7

235 24 22
                                    

Hari ini pun tiba. Keluarga Salim dan Abinara sudah sibuk sejak pagi. Rencananya mereka akan mengadakan resepsi pernikahan di rumah keluarga Salim tapi Zea maupun Alvin menolak dengan keras adanya resepsi. Keduanya hanya ingin akad dimasjid terdekat. Setelah itu tidak ada apapun lagi. Hanya akad.

Undangan pun mereka hanya ingin orang-orang yang teramat dekat saja, seperti tetangga, saudara, sepupu. Dan sahabat Zea Alvin tentunya.

Maka dengan berat hati keluarga mereka menyetujui daripada nanti tiba-tiba sang anak sulung membatalkan, kan tidak lucu. Tapi dengan syarat, Zea dan Alvin harus mau dirias layaknya pengantin seperti biasa dan dua kulkas itupun menyetujui.

Ternyata persiapan sudah 87% itupun sudah disiapkan jauh-jauh hari tanpa pasangan kulkas sadari. Bahkan baju yang akan mereka kenakan nanti malam sudah Mama Triya rancang dari lama.

Kini kedua orang yang akan menjadi muhrim nanti malam itu tengah disatukan disatu ruangan untuk membicarakan mahar yang tentunya menjadi syarat sah pernikahan ini.

Tapi kedua insan itu masih terdiam dengan pikiran masing-masing. Tak ada percakapan, padahal sebentar lagi mereka sudah harus bersiap-siap. Karna jam sudah menunjukkan pukul 14.17 dan acara akad nanti diadakan pukul 18.30 ba'da maghrib dimasjid yang berada dikomplek perumahan yang Zea tempati.

"Lo mau mahar berapa?" Akhirnya Alvin memulai percakapan.

"Emang lo punya duit?" Zea memandang remeh Alvin dihadapannya.

"Astaghfirullah. Gini-gini tuh gue sering nabung ya" Mungkin benar jika Alvin masih belum memiliki pekerjaan. Tapi pemuda itu termasuk anak yang sering menabung, jadi jangan heran jika dia sendiri pun sanggup membiayai kehidupannya nanti dengan sang istri. Ciieee istri.

Setelah selesai dengan penentuan mahar. Keduanya dipisahkan. Zea dibawa ke kamar untuk kemudian dilulur dan dirias. Alvin digeret pulang oleh sang adik katanya atas perintah Daddy dan Mommy.

Zea banyak diam gadis itu memikirkan banyak hal. Tidak menyangka nanti malam dan seterusnya dia akan menjadi seorang istri. Secepat itu. Padahal dia masihlah anak kelas 2 SMA yang masih labil dan butuh bimbingan.

Sebenarnya jika ditanya apakah gadis itu siap dengan kehidupannya selanjutnya. Maka akan dengan lantang ia jawab, bahwa dia belum siap. Sangat tidak siap. Tapi mau bagaimana lagi, dia juga turut menyetujui permintaan Daddy Sena kemarin dengan keyakinan penuh dari Alvin.

Tinggal menunggu beberapa jam lagi dan kehidupannya akan berubah total. Semuanya berubah, tanggung jawabnya kini bukan cuma sekedar memperbaiki nilai yang jelek. Tapi sudah bertanggung jawab mengurus rumah tangganya.

Sekarang Zea hanya perlu berpasrah diri kepada Tuhan. Hanya dengan-Nya lah Zea percaya bahwa semua akan baik-baik saja.

Beruntunglnya Alvin tidak akan membawa Zea kerumah orang tuanya, tapi Alvin lah yang akan tinggal disini. Dirumah orang tua Zea. Alhamdulillah sekali.

Zea merasa sedikit beruntung karna yang menjadi calon suaminya adalah Alvin. Karna pemuda itu tidak pernah menuntut apapun sedari awal mereka kenal. Semoga Alvin memang orang yang seperti itu agar Zea tidak merasa tertekan.

Karna demi apapun, Zea tidak pernah dipaksa untuk seperti ini atapun seperti itu oleh orang tuanya. Zea benar-benar menjalani hidup sesuai keinginannya. Jadi dia perharap semoga Alvin juga seperti itu.

Semoga saja akan ada cinta yang tumbuh diantara mereka nanti. Walaupun tidak saat ini atau secepatnya, setidaknya biarkan kehidupan mereka penuh dengan cinta suatu saat nanti. Karna keinginan Zea hanya menikah satu kali seumur hidup dan dengan pria yang dia cintai. Seperti ucapannya kemarin kepada Alvin.

Snow Home [Asahi X Winter]Where stories live. Discover now