12. Kembali Bekerja

7.1K 691 10
                                    

Hari pertama kembali bekerja disambut dengan antusias oleh Ify. Bahkan ia sudah bangun sejak jam lima pagi, sibuk membuat sarapan di dapur. Pukul enam, semua sudah terhidang rapi di meja makan. Ia kemudian masuk ke dalam kamar untuk mandi dan bersiap. Restoran buka pukul delapan, tetapi karyawan datang pukul tujuh, karena mereka harus menyiapkan banyak hal sebelum benar-benar membuka restoran. Memang derita shift pagi, tapi shift malam pun juga harus melakukan yang sama, banyak hal yang harus dibereskan sebelum akhirnya bisa pulang. Jadi, restoran yang tutup pukul sepuluh, mereka baru bisa pulang pukul sebelas.

Rambutnya masih setengah basah saat Ify keluar dari kamar bersamaan dengan pintu kamar sebelah yang terbuka, memperlihatkan Ray yang baru bangun dengan mata yang belum sempurna terbuka.

"Tumben lo udah rapi?" komentarnya saat melihat sang kakak yang tak biasa. Mandi pagi adalah hal yang sangat jarang Ify lakukan. Oke, ini memalukan tapi bagi Ify, mandi pagi itu tidak wajib kalau dia hanya akan ada di rumah. Ia hanya melakukan upaya penghematan air demi masa depan bumi.

"Hari ini gue balik kerja. Sarapan udah ada di meja. Cuci muka sana terus sarapan!" perintah Ify yang dibalas dengan anggukan dan Ray pun kembali masuk ke kamar.

*

Kedatangan Ify disambut dengan antusias oleh rekan-rekannya. Semua masih wajah lama, terutama Sivia yang langsung berlari dan menubruk Ify dengan pelukan saat gadis itu baru saja menapakkan kaki di dalam restoran.

"Welcome back my bestieee!" sambutnya dengan ceria yang dibalas Ify dengan senyuman lebar. Ify juga menyapa para karyawan di bagian depan sebelum akhirnya masuk ke dapur. Ia menghirup aroma dapur yang masih bersih dengan rakus. Rindu, ia merindukan aroma ini.

"Akhirnya chef artist kita kembali!" sapa Lintang yang baru saja kembali dari gudang untuk mengecek persediaan barang.

"Itu berlebihan Chef, tapi terima kasih sambutannya."

Lintang terkekeh. "Cepat ganti baju, kita harus bersiap lebih awal hari ini, karena manager baru akan datang."

"Manager baru?" tanya Ify heran.

"Pak Riko dipecat, dan manager baru akan datang hari ini. Semoga aja sih, nggak rese kaya Pak Riko," bisik Sivia.

Ify hanya manggut-manggut, lalu masuk ke ruang karyawan untuk mengenakan seragamnya. Hari ini, ia akan kembali berperang di medan pertempuran.

*

"Permesan Risotto satu Meatball Spagheti satu."

"Permesan Risotto dan Meatball Spagethi berangkat!"

"Roast Beef satu, Confit de Canard satu!"

Sangat sibuk. Jam makan siang adalah waktu tersibuk bagi karyawan di Jade Imperial. Karena letak yang strategis di area perkantoran dan sekolah, Jade Imperial selalu menjadi tujuan banyak orang untuk menyantap makan siang. Di dapur pun semua orang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Semua berlomba dengan kecepatan karena tak ingin mengecewakan pelanggan. Meski staf dapur memiliki dua chef utama, headchef dan asisten, tetap saja masih kerepotan. Ify berkali-kali menghela napas, meski wajahnya terus tersenyum. Ia memang lelah, tetapi situasi ini adalah hal yang ia rindukan setelah menganggur beberapa lama.

"Masih sanggup, Chef?" kelakar Lintang saat melihat Ify yang dengan terampil memasak dua hidangan sekaligus.

"Sepertinya masih, Chef!" Ify tersenyum kecil. Satu shift dengan Chef Lintang memang menyenangkan dibanding dengan Chef Dea. Wanita itu akan selalu banyak berkomentar yang membuat mood-nya turun drastis.

"Semangatt! Hari ini saya yang akan memasak untuk makan siang sebagai sambutan untukmu kembali ke Jade Imperial."

"Itu akan sangat merepotkan, tapi saya akan sangat berterima kasih jika Chef Lintang bersedia melakukannya."

Lintang tersenyum, Ify adalah salah satu chef terbaiknya. Gadis itu sangat tekun dan memiliki rasa keingintahuan yang besar tentang masakan. Ia selalu meng-eksplore kemampuannya yang membuat Lintang takjub. Ia sempat merasa sedih mendengar keputusan Ify untuk resign, tetapi kembali berbahagia saat gadis itu kini kembali di dapurnya.

*

Para pelanggan satu persatu sudah pergi, tanda istirahat pun sudah terpasang di depan pintu restoran. Semua karyawan berkumpul di dapur untuk makan siang. Wajah-wajah lelah yang mencoba tersenyum cerah kini berkumpul menanti masakan sang headchef yang sebentar lagi siap.

"Nah, makanan sudah siap kawan-kawan! Ayo kita makan siang sebelum kembali membuka restoran."

Spatula diletakkan, dan satu persatu karyawan mulai mengambil jatah makan siangnya. Ada yang duduk bergerombol dan ada pula yang menyendiri. Ify dan Sivia duduk berdua sembari menikmati smoked salmon pasta ala Chef Lintang.

"Sebenarnya gue penasaran dari kemarin, tapi nggak berani tanya soalnya ada orangnya," Sivia membuka percakapan.

"Kenapa?"

"Duda yang anaknya hilang itu .... Pak Bian?"

Ify mengernyit. "Pak Bian? Namanya Rio, Vi! Memang dia yang kehilangan anaknya. Anaknya yang kemarin itu namanya Nathan."

Via semakin bingung. "Lohh, lo nggak tahu kalau yang kemarin itu Pak Bian?"

"Pak Bian siapa, sih? Kaya familiar namanya tapi lupa pernah denger dimana?"

"BIAN GROUP," Via menggumam pelan membuat Ify melebarkan matanya.

"Ah iya! Akhirnya gue inget. Tapi apa hubungannya Mas Rio sama BIAN GROUP?"

Sivia menghela napas lelah melihat sahabatnya yang sedang dalam mode lemot.

"Azrio Sabian, CEO BIAN GROUP yang artinya dia adalah bos besar kita. Dengan kata lain, orang yang lo panggil 'Mas' adalah bos besar kita. Paham sekarang, Silfya Mitali?"

Ify tersedak. Buru-buru Sivia mengulurkan segelas air yang diminum gadis itu hingga tandas. Informasi dari Sivia mampu mengirimkan shock teraphy yang membuatnya kehilangan selera makan.

"Jadi, dia ....?"

Sivia mengangguk. "Sepertinya alasan Pak Bian turun langsung ke Jade Imperial itu karena lo."

"Jadi gue dipanggil kerja lagi ....?"

Sivia menepuk kening sahabatnya yang mengerut. "Nggak usah mikir macem-macem. Lo kembali ke sini karena itu hak lo. Lo dipecat secara tidak adil, dan menerima perlakuan tidak menyenangkan. Jadi, apa yang lo terima sekarang adalah hak yang memang harus lo dapatkan sebagai Chef terbaik Jade Imperial."

Ify terdiam, ia mencoba mencerna segala informasi dari Sivia dan mencocokkan dengan berbagai kejadian yang belakangan ini terjadi padanya.

Dimulai dari pertanyaan Rio tentang pekerjaannya, lalu Rio yang tiba-tiba datang tanpa terkejut saat Riko tengah meminta maaf padanya. Sikap hormat Lintang kepada Rio yang menurutnya hanya sebuah etika belaka, tanpa pernah berpikir jika Rio-lah orang yang ada di belakangnya.

"Udah, sekarang lo makan dulu! Gue pikir lo tahu tentang Pak Bian, makanya gue kaget lihat interaksi kalian kemarin."

"Lo lanjut aja, Vi! Gue mau cari angin sebentar."

Ify kemudian mengambil piringnya yang masih tersisa setengah. Membuangnya ke tempat sampah lalu mencuci piring.

Melalui pintu belakang, Ify naik ke rooftop.

"Sial! Panas!" keluh Ify begitu sampai di rooftop.

Pilihan yang salah, tapi Ify enggan untuk kembali, membuatnya melangkahkan kaki ke sebuah bangunan ala-ala yang dibuat karyawan jika ingin bersantai sejenak. Terdapat satu sofa panjang dan satu meja. Ify menghempaskan dirinya di sofa, merenungkan berbagai kejadian yang menimpanya akhir-akhir ini dan bagaimana ia menyikapi kenyataan yang baru saja diketahuinya.

Tengah sibuk dengan pikirannya, ponselnya bergetar tanda pesan masuk.

Mas Rio :
Fy, selesai shift nanti kita bisa bertemu? Atan rewel ingin bertemu sama kamu lagi.

Sepertinya, Ify memang harus siap menghadapi alur hidupnya yang tak akan seperti dulu lagi.

*

Di GN dah sampe eps 16, hehehe

See you

Happy reading

Hey, Mama! ✔️Where stories live. Discover now