Bab 28 - Long Time No See

4.2K 639 89
                                    

"Tadi mau ke sana, tapi Madani ditunjuk jadi presidensial EM."

Dari layar ponsel Annalis bisa melihat wajah lesu suaminya.

"Ya alhamdulillah dong. Malahan waktu lihat itu di berita aku seneng banget Madani Raya bisa menjadi pusat penyelenggaraan kegiatan ekonomi modern dunia. Ini peluang besar." Annalis menanggapi suaminya sambil duduk santai di balkon apartemen dengan pemandangan kota New York.

"Sepertinya hanya saya yang merindukanmu."

Annalis tertawa. "Teori dari mana itu?"

"Ya nyatanya begitu. Sejak seminggu lalu sudah berapa ribu kali saya bilang rindu, tapi kau hanya bilang 'iya iya nanti telpon ya' atau gak bilang gini '99 hari lagi pulang kok' baru kalau diprotes mau bilang 'aku juga rindu' apa di sana banyak yang lebih tampan?"

Lagi-lagi Annalis terkekeh. "Bagi aku yang paling tampan itu kamu Sayang." Sengaja ia menambahkan panggilang sayang agar Pangeran Alraz sedikit terhibur.

"Jadwal EM padat sekali. Belum lagi persiapan menyambut mereka di acara puncak akhir tahun nanti. Saya tidak akan bisa ke Amerika dalam waktu dekat." Pangeran yang semula duduk sekarang tengkurap di atas ranjang kamarnya.

"Tidak apa-apa i'm ok," jawab Annalis santai.

Sebagai wujud kesal Pangeran meletakkan ponselnya di kasur hingga Annalis hanya melihat atap. "Aaaaa kangen," rengeknya seperti bayi.

"Yaudah besok coba aku konsultasi sama dokter ya kira-kira ada hari yang cukup panjang tidak untuk bisa kembali ke Madani sebentar. Soalnya kamu sendiri tahu kalau pengobatan aku harus konsisten. Kalau gak ya mulai dari awal."

"Iya."

"Kamu yang sabar dong Sayang. Mana coba Alraz yang penyabar? Kita itu kan sedang berikhtiar semoga hubungan kita langgeng, punya anak, dan ini juga demi Madani. Wa lanablu wannakum bishai'im minal khawfi waljuu'i wa naqsim minal amwaali wal anfusi was samaraat; wa bashshiris saabiriin."

Annalis membawa ayat 155 dari surat Al-Baqarah yang artinya 'Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar'.

Sebuah keputusan besar Annalis sebelum berangkat ke Amerika adalah berhijab. Ya, Annalis mulai komitmen mengenakannya hingga akhir hayat seminggu sebelum keberangkatan. Alasannya karena dia ingin lebih terjaga. Selain dari hal buruk dari luar juga dari diri sendiri. Dengan berhijab ia akan teringat siapa Tuhan dan apa agamanya, sehingga ia akan berhati-hati dalam menjaga salat sebab di Amerika dia tak akan mendengarkan azan lima kali sehari. Lalu ia juga akan lebih berhati-hati memilih makanan atau minuman dan hal lain yang dilarang bagi seorang muslim.

Sepulang dari kastil kala itu, Pangeran dan Annalis disibukkan berbagai kegiatan. Pangeran dengan urusan politiknya dan Annalis menghadiri pertemuan dengan beberapa yayasan. Sebenarnya selama itu juga banyak rakyat mengkhawatirkannya. Oleh karena itu, Annalis mengadakan konfernsi pers serta menjelaskan berulang kali melalui media kalau dia baik-baik saja.

Keberangktan Annalis ke Amerika pun disaksikan ratusan rakyat yang ikut menganter ke airport. Sebuah cinta luar biasa dari rakyat kepada dirinya. Annalis berjanji akan menjalani pengobatan sebaik mungkin demi diri sendiri, keluarga kerajaan, dan rakyat Madani Raya.

Banyak rakyat yang masih bertanya-tanya prihal penyakit calon ratunya, sebab kerajaan memutuskan untuk tidak memberitahu publik demi kebaikan. Kembali ke Pangeran dan Annalis yang sedang melakukan panggilan video.

"Masyaallah istriku sekarang sudah pinter mengaji," puji Pangeran Alraz.

"Alhamdulillah. Istri kebanggan siapa dulu ... "

AA Dearest [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang