Bab 6 - Tragedi Tengah Malam

6.6K 1K 274
                                    

Aku : sulit jatuh cinta, sulit juga melupakan. Jadi, kamu tahu, kan? Betapa tersiksanya aku ketika ditinggalkan.

~AA Dearest~
Karya Mellyana Dhian

Follow ya akun wattpad ini atau Instagram aku @mellyana.i biar kita makin dekat 💕

***

Main game dulu
Pernah atau Tidak pernah?

1. Pernah gak suka sama orang tapi orangnya gak suka kamu?

2. Pernah gak bosen sama cerita ini?

3. Pernah gak sehari gak mandi?

Selamat membaca. Siapkan mental 🥰

***

Acara sarapan dihadiri keluarga inti kerajaan; raja Al-Farizy, ratu Maemunah, Putri Fatimah, Pangeran Latif, dan Pangeran Alraz. Tidak ada penasihat, asisten, maupun keluarga kerajaan lainnya. Kegiatan kali ini pun diadakan di istana dalam—istana privat keluarga raja— yang ada di istana Slilia.

Madani raya memiliki dua istana; istana Madani ada di ibu kota dan istana Slilia ada di pinggir kota yang dekat dengan pegunungan. Keluarga besar kerajaan tinggal di istana Madani. Di sana juga menjadi pusat pemerintahan. Sedangkan istana Slilia hanya ditinggali sesekali saat ada acara keluarga. Nanti jika Annalis resmi menikah dengan Pangeran Alraz, dia akan memiliki kamar di istana Slilia dan istana Madani.

"Alraz, lebih baik kau rahasiakan dulu lamaran itu," saran raja.

Jangan bingung! Aturan soal panggil memanggil memang agak ribet di kerajaan ini. Di istana Slilia, semua anggota keluarga wajib memanggil seperti keluarga biasa; ayahanda, ibunda, kakak, dan adik. Sementara itu, ketika di Istana Madani lebih sering memanggil sesuai dengan gelar dan jawaban.

"Baik, Ayahanda."

"Lamaran keluarga secara resmi ditunda saja."

"Baik, Ayahanda."

Ratu yang sudah tidak sabar menimang cucu pun begitu antusias. "Kapan dia mulai menjalankan pelatihan sebagai calon istri pangeran?"

"Segera saya tanyakan, Ibunda."

"Ingat Alraz, bagaimana karakter dia, wajib hukumnya menaati protokol kerajaan." Raja tidak ingin ada berita miring mengenai anak-anaknya.

"Soal berhijab?" Ragu-ragu pangeran Alraz bertanya.

"Sebenarnya lebih baik dia berhijab karena keinginannya, bukan paksaan. Namun, aturan bagi siapa pun yang ada di istana Madani harus menutup kepala, bukan? Meskipun tidak menutup seluruh rambut," jelas Raja.

Melihat anaknya yang masih bingung, ratu pun menjelaskan. "Tudung terus disampirin aja tidak apa-apa. Biarkan dia menutup suluruh auratnya setelah siap."

"Apa tidak memunculkan berita buruk, jika dia lepas pasang hijab?" pangeran Alraz tentu tidak mau Annalis stres yang diakibatkan hujaran rakyat.

"Nanti bisa dijelaskan alasannya. Kita juga tidak akan menduga ketika setelah ijab Annalis mendapat hidayah." Senyum ratu membuat pangeran Alraz lumayan lega.

"Lagian kenapa sih harus menikah?" Bukan, itu bukan Pangeran Alraz. Melainkan bapaknya ayam Yuni dan Yoga. Pangeran Latif namanya.

"Sudah seharusnya menikah," jawab ratu.

AA Dearest [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang