40. Satu Langkah

4.8K 489 17
                                    

"Pulang aja, ya! Aku lebih suka masakanmu."

Ini adalah kelima kalinya Rio meminta untuk pulang. Ify hanya terdiam tanpa berniat merespon.

"Ify .... Sayaaang!" Rio merengek bak anak kecil, sama sekali tidak malu dengan Pak Aziz, sang supir yang tersenyum tipis melihat tingkah majikannya.

"Apa sih, Mas! Diem, kita hampir sampai!"

Rio merengut. Menegakkan tubuhnya dengan tangan bersedekap dan memandang ke depan dengan penuh permusuhan. Bangunan hotel bintang lima itu seolah ingin ia musnahkan dalam sekali pandang.

"Nggak mau turun, Mas!"

Ify tersenyum tipis melihat Rio yang merajuk.  Sangat mirip dengan Atan.

Sampai merek ke dalam hotel dan masuk ke restoran, Rio sama sekali tak berniat untuk mengubah ekspresi wajahnya yang penuh permusuhan. Semua orang yang menyapanya dengan ramah ia balas dengan pandangan dingin dan menusuk.

Terutama saat melihat entitas seseorang yang kini tengah berjalan ke arah mereka dengan senyum lebarnya.

"Hai, Cantik! Aku udah siapin meja yang spesial buat kamu!"

Arjun berniat menyambut Ify dengan sebuah pelukan, tapi Rio dengan sigap mengambil tempat di depan Ify.

"Minggir, Rio! Gue lagi nggak mau peluk lo, gue mau peluk si Cantik!" Arjun tak menyerah dan bergeser, tapi Rio mengikuti.

"Siapa yang lo panggil si Cantik?" Aura permusuhan benar-benar kental dari suara Rio. Ia masih begitu dendam dengan sahabatnya itu meski Ify dan orangtuanya sudah menjelaskan kalau itu adalah salah satu rencana mereka.

Arjun menatap Rio jengkel. "Nggak mungkin gue panggil lo si Cantik kan? Atau lo mau gue panggil cantik juga?"

"Najis!" unpat Rio yang membuat Ify maupun Arjun terkekeh.

"Sayaaang, jangan tertawa di depan si brengsek ini," rengek Rio sambil berbalik ke arah Ify yang sudah menutup mulutnya.

"Oke oke! Ayo kita ke meja, nggak enak dilihatin orang-orang," ajak Ify yang membuat Rio hanya pasrah mengikuti langkah Ify dan Arjun menuju ke sebuah ruangan dengan konsep Teppanyaki yang membuat Rio semakin gondok.

"Boleh ganti Chef aja nggak, sih?" tanya Rio begitu mereka duduk dan Arjun mengambil tempat di depan, siap dengan apron yang terpasang apik di pinggangnya.

"Lo ini nggak tahu diri ya, udah bagus gue yang masakin biar lo bisa makan enak. Nggak semua pengunjung dapat keistimewaan ngerasain masakan gue, ya!"

Rio berdecih. "Lebih enak masakan Ify daripada masakan lo, iya nggak sayang?" Rio menoleh ke arah Ify yang tengah menyemil kacang di dalam toples yang memang disediakan oleh Arjun.

"Hah, apa Mas?"

Bibir Rio mengerucut, menyadari jika sejak tadi Ify sama sekali tak memperhatikannya.

"Sayaang, bela aku dong! Masa tadi Arjun bilang aku nggak tahu diri, padahal kan aku cuma mau ganti Chef aja."

Ify menghela napas, mencoba bersabar menghadapi bayi besar di hadapannya ini.

"Memangnya kenapa mau ganti Chef, Mas?" tanya Ify lembut, sambil mengusap-usap kepala Rio yang membuat sang empunya girang.

"Empet  lihat mukanya, sayang! Pengen ganti suasana baru aja gitu," jawab Rio yang membuat Arjun mengumpat.

"Memangnya kenapa? Mas Rio masih marah gara-gara waktu itu? Aku minta maaf--"

"Enggak sayang enggak!" Rio dengan cepat memotong ucapan Ify. Ia meraih tangan Ify yang masih mengusap-usap kepalanya dan menggenggamnya erat.

Hey, Mama! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang