34. Ngambek

4.4K 457 13
                                    

"Aku tahu kamu tidak ada hubungan dengan laki-laki itu, Mita!"

Gerakan Ify yang tengah membuka pintu agar Tara cepat pergi kini mematung, sempat terkejut sejenak sebelum bersikap biasa.

"Lalu kenapa?"

Tara sedikit bingung. Reaksi Ify tak seperti yang ia kira.

"Bukankah kau bilang kalau anak kecil itu anakmu? Tapi kau tidak ada hubungan apapun dengan ayahnya?"

"Apakah aku punya kewajiban menjelaskan semua hal padamu, Kak Tara?"

Tara tergugu. Jawaban Ify yang begitu dingin mematahkan harapan yang ia bangun sejak awal.

"Kau tahu apa yang dilakukan laki-laki itu agar aku tak bisa menemukanmu, Mita? Aku bisa menemukan tempat tinggalmu bukan tanpa pengorbanan," Tara tak berniat mengungkit sebenarnya, tapi ia sangat putus asa.

"Lalu aku harus apa, Kak?" Ify menatap Tara dengan pandangan lelah. Semua emosi kini berkumpul, membeludak dan tercampur membuat Ify sangat lelah dan muak.

"Bahkan jika aku sedang tidak dekat dengan siapapun, aku tetap tidak bisa kembali."

Lagi, Tara ditampar dengan ketegasan Ify yang tak lagi menginginkan kehadirannya.

Tak lagi punya cara untuk membuat Ify luluh, Tara pun akhirnya keluar dari apartemen Ify dengan lesu. Ia terus memperhatikan Ify hingga pintu apartemen tertutup tepat di depan hidungnya.

Bodoh, Tara berkali-kali memaki dirinya sendiri.

*

"Gimana?" tanya Rio tanpa mengalihkan pandang dari tab di pangkuannya pada Alvin yang baru saja masuk. Saat ini sudah menunjukkan pukul enam sore waktu London.

"Nona Ify tidak menerimanya, Pak!"

Rio mendongak, lalu menghela napas panjang. Ia tak lagi memiliki ide untuk membuat gadis itu sejenak beristirahat setelah insiden yang hampir merenggut nyawanya.

Ini salahnya.

"Ada berita yang lain lagi?"

"Nona Ify berpesan kepada Pak Rio, kalau Pak Rio tidak perlu berbuat seperti itu karena Nona Ify bisa mengurus dirinya sendiri."

Rio tersentak. "Darimana dia tahu kalau semuanya adalah ideku?"

Alvin tampak mengangkat alisnya sebelah. Tentu saja tahu, bodoh! Memangnya siapa bos yang akan sangat berbaik hati memaksa cuti dan memberikan gaji saat kecelakaan terjadi di luar jam kerja?

Ingin Alvin berbicara seperti itu, tapi tentu saja tak ia ucapkan. Saat ini ia masih membutuhkan pekerjaan ini meski melelahkan.

"Kau sudah melaksanakan tugas dengan baik, bukan?" tanya Rio lagi.

"Sudah, Pak! Baik Bagas ataupun Lintang tidak ada yang memberitahu Nona Ify yang sebenarnya, tapi entah kenapa Nona Ify bisa menebak dengan tepat."

Rio terpekur, ia kini merasa menjadi pecundang yang sangat menyebalkan.

"Ada lagi?"

Alvin kini menyerahkan tab ke arah Rio yang menampilkan foto-foto dimana Tara berada di sekitar apartemen Ify, bahkan saat Tara keluar dari apartemen.

Melihat itu, darah Rio terasa mendidih.

"Bagaimana bisa? Bukankah aku sudah memerintahkanmu untuk menutup semua akses agar laki-laki itu tidak bertemu dengan Ify?" Suara Rio meninggi.

"Kita kecolongan karen laki-laki ini nekat menyamar untuk membuntuti Nona Ify dari restoran pulang ke rumah."

Brakk!

Hey, Mama! ✔️Where stories live. Discover now