12

239 21 19
                                    

Selamat membaca....
Jangan lupa Voteman ya
Typo dimana-mana mohon dimaklumi

















Disana, diambang pintu masuk rumah usang itu. Zea dapat melihat Alvin yang berdiri dengan nafas yang tidak stabil dan jangan lupakan seragam sekolah yang sudah acak-acakan.

Disamping dan belakang Alvin ada sahabatnya juga sahabat Alvin yang keadaannya sama seperti sang Suami.

Alvin menatap karah depannya dingin. Rahangnya mengeras kala melihat keadaan istrinya saat ini. Begitupun sahabat-sahabatnya hanya bisa menutup mulut tak percaya.

Alvin marah, sangat marah. Melihat sebuah kenyataan didepan matanya. Hatinya sakit, jantungnya berdetak lebih cepat seakan tau keadaan pemiliknya yang tengah terkejut dan sakit secara bersamaan.

Didepannya, sang istri yang terduduk disebuah kursi lapuk dengan darah yang keluar dari perutnya. Jangan lupakan seseorang dihadapannya yang tengah memegang sebuah belati yang penuh dengan darah.

Zea tersenyum samar saat menatap kemarahan sang suami. Rencananya berhasil walaupun dia harus mengorbankan tubuhnya.

Sedangkan Ganeet, netranya membola saat mendapati belati digenggamannya penuh dengan darah. Lalu menatap Zea yang tersenyum kemenangan,

Ganeet menggeleng pelan dia tidak percaya dan terkejut dengan rencana Zea. Benar-benar licik pikirnya.

"Akh!"

"WINKA/ZEA!!"

Mereka semua berlari kearah Zea dengan wajah panik. Mereka takut sekaligus marah karna tidak berhasil datang lebih cepat.

"Winka, lo harus bertahan ya. Lo harus kuat, kita kerumah sakit sekarang" Alvin membelai rambut Zea pelang, dengan tangan sebelahnya menekan luka diperut sang istri agar darahnya tidak keluar terlalu banyak.

Zea tersenyum licik dibalik mimik wajahnya yang meringis sakit. Ganeet yang melihat itu semua kembali tidak bisa berkutik.

"Gue bukan lawan lo Ganeet" batin Zea dengan seringainya saat sudah berada digendongan Alvin. Netranya menatap remeh Ganeet yang kini sudah diseret oleh sahabatnya yang berada dibelakang Zea dan alvin.

Alvin berhenti melangkah menolehkan kepalanya kesamping "Bawa dia kekantor polisi. Gue gak mau tau, dia harus mendapatkan hukuman yang lebih kejam dari perbuatannya" ucapnya dingin. Kemudian melanjutkan langkahnya untuk membawa Zea kerumah sakit.

Zea yang masih bisa terlihat oleh netra Ganeet itu, tersenyum lebar kearahnya. Sebenarnya disini tuh yang antagonis siapa sih, Ganeet atau Zea. Ganeet jadi bingung sendiri memikirkan itu.

"LO BENER-BENER LICIK ZEA! GUE BENCI SAMA LO. GUE AKAN BALAS SEMUA INI!" Teriak Ganeet disela-sela tarikan dari Fenzo dan David.

Sekuat apapun gadis itu berontak, tidak akan pernah bisa terlepas dari cengkraman kemarahan dua pemuda yang masih menyeretnya. Ditambah lagi aura hitam yang Alvin keluarkan, menambah ketakutannya.

"Neng, neng. Harusnya lo tuh malu. Udah ditolak sama Alvin beribu-ribu kali, tapi masih aja ngejar-ngejar. Padahal laki-laki diluar sana tuh banyak. Termasuk Fenzo, yang masih setia jomblo dari lahir" ucap David panjang lebar.

Fenzo yang mendengar ucapan David, hanya memutar bola matanya malas. Bahkan disaat-saat genting begini, David masih bisa bercanda. Dasar anjing darat.

Eilen yang berada disamping David, menjambak rambut pemuda itu, membuat David meringis sakit. Lalu meminta Eilen untuk melepaskan rambutnya. Beruntung langsung gadis itu lepas.

Snow Home [Asahi X Winter]Where stories live. Discover now