41. Brother Feelings

3.9K 444 6
                                    

Mas Rio :
Sayang, aku nanti agak telat nggak apa-apa ya? Masih ada sedikit pekerjaan mendesak :(

Me :
Nggak apa-apa, Mas!
Lagian aku nanti juga mau belanja bentar di supermarket

Mas Rio :
Belanjanya nggak pas kita pulang aja?

Me :
Nggak deh Mas! Takutnya nanti keburu capek, kita kan nggak tahu fitting-nya nanti sampai jam berapa

Mas Rio:
Ya udah deh, hati-hati ya sayang!
Belanja pake kartu yang aku kasih aja!

Me :
Iya Mas sayaang!
Lagian aku cuma belanja dikit doang
kok, Mas!

Mas Rio:
Pokoknya pake aja, Sayang! Aku nungguin notifikasi kartu yang kamu pake, nih!

Me :
Kamu aneh deh, Mas! Nggak takut apa kalau aku cuma mau porotin kamu doang?

Mas Rio:
Ngapain takut? Duitku banyak dan tugasmu buat habisin

Ify tercengang tanpa bisa berkata melihat balasan terakhir dari Rio. Memang aneh orang kaya satu ini. Saat yang lain menyeleksi calonnya dengan ketat karena takut dimanfaatkan, Rio justru menyodorkan diri untuk diporoti. Jika sudah begini, maka Ify pun tak akan ragu lagi. Dengan senyum lebar, Ify menyimpan kembali ponselnya ke dalam loker karena waktu istirahat untuk jam makan siang telah usai.

*

Benar saja perkiraan Ify, fitting baju berjalan lumayan lama lantaran ada beberapa bagian yang harus diperbaiki.

Di luar sudah gelap, jarum jam di tangan sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Ify meraba perutnya yang terasa lapar.

Hah, saat seperti ini barbeque dengan sayuran hijau terasa sangat enak.

"Kamu lapar?" Ify tersentak saat pinggangnya dilingkari sebuah lengan.

Tanpa malu, Ify mengangguk membuat Rio terkekeh gemas.

"Ya sudah! Ayo makan dulu. Kamu mau makan apa?" tanya Rio sambil mengambil ponsel di saku celana, bersiap untuk membooking tempat.

"Makan di apartemen aja gimana, Mas? Aku lagi pengen barbeque."

Rio pun mengurungkan niatnya untuk memblokir tempat dan beralih menatap Ify.

"Lagi ngidam, ya-ADUH!" Rio meringis saat merasakan cubitan tajam di lengannya. Ify sudah melotot, menatap ke belakang dimana para staff masih ada di butik. Meski berpura-pura tak mendengar, Ify yakin jika ucapan Rio cukup lantang.

"Sakit, sayang!" rengek Rio manja.

"Makanya ngomong jangan sembarangan, Mas!" sungut Ify sambil melangkah terlebih dahulu keluar dari butik.

Hey, Mama! ✔️Where stories live. Discover now