Bab 15 - Royal Wedding

6.5K 1.1K 594
                                    

Hari ini aku menikahimu. Menjadikanmu istri sekaligus teman suka dan duka.

~AA Dearest~
By Mellyana Dhian

***
Siapa yang kangen AA Dearest?

Malam minggu ke mana nih?

Jomblo apa taken?

Pangeran Alraz atau Pangeran Latif?

***

Murid-murid tetap berangkat sekolah meskipun tidak ada pelajaran. Mereka membawa bendera negara dan berbaris di sisi jalan. Mayoritas warga menghentikan rutinitasnya demi mengikuti acara istimewa Madani Raya. Semua program televisi pagi tidak ditayangkan diganti oleh siaran langsung proses pernikahan pangeran Alraz.

Acara pernikahan akan berlangsung tiga hari tiga malam. Awalnya memang ratu merencanakan seminggu, tetapi pangeran menolak dengan alasan kasus putra mahkota yang masih pelik. Dia merasa tidak pantas mengadakan pesta berlebihan di atas polemik kerajaan Madani.

"Acara pagi ini akad nikah, pemberian gelar untuk calon putri, dilanjut arak-arakan dari masjid sampai kerajaan. Malam hari di aula kerajaan akan diadakan resepsi tertutup dan tamunya dari berbagai kerajaan. Besok acara resepsi outdoor berlangsung di tepi danau Madani. Hanya tamu yang memiliki undangan yang diperbolehkan masuk. Hari ketiga pengeran mengundang semua warga untuk pesta rakyat di lapangan istana Madani." Seorang ibu yang berbaris di sisi jalan memberitahu tetangganya.

"Andai yang jadi istri pangeran itu anakku."

"Ada rumor kalau calon istri pangeran itu broken home."

"Udah-udah jangan ghibah!" Ibu berjilbab yang ada di belakang mereka menyudahi.

"Itu mobil pangeran!" Semua orang begitu antusias. Tangan kanan mengibarkan bendera kecil sedangkan tangan kirinya melambai kepada pangeran.

Pangeran Alraz menaiki mobil hitam bergaya vintage dengan kaca mobil transparan. Senyumnya terus merekah dengan sesekali mengangguk sopan.

"Masyaallah ganteng banget. Gak bosen apa ya ganteng terus?" puji remaja masih mengenakan seragam.

"Pangeran biasanya ganteng. Kalau sekarang ganteng banget banget banget. Apa gue deketin aja pangeran Latif ya?"

"Ya. Kesempatanmu selaian menjadi selir pangeran Alraz ya menjadi istri pangeran Latif. Tapi kayaknya gak mungkin."

"Mungkinlah. Calon istri pangeran Alraz juga non bangsawan."

"Tapi kamu lihat dong. Dia cantik dan cerdas. Cocok jadi tuan putri. Nah elo?"

Tidak berselang lama mobil yang membawa orang yang mereka bicarakan tampak. Mobil itu berwarna putih dengan kaca yang tidak begitu transparan. Car wedding itu berjalan lebih lambat menuju masjid termegah di kerajaan Madani Raya.

Di dalam mobil Annalis duduk bersama Hulya. Dia mengenakan pakaian serba putih. Meskipun rakyat tidak bisa melihat jelas wajah Annalis, gadis itu tetap tersenyum dengan melambai menggunakan satu tangan sebab tangan lainnya menggengam buket bunga daisy.

Dari keluar gedung MUA pengantin hingga masjid barisan rakyat di tepi jalan tidak terputus. Semua orang rela kepanasan untuk menyambut dirinya. Annalis sangat terharu dicintai sekian ratu ribu rakyat Madani raya. Bulu kuduknya berdiri menyadari bahwa sebentar lagi dia memiliki peran penting untuk mereka. Bertanggung jawab atas nasib kerajaan.

"Hulya, apakah saya bisa menjalankan amanah ini?" Meskipun agak kaku Annalis mencoba berbahasa formal.

"Anda pasti bisa, Nona."

AA Dearest [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang