(32) GULANYA KELEBIHAN

Start from the beginning
                                    

"Udah? Yuk turun. Sekalian jalan ngelilingin dibawah biar sakitnya reda" Ryn mengangguk. Kakinya turun setelah Khaleev membantu mengambilkan sendal yang tadi diletakkan disisi ranjang yang lain.






~#~






Ryn menggeliat dalam tidurnya. Matanya perlahan terbuka saat merasakan bagian perutnya berat. Lehernya juga terasa menggelitik. Pandangan yang masih memburam itu menunduk.

Ternyata Khaleev si pelakunya. Lelaki itu tidur dengan dirinya sebagai guling. Kepala itu tampak nyaman diceruk lehernya. Pantas lehernya terasa geli, ternyata Khaleev bernafas damai disana.

Mata Ryn beralih pada jam didinding. Jarum jam menunjukkan pukul setengah sembilan. Sebelah tangan wanita itu mengucek matanya. Sepertinya ini kali pertama dirinya bangun lama semenjak hamil.

Hari ini weekend. Jadi wajar kalau Khaleev masih menyelami alam bawah sadarnya. Tadi malam mereka tidur hampil jam 3 dini hari. Itu semua karena keram diperut Ryn terus berlanjut setelah hilang dan kembali lagi. Dirinya merasa bersyukur, walau Khaleev terlihat lelah karena kerjaan tadi malam. Tapi lelaki itu dengan setia menemani dirinya.


Kruyuk.. Kruyukk...


Ryn mencibik. Perutnya bunyi meronta minta diisi. Wajar, ini sudah terlalu siang tetapi dirinya baru bangun. Didalam sanakan ada baby's yang minta diberi makan.

"Khaleev" Ryn berusaha membangunkan sang suami yang tampak begitu damai dalam alam mimpinya. Tak ada sedikitpun pergerakan tanda Khaleev benar-benar menikmati waktu tidurnya.

"Khaleev" Lagi. Ryn masih berusaha. Suaranya lembut mengalun ditelinga. Tangan kirinya mengelus lengan kekar Khaleev yang berada diatas perutnya.

"Ngghhh" Lelaki itu tampak mulai terusik. Tapi bukannya membuka mata, Khaleev malah semakin mengeratkan pelukan pada Ryn.


Plak


Ryn geram. Khaleev mengulet dalam tidurnya saat tangannya menjadi sasaran empuknya. Pelukannya terlepas dengan kelopak mata mulai terbuka sebelum mengerjab.

"Kenapa dipukul?" Suara Khaleev serak. Tapi terdengar begitu seksi ditelinga Ryn. Walau begitu, hal itu tak mampu menghilangkan raut Ryn yang cemberut. "Kenapa cemberut?" Tanya lelaki itu lagi sambil memiringkan tubuhnya menatap penuh Ryn yang sudah duduk bersandar.

"Aku tuh kesel tau. Kamu ini, udah tau kita telat bangun. Aku lapar, baby's juga. Eh malah kamun ya meluk erat banget sampai buat aku sesak" Mata Khaleev yang tadi masih setengah terbuka sudah melebar. Pandangannya menoleh pada jam didinding. Sial! Mereka bangun terlampau siang.

"Ayo kebawah. Kamu harus sarapan. Udah telat banget ini. Nanti baby's semakin kelaparan. Ingat loh tadi malam habis keram perutnya" Lebih dulu turun dari ranjang dan melangkah ke arah sisian wanita disebelahnya.

Ryn mendongak. Matanya mengerjab beberapa kali memandang Khaleev yang menjulang disana. "Engga bersih-bersih dulu? Kan baru bangun tidur" Khaleev tak fokus. Matanya malah terpusat pada bibir Ryn yang sedari tadi bergerak. Ryn menyerngit, kepalanya sedikit dimiringkan. "Ih, aku ngomong malah didiemin" Ketusnya kesal.

Khaleev tersadar. Kelopaknya berkedip sebelum kembali menoleh fokus pada wajah sang istri. "Ayo" Tangannya menjulur. "Nanti aja mandinya. Lagian kamu masih cantik kok"


Blushh!!


Ryn menggigit pipi bagian dalamnya. Paginya tersipu dengan pipi bersemu. Khaleev begitu manis pagi ini. Rasanya ingin terus tak mandi agar dipuji cantik. Lain sekali wanita satu ini.






Anagata (END) ✅Where stories live. Discover now