36. Rio pulang

3.7K 530 76
                                    

Ify mengernyit merasakan tangannya pegal dan mati rasa seolah ditiban sesuatu yang sangat berat. Dengan mata yang setengah tertutup, Ify mencoba menggeser lengannya, tapi beban itu terasa sangat berat. Ify membuka mata lebar, dan sedikit terkejut mendapati Atan yang tertidur nyenyak di lengannya. Otaknya lantas mencoba menggali ingatan sampai kemudian menemukan alasan kenapa dia berada di sini.

"Sshhhh!"

Ify meringis sembari meletakkan kepala Atan dengan pelan di bantal. Lengannya benar-benar pegal. Dengan pelan Ify bangkit dari ranjang dan meregangkan diri. Badannya terasa sangat segar.

Ah, tentu saja!

Sensasi tidur di kasur mewah akan sangat berbeda dengan kasur murahannya di apartemen. Sekali merebahkan diri, Ify seolah tenggelam dalam kelembutan dan kehangatan yang membuatnya enggan membuka mata.

Ify melirik jam dinding, masih pukul lima pagi, membuatnya segera membersihkan diri sebelum melakukan sesuatu. Lagipula, Atan harus berangkat sekolah.

*

"Masak apa hari ini, Chef?" tanya Ify begitu menyambangi dapur, dan mendapati Chef keluarga Sabian tengah berkutat dengan kompor.

Laki-laki yang hampir berusia setengah abad itu tersenyum lebar melihat Ify. Keduanya sudah lumayan akrab dan sering berbicara perihal dapur.

"Potato Gratin with smoothies, apa kamu ingin sarapan yang lain?" tanya Aron, sang Chef.

"Tidak perlu, tapi aku ijin memakai dapurmu untuk membuatkan bekal Atan, boleh?" ijin Ify.

"Oh, tentu boleh, Nak!" Aron menyambut dengan gembira.

Ify kemudian asyik berkutat di dapur, sesekali berbincang dengan Aron dan bercanda.

"Nak Ify, sudah bangun?"

Ify sedikit terkejut mendapat sapaan dari Zahra.

"Eh, Tante! Sudah Tan, hehe!" jawab Ify dengan cengiran tipis.

"Kok repot di dapur? Kan yang masak sarapan bisa Chef Aron."

"Nggak apa-apa, Tan! Ini aku bikinin bekal buat Atan kok!"

"Oh, ya? Atan pasti seneng banget kalau kamu buatin bekal lagi. Selama ini dia hanya semangat berangkat sekolah kalau menerima bekal dari kamu." Zahra berucap dengan semangat sembari mendekat ke arah Ify yang tengah menata bekalnya di kotak makan.

"Lucu sekaliii!" Komentar Zahra melihat bekal yang sengaja Ify bentuk menjadi kepala beruang. Banyak sayur di sekeliling seolah beruang itu tengah dikelilingi oleh pohon.

"Hehe, biar Atan makin suka sayur, Tan!"

"Atan memang cuma suka sayur kalau Nak Ify yang masak. Coba tanya Aron, bagaimana susahnya cucu saya makan sayur sampai dia pusing ngakalin biar Atan nggak sadar kalau dia sedang makan sayur. Dulu kalau warnanya ijo-ijo gini, jangankan makan, nyentuh aja nggak mau."

Ify tersenyum mendengar rentetan omelan dari Nyonya Sabian ini untuk cucunya.

"MAMA! MAMA!"

"Tuh! Bangun tidur yang dicariin siapa coba? Padahal Oma ini yang gendong dia sejak bayi."

Ify mengulum senyum, meski mengomel tapi raut wajah Zahra tidak keruh sehingga Ify pun menangkap omelan Zahra sebagai candaan.

"Saya permisi dulu ya, Tan! Takutnya nanti Atan malah nangis dan ngambek nggak mau sekolah."

"Iya iya sana! Memang kamu sudah cocok jadi ibunya Atan."

Wajah Ify bersemu, ia memilih tak menjawab dan hanya terkekeh lirih sebelum naik ke lantai dua menghampiri Atan sebelum balita itu menangis karena tak menemukan dirinya.

Hey, Mama! ✔️Where stories live. Discover now