39. Sampai Kapan?

4.3K 566 35
                                    

Keadaan hening di dalam lobi saat Agni, selaku mantan istri dari Rio berhasil diusir meski melibatkan satpam. Ify menghela napas sekali lagi saat Rio tak juga membuka suara.

"Mau sampai kapan kita kaya gini?" Ify membuka suara yang membuat Rio terlonjak kaget. Sedikit tergagap dan melihat Ify dengan sendu.

"Maaf," ucapnya lirih.

"Maaf kenapa?"

"Maaf karena aku selalu membuatmu dalam posisi yang sulit, aku juga selalu membuatmu  berada dalam bahaya."

Ify melangkahkan kakinya ke kursi yang memang tersedia di lobby dekat receptionist, duduk disana diikuti oleh Rio.

"Jadi itu alasan Mas Rio pergi?"

Lidah Rio kelu, tak sanggup menatap Ify yang kini memusatkan perhatian padanya.

Rio kembali membisu, Ify menghela napas tajam. Meskipun ada rasa tak tega melihat Rio yang sangat kacau, tapi Ify harus melakukannya. Agar Rio tak lagi mencoba kabur dan berani menghadapi ketakutannya.

"Itukah cara Mas untuk kabur dari tanggungjawab?"

Lagi-lagi Rio tak membuka suara.

"Mau tahu cerita nggak, Mas? Aku juga punya ketakutan untuk sebuah hubungan."

Kini Rio mendongak, menatap Ify yang tengah menatap ke depan dengan pandangan sendu.

"Laki-laki yang ada di kedai es krim waktu dulu, adalah sumber traumaku."

Rio tak terlalu terkejut, karena ia sudah menduga hal itu.

"Dia menikah dengan perempuan lain, setelah berjanji akan menikahiku, tepat setelah satu minggu menghilang tanpa kata seperti yang Mas Rio lakukan."

Kali ini Rio tak bisa tak terkejut. Tangannya bergetar mengetahui jika perbuatannya juga memicu trauma dan ketakutan Ify.

"Ify--"

"Aku tahu, Mas!" potong Ify. "Om dan Tante udah cerita meski hanya sebagian besar. Tapi ... mau sampai kapan, Mas?" Ify kini menatap Rio tepat di kedua mata, membuat sang empu gelagapan.

"Sampai kapan ... kenapa?" Suara Rio semakin memelan di ujung.

"Sampai kapan terus kabur?"

Rio menelan ludah pahit. Sampai kapan? Entah! Dia sendiri tidak tahu sampai kapan dan sejauh mana berusaha kabur.

"Jujur, Mas! Aku mulai takut menaruh harapan, aku takut Mas Rio akan terus kabur sementara aku juga paling takut ditinggalkan tanpa alasan. Atau ... kita akhiri saja sampai di sini, Mas? Jangan lagi ada harapan yang dibangun diantara kita."

Kali ini Rio benar-benar ketakutan. Semua keyakinannya untuk meninggalkan Ify demi keselamatan gadis itu agar tak celaka di dekatnya yang pembawa sial, kini luruh. Nyatanya mendengarkan semua ini dari mulut Ify lebih menyakitkan. Rio hanya tidak sadar, meskipun yang ditinggalkan dan meninggalkan juga mengalami luka, tapi porsinya berbeda. Kini, Rio tahu bagaimana perasaan Ify saat ia pergi tanpa kata dan penjelasan. Terbayang-bayang dengan trauma yang sialnya tak ia ketahui. Ia hanya egois dengan perasaan bersalahnya tanpa memikirkan bagaimana perasaan Ify.

Rio lantas bangkit dari duduknya dan jatuh berlutut dengan tangan yang menggenggam tangan Ify erat. Rio mendongak dengan mata berkaca-kaca. Menggeleng lirih tanpa kata sebagai isyarat karena kini lidahnya sangat kelu. Apa yang dilakukan Rio cukup menerima perhatian petugas receptionist, tapi mereka berpura-pura tidak tahu dan meneruskan pekerjaan mereka.

Ify cukup terkejut, ia meminta Rio untuk berdiri dibalas gelengan oleh laki-laki itu.

Ify menoleh ke sekitar dan bersyukur mendapati suasana yang sepi, tapi mereka tak bisa membicarakan ini seterusnya di sini, maka Ify meminta Rio bangkit dan membawa laki-laki itu ke unit apartemen miliknya.

Hey, Mama! ✔️Where stories live. Discover now