dokter ada bilang apa sama kamu?" Ryn sempat diam. Wajahnya tampak bingung. Jantung Khaleev di uji kembali kinerjanya.

"Kata Dokter sih, keadaan aku udah mulai membaik" Tanpa sadar Khaleev menghela nafas lega. "Tapi tadi aku lupa deh tanya sama Dokter tentang baby's. Mungkin tadi efek baru bangun ya. Karena kata Dokter aku sempat koma. Btw, mereka baikkan didalam?" Tangan itu turun bertengger diperut. Sedikit usapan dilakukan dengan senyuman merekah.

Khaleev menegang. Ini hal yang paling ditakutinya. Tapi dirinya harus apa selain jujur. Maniknya memandang acak beberapa saat sambil mengambil nafas panjang. "Baby's-" Ryn menyerngit saat Khaleev menggantung kalimatnya. Dahinya menyerngit saat melihat tatapan laki-laki itu terdapat keraguan dan kegelisahan.

"Khaleev" Tangan Ryn ditumpukkan pada punggung tangan sang suami yang berada disisian brankar.

Khaleev melirik tangan Ryn dibawah. Matanya kembali menoleh pada manik wanita itu. "Calon bayi kita tinggal satu. Tuhan lebih sayang dengan yang satunya hingga dia dipanggil lebih dulu" Ryn diam. Tak ada pergerakan atau respon apapun. Hanya ada tatapan nanar penuh luka disana. Senyum yang tadi terbit berganti dengan raut tak terbaca. Tangan yang berada diatas tangan Khaleev mengendur.

Khaleev menghela nafas. Tubuhnya semakin ditempelkan pada pinggiran brankar. Kedua tangannya terbuka bergerak menarik perlahan tubuh Ryn masuk dalam pelukannya. Penuh kehati-hatian mengingat wanita berbadan dua itu masih dalam masa pemulihan.

"Ini salah aku. Aku engga menuntut lebih untuk kamu memaafkan kesalahan bodoh ini. Tapi kita harus ikhlas karena Tuhan tahu mana yang terbaik" Elusan demi elusan Ryn dapatkan. Matanya tertutup rapat dengan kedua tangan meremas kemeja yang digunakan Khaleev.

Rasa dalam hatinya tak karuan. Tapi mendengar perkataan Khaleev yang tadi terdengar bergetar, Ryn dilema. Dibalik sedihnya, pasti ada yang lebih sedih lagi disini.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
To be continue

Happy reading

Give me your vote and comment

Jangan lupa di follow

22 Nov 2022
-Dsc- 


Anagata (END) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang