27. Kedai es krim

4.7K 563 6
                                    

"Pak Rahmad mau ikut masuk sekalian?" tawar Ify begitu mereka tiba di kedai es krim.

"Saya nunggu di sini saja, Neng! Neng Ify sana Den Atan aja yang masuk," tolak Pak Rahmad sopan.

"Tapi panas-panas gini enak sambil makan es krim di dalam, Pak!"

"Aduh, gigi saya teh gak kuat makan yang dingin-dingin, Neng!"

"Oh gitu ya, Pak! Saya beliin minuman sama camilan aja ya Pak! Tunggu sebentar!"

Lalu tanpa mendengar jawaban Pak Rahmad, Ify berlalu pergi menggandeng Atan. Beruntung di samping kedai es krim terdapat mini market yang lumayan lengkap.

Usai membelikan minuman dan makanan ringan untuk Pak Rahmad dan mengantarkannya ke mobil, Ify dan Atan masuk ke kedai es krim.

Memesan dua cup berbeda rasa. Ify dengan rasa strawberry dan Atan rasa coklat. Keduanya tampak bahagia, berbincang ringan tentang keseharian Atan, dan sesekali Ify menggoda bocah itu yang membuat tawa keduanya pecah. Dilihat sekilas, keduanya seperti pasangan ibu dan anak yang harmonis. Beberapa pengunjung tampak mengulum senyum. Mengucap dalam hari betapa beruntungnya sang anak mempunyai ibu yang begitu cantik dan baik hati. Caranya berbicara dan menasihati sangat lembut, membuat Atan patuh.

Seperti saat Ify meminta Atan untuk berbicara saat es krim di mulutnya sudah habis, atau saat Atan meminta tambah es krim lagi.

"Mama, Atan boleh nambah lagi?" tanya Atan penuh harap.

Ify meletakkan sendok es krimnya, lalu mengambil tisu untuk menyeka es krim di sekitaran mulut Atan.

"Kenapa? Atan masih belum puas?" tanya Ify lembut.

Atan mengangguk. "Soalnya kalau sama ayah, Atan gak boleh makan es krim banyak-banyak," ujarnya dengan bibir yang memgerucut lucu.

"Kenapa ayah ngelarang Atan makan es krim banyak-banyak?"

"Kata ayah nggak baik, nanti Atan bisa sakit."

Ify mengulum senyum, tatapannya tak berubah, tetap lembut dan penuh kasih sayang.

"Terus, Atan mau sakit?"

Atan menggeleng. "Atan nggak mau sakit, nanti oma sama opa nangis lagi."

"Kalau gitu, apa yang harus Atan lakukan sekarang?" pancing Ify.

Atan tampak terdiam sejenak. Meski masih sedikit tidak rela, bocah itu kemudian menyingkirkan cup es kirimnya yang sudah kosong.

"Atan nggak nambah es krim lagi. Atan nggak mau sakit."

Ify tersenyum lebar, kemudian mengusap lembut kepala Atan.

"Anak pintar, karena Atan udah pintar hari ini, makan malam nanti mama masakin mau nggak?"

Atan tersenyum lebar, dan mengangguk penuh antusias. Total melupakan kesedihannya karena tidak bisa menambah es krim. Atan rela tidak makan es krim asal bisa makan masakan 'mamanya'.

"Good boy! Ijin ayah dulu ya kalau Atan pulangnya ke tempat tante. Nanti biar Atan disusul sama ayah, gimana?"

"Telepon ayah sekarang, Ma!" perintah Atan tak sabar.

"Sabar, Sayang!" kekeh Ify lalu mengambil ponsel. Menekan nomor Rio dan nada tersambung pun terdengar. Tak menunggu lama, panggilan mereka tersambung.

"Halo!"

"Ayah ayah, Atan mau ke tempat mama boleh? Atan mau makan masakan mama." Atan langsung menyambar tanpa membiarkan Ify basa-basi terlebih dahulu.

"Sayang, anak ayah sekarang dimana?"

Hey, Mama! ✔️Onde as histórias ganham vida. Descobre agora