Bab 10 - Kekhawatiran Pangeran

6.4K 1.1K 672
                                    

Hati-hati dengan overthinking. Bisa jadi itu dugaan paling dusta.

~AA Dearest~
By Mellyana Dhian

***
Baca cerita ini sambil ngapain?

Tim baca duduk apa baca sambil rebahan?

Sejak kapan baca cerita Wattpad? Aku dari 2016

***

"Saka sudah membagikan lokasi. Kemungkinan Annalis ada di sana. Sebentar lagi maghrib, tolong perintahkan bagian pengawal udara untuk menjemput saya," titah Pangeran Alraz kepada salah satu pengawal seraya bergegas menaiki lift.

"Baik, Pangeran. Saya akan meminta pihak hotel untuk membuka pintu menuju helipad." Kebetulan hotel tempat investor menginap memiliki fasilitas helipad atau landasan helikopter.

Pangeran Alraz tidak ingin terlambat menemukan Annalis. Dia sudah mendengar prediksi cuaca buruk dari bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika. Jadi, hatinya sudah kalang kabut takut Annalis dalam bahaya.

Tanpa menunggu lama helikopter produksi Bell Textron Canada berwarna hitam terbang dari arah timur. Kendaraan udara milik pangeran Alraz itu semakin dekat tampak semakin gagah. Perlahan helikopter mendarat secara vertikal ke landasan berbentuk lingkaran bertuliskan huruf H kapital. Pengawal mengangkat tangan kanan lurus ke atas sebagai tanda pangeran berdiri di sisi landasan.

Begitu landing skids menyentuh permukaan dan pilot di cockpit memberi aba-aba, pangeran dan satu pengawal berlari menuju kursi penumpang. Angin dari baling-baling membuat rambut pangeran berdiri. Tatanan rambutnya semakin berantakan, anehnya justru membuat ketampanan pangeran semakin menjadi.

"Cuaca buruk di lokasi tujuan. Kita tidak bisa mendatar di sana, Pangeran," lapor pilot.

"Saya sudah meminta Saka menjemput di sini." Dia menunjukkan detail lokasi. "Ada lapangan kecil dekat dari pemakaman yang diprediksi anginnya relatif stabil."

"Baik, Pangeran."

Selama perjalanan Pangeran tidak henti merapalkan doa. Dia berikhtiar sebaik mungkin, tetapi hatinya tetap bersandar kepada Allah. "Ya Allah, kutitipkan keselamatan Annalis kepada-Mu. Engkau sebaik-baiknya pelindung. Tolong jaga dia."

Jari-jari pangeran bergerak abstrak, giginya menggigiti bibir bawah, matanya tampak berkaca-kaca, duduknya pun terlihat tidak nyaman. Mengetahui Annalis juga bertengkar dengan sang mama, hati pangeran semakin tidak tenang. Pasti gadis itu down sampai-sampai nekat ke makam papanya.

Tiga puluh menit kemudian helikopter mendarat di lapangan. Pangeran bersama 1 pengawal langsung masuk ke mobil Saka.

"Ayo! Jangan sampai terlambat!" perintah Pangeran.

Mendekati lokasi pemakaman hujan turun deras. Begitu mobil terparkir, Saka membuka pintu dan mengembangkan payung. Namun, pangeran Alraz sudah berlari sangat cepat menerabas hujan. Dia langsung menuju pemakaman muslim. Di sana sudah ada dua lelaki yang mengangkat tubuh Annalis dengan tandu.

Kaki pangeran tampak lemas melihat perempuan yang dia cari sudah tidak sadarkan diri. Wajah Annalis tampak pucat. Bajunya pun basah kuyub. Di belakang ada staf membawa koper yang sudah kotor terkena tanah kuburan. "Alraz! Apa yang telah kau lakukan!!" tegur pangeran pada diri sendiri.

"Cepat bawa ke mobil darurat!" seru Saka pada staf makam. Lelaki itu segera memayungi pangeran Alraz. Meskipun tampak percuma karena hujan deras dengan cepat membuat pakaian pangeran basah.

AA Dearest [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang