Bab 25 - Unperfect Women

3.7K 681 82
                                    

Aku juga rindu, tapi aku tak sepantas itu.

~AA Dearest~
Karya Mellyana Dhian

***

Note

Hi, aku kembali. Kurang lebih sebulan ya aku gak update. Ada komentar kalian yang nyariin aku. Dan itu menyentuh buat membangkitkan feelku nulis cerita ini. Makasiih ya 🫶🏻😭

Kisal balik, kalau kalian lupa bab lalu itu Annalis dipanggil ibunda ratu mengenai tuduhan penyakit vaginimus. Kalau lupa bisa baca ulang beberapa bab lalu ya.

Happy reading.
Maaf bikin kalian nunggu lama.

***

Annalis menggenggam kuat-kuat tangan pangeran Alraz. Rasa takut terus menyelimuti hatinya. Ia tidak menyangka ada yang menuduhnya sakit vaginusmus—sebuah penyakit langka yang membuatnya bisa saja gagal menjadi seorang ibu. Kalau itu hanya fitnah, tentu dia lega. "Pangeran, gimana kalau aku emang sakit?" Annalis menggunakan bahasa lebih santai.

"Enggak, Sayang. Saya yakin kamu sehat 1000 persen."

"Ta-tapikan kenyataannya kita memang tidak pernah berhub—" Perkataan Annalis terputus karena ibunda ratu datang. Beliau memang ingin mendengar penjelasan dokter kandungan yang sudah ditunjuknya.

Tatapan mata wanita paruh baya itu sangat tidak bersahabat. Berbeda dengan pertama kali ia menjamu Annalis di acara makan malam tamu kehormatan. Ya, di mana malam itu mereka melamar Annalis untuk menjadi istri pangeran.

"Assalamualaikum, Ibunda Ratu," salam pangeran dan Annalis.

"Waalaikumsalam," balasnya. "Tidak perlu berlama-lama. Kita harus tahu kebenarannya. Ayo masuk!"

Genggaman tangan Annalis semakin kuat. Senyum pangeran yang biasanya memberi rasa tenang, kini tidak berefek. Bagaimana kalau dia sakit? Apakah skenario terburuk yang ada di kepala Annalis akan terjadi?

"Sayang, everything is gonna be ok. Allah bersama kita. Allah Maha Baik. Dia akan melindungi hambanya. Kau punya pelindung sebaik-baiknya di muka bumi. Jangan takut ya."

Bola mata Annalis masih bergerak gelisah. Pangeran Alraz mendekap tubuhnya. "Apa pun yang terjadi saya tidak akan meninggalkanmu. Tidak akan ada yang bisa memisahkan kita selain maut."

Annalis pun membalas pelukan sang suami. Dia melantunkan doa. "Hasbiyallahu la ilaha illa huw, alaihi tawakkaltu wa huwa rabbul-'arsyil-'azim." Arti doa itu adalah Cukuplah Allah bagiku: tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung.

Selesai melepas pelukannya kepada sang istri, pangeran mengecup lembut dahi Annalis. "Anna ukhibbuka fillah."

"Gak bisa bahasa Arab," rengek Annalis.

Pangeran pun gemas. "Tapi tahu kan artinya apa?"

Annalis mengganguk. "Iya tapi gak tahu harus jawab gimana."

"Cukup kamu genggam kuat tangan saya. Itu sudah menjadi jawaban. Apapun hasilnya dari pemeriksaan ini, jangan pernah berpikir untuk pergi."

***

Hidup ini memang penuh kejutan. Seringkali hasil menghianati usaha. Tak jarang juga realita tidak sesuai kenyataan. Dan yang paling putus harapan adalah doa-doa yang dilangitkan seperti tidak ada tanda akan dikabulkam. Padahal, Allah memang memiliki cara tersendiri dalam mengabulkan doa; langsung mengabulkan, meminta sabar, atau menggantinya dengan yang lebih baik. Sekarang Annalis tidak tahu dia ada di golongan yang mana.

AA Dearest [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang