(12) PANIK??

5.3K 268 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen guyss....

Follow juga akun author yaa...

Happy reading... 

~#~


Tok.. Tokk...

Dengan susah payah Ryn mengetuk pintu didepannya. Gerakan tangannya sedikit terhalang karena berkas-berkas yang dibawa.

"Masuk" Setelah arahan tersebut, tangan gadis itu kembali berjuang penuh untuk meraih gagang pintu. Tanpa sadar kakinya pun turut ikut membantu. 

Gotcha!!

Usahanya tak sia-sia. Pintu besar didepannya terbuka juga. Kakinya kembali dibawa masuk lebih dalam ke ruangan tersebut.

Ah, tugas lagi. Menutup pintu itu juga sedikit susah. Menggunakan tenaga siku dan punggunnya semoga saja berhasil. Walau harus sedikit memakan waktu tapi setidaknya Ryn bisa bersnafas lega saat pintu itu tertutup sempurna.

Baru saja menoleh gadis itu sudah dibuat kaget. Posisi Khaleev yang tadinya duduk apik dibalik singgah sananya sekarang telah berpindah bersikedap dada dengan bersandar pada pinggiran meja.

Lagi, tatapan laki-laki itu tampak begitu menusuk seperti ingin mencabik mangsa. Ah, nyalinyakankan menciut. Sedikit menghela nafas dan gumaman kata penyemangat singkat. Ryn kembali memberanikan diri untuk melangkah walau hatinya diliputi kekhawatiran.

"Letakin disana" Khaleev mengedikkan dagunya menunjuk meja. Suaranya begitu dingin dan menusuk. Bahkan Ryn sedikit meremang mendapatkan suara yang begitu menyeramkan menurutnya. Semoga saja tidak terjadi apa-apa setelah ini.

Ryn meletakkan berkas-berkas itu dengan tangan bergetar. Entah mengapa, aura dingin Khaleev begitu terasa saat mereka berada tepat bersebelahan.

Setelah meletakkan berkas-berkas itu dengan selamat dimeja. Gadis itu buru-buru memundurkan tubuhnya. Aura ruangan ini semakin panas dan mencekam rasanya.

"Maaf Tuan, apa ada hal lain yang bisa saya kerjakan?" Dengan kepala menunduk dan tangan saling memilin gadis itu bertanya. Memandang Khaleev bukanlah hal yang benar saat ini.

"Kenapa kamu tak makan siang tadi?!" Bukannya menjawab, Khaleev malah melontarkan pertanyaan. Nadanya terdengar rendah begitu tegas.

Sontak kepala Ryn terangkat. Matanya mengerjab lucu. Tampangnya begitu polos. Maniknya jatuh pada wajah Khaleev. 'Dari mana laki-laki itu bisa tahu?' Fikirnya bingung. Kan tak mungkin jika  suaminya itu cenayang? Tapi tak tahu juga ya. Toh mereka juga belum lama kenal

 
"Ryn. Jawab!!" Tegas laki-laki itu merasa diacuhkan. Tubuhnya ditegakkan. Dengan tangan masih bersikedap, kaki jenjangnya melangkah lambat mendekat pada Ryn yang masih tampak diam. Tatapannya maaih dingin dan belum bersahabat.

Kaki Ryn mendadak tak bisa digerakkan seperti ada magnet yang menahan langkahnya dibawah sana. Khaleev sudah berjarak sejengkal dari tubuhnya.

Manik mereka bertubrukan. Ryn sedikit tak beraturan saasaat tatapan mengerikan itu begitu dekat dengannya. Bahkan lidahnya mendadak kelu. 

Khaleev yang kembali diacuhkan menggeram rendah. "Ryn!!" Serunya sarkas. Kedua tangannya sudah bertengger dilengan atas gadis itu. Bahkan tanpa sadar sedikit meremas disana melampiaskan apa yang dirasakannya.

Ryn tersentak. Kedipannya lebih cepat dari seharunya. Berusaha mencerna apa yang tengah terjadi. Kemana perginya kesadarnnya tadi.

"Jawab saya Ryn, kenapa kamu engga makan siang tadi?! " Tuntut Khaleev lagi. Nadanya masih rendah dan terdengar menyeramkan saat memasuki indra pendengaran. Bahkan sebelah tangannya sudah mengamit pipi Ryn namun tak dengan tekanan sama sekali. Rasanya geram sekali jika bertanya tak mendapat jawaban sama sekali.

Anagata (END) ✅Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum