03. Denganmu Aku Lupa Waktu

Start from the beginning
                                    

"Maaf, Bu. Tadi di pelajaran sebelumnya ada jam kosong, jadinya saya ke perpustakaan agar fokus belajar, Bu. Tetapi malah salah baca jadwal. Saya kira di jam ini masing jam kosong," ujar Amora jujur, tapi sedikit berbohong kalau ia belajar sepenuhnya. Memang itu niat awalnya tadi, namun, Allendra datang dan membuat aksi belajarnya hanya berlangsung sebentar.

"Benar begitu atau hanya alasan kamu saja?"

"Saya jujur, Bu. Maaf, saya tidak akan mengulanginya lagi."

Bu Selasa menghela napasnya kasar.
"Ya sudah, kamu silahkan duduk. Tapi ingat, jangan coba-coba buat terlambat lagi," ucap Bu Selasa memberi ampun sekaligus peringatan.

Seulas senyuman muncul pada bibir Amora. Dia mengangguk senang seraya berkata, "Pasti, Bu. Terimakasih banyak." Perempuan itu membungkuk singkat sebelum berjalan ke bangkunya yang sudah ada Rina yang sedari tadi menahan tawa melihat wajah sahabatnya ketakutan.

***

Hiruk pikuk siswa siswi yang berdesak-desakan di jam istirahat membuat keadaan SMA Mandala terlihat begitu ramai. Ada yang ke kantin, berdiam diri di kelas, atau juga ada yang memutuskan untuk tertidur. Dan Allendra bukan dari tiga hal yang disebutkan di atas. Karena lelaki itu memilih untuk menemui gebetannya.

Jadilah dia di sini sekarang, di taman yang terletak tepat sampingnya parkiran SMA Mandala. Hanya beberapa orang yang berada di taman. Hal itu di sebabkan banyak faktor, diantaranya karena taman itu terpencil, juga karena dulunya banyak yang berkata bahwa ada siswi yang meninggal di area taman.

"Gue tadi habis ulangan tau, susah banget," kata Lina mengadu dengan menggoyangkan kakinya yang menggantung bebas di udara. Juga badan yang ia sandarkan pada kursi kayu panjang.

"Oh ya? Ulangan apa?"

"Ulangan matematika. Kayaknya tadi jawabannya banyak yang salah deh."

Allendra mengangguk-angguk mengerti. "It's okay, Lo udah berusaha keras. Apapun hasilnya nanti, harus bersyukur."

Lina menghembuskan napasnya pasrah. Dalam hati ia membenarkan perkataan Allendra. "Tadi malam Lo ada kerjaan apa? Sampai kayaknya sibuk banget," ucap Lina mengalihkan pembicaraan agar tidak terus memikirkan ulangan matematikanya yang sudah dipastikan mendapatkan nilai merah.

"Itu, ada urusan sama bidadari," jawab Allendra pelan seraya tersenyum-senyum sendiri menertawakan dirinya yang berujar seperti itu.

Lina menyatukan alisnya tak paham. "Hah? maksudnya?"

"Emmm, nothing."

***

Dua menit yang lalu bel tanda pulang sudah menggema di setiap sudut SMA Mandala. Koridor, lapangan, serta tempat lain yang tadinya sepi kini sudah ramai. Ini disebabkan oleh siswa-siswi yang berbondong-bondong keluar agar cepat sampai rumah. Dari banyaknya orang itu, salah satunya ada Amora yang memiliki tujuan sama.

Perempuan itu melangkah melewati lapangan serbaguna hingga sampai di pos satpam. Didepannya sudah ada gerbang yang menjulang tinggi. Amora berhenti sejenak sembari merogoh sakunya mencari uang yang masih tersisa di sana. Dikeluarkannya satu kertas lima ribuan.

"Lima ribu mana cukup buat naik angkot," lirih Amora. Ia memasukkan kembali uangnya ke tempat semula dan menatap sekitar, berharap ada orang baik yang datang kepadanya dan menawari untuk nebeng. Namun, nyatanya hal itu mustahil bagi Amora.

Dia siswi biasa yang tak terkenal di Mandala. Juga Amora tidak memiliki banyak kenalan. Sehingga terdengar tidak mungkin jika ada yang menolongnya sekarang. Lama menunggu membuat Amora menjadi jengah. Alhasil dia meneruskan jalannya sampai di luar gerbang.

Antara KitaWhere stories live. Discover now