4

267 28 6
                                    

Setelah sesi perkenalan itu, mereka banyak berbincang. Mereka juga makan kok, makan sambil bercerita maksutnya. Bahkan makanan yang David makan sampai muncrat sana sini. Saking excitednya.

Perpaduan yang sangat sempurna. Eilen, David dan Fenzo menjadi orang yang paling bersemangat saat bercerita.

Izha, gadis itu jadi orang yang banyak bertanya saat dia merasa bingung dengan cerita teman-teman barunya.

Alvin memilih diam mendengarkan. Sedangkan Zea lebih memilih bermain ponsel, dari pada mendengarkan ocehan ga jelas teman-teman Alvin itu.

"Besok setoran hafalan Al-Qur'an" Ucapan Alvin yang tiba-tiba itu membuat kedua pemuda disana diam. Eilen yang mendapati teman gibahnya diam, hanya kebingungan.

"Kenapa sih?" Tanya gadis itu kemudian.

"Mampus gue belum ada yang hafa lagi!" Ucap David.

"Ya gimana mau hafal, lo aja sibuk pacaran sana sini" Semprot Fenzo. Untung semalem pemuda itu sempat muroja'ah. Kalau tidak, mungkin dia sudah jadi daging cincang sama mamak tersayangnya itu.

"Yang sadboy, mending diem" Setelah mengucapkan itu, David buru-buru berdiri dari duduknya "Gue pulang duluan deh. Mau muroja'ah dulu" Lanjutnya. Pemuda itu berlari meninggalkan meja, sebelum Fenzo murka.

"Yaaahh ga seru nih, temen gibah gue pulang" Eilen menekuk wajahnya sedih.

"Yaudah sih, kan masih ada gue" Fenzo menaik turunkan alisnya.

"Lo ga seru" Eilen beranjak dari meja itu, lagi-lagi sambil menarik tangan Izha yang hanya diam mengikuti "Gue pulang duluan aja ya Ze, takut dicariin sama bunda" lanjutnya.

Zea mengangguk, lalu setelahnya kedua gadis itu meninggalkan Zea, Alvin dan Fenzo yang sedih karna ucapan Eilen barusan. Pemuda itu tiba-tiba jadi sadboy kembali. Hah... sesulit ini hidup ucapnya dalam hati.

"Yaudah deh. Gue juga pulang duluan" Alvin menatap sahabatnya yang entah kenapa berbicara dengan nada lesu seperti itu.

"Ngapa lo?" Tanya Alvin.

"Kaga. Udah ye gue pulang duluan" Setelah itu, Fenzo juga melangkah keluar meninggalkan dua manusia yang duduk diam dimeja itu.

"Pulang ga?" Tanya Alvin, menatap Zea yang memainkan ponselnya lagi. Sebenarnya Zea tuh cuma bolak balik buka menu. Ga ada yang dimainin.

Zea menangguk saja. Setelahnya gadis itu berdiri lebih dulu, tidak lupa menggendong tas yang beratnya subhanallah. Alvin berdiri lalu melangkah keluar Cafe disusul Zea dibelakangnya.

Btw mereka sudah bayar makanan mereka tadi kok.

Seperti tadi, diperjalanan mereka hanya diam. Tidak ada yang menarik untuk dibicarakan.

Hanya menempuh waktu dua puluh menit. Mereka sudah sampai dikediaman keluarga Salim. Zea turun "Terimakasih" Ucapnya. Alvin hanya mengangguk "Mampir dulu?" Zea masih tau etika, maka dengan baik hati dia mempersilahkan Alvin bertamu kerumahnya.

"Boleh?" Tanya Alvin memastikan.

Zea mengangguk sebagai jawaban. Sebenarnya Alvin tidak mau berlama-lama, pemuda itu hanya akan mengantarkan Zea masuk kedalam rumahnya. Dia tidak berniat bertamu.

Dirasa Zea sudah aman didalam rumahnya, dia berpamitan "Gue pulang ya" Ucapnya. Zea hanya menatapnya, namun kali ini dengan tatapan yang tidak bisa Alvin jabarkan.

Baru saja Zea akan bersuara, tiba-tiba terdengar suara yang sangat gadis itu hafal. "Loh Alvin? pulang sama Zea ya nak?" Itu Mama yang baru saja turun dari arah tangga.

Kenapa Mama jam segini bisa dirumah. Biasanya beliau akan ada dirumah nanti saat sudah masuk makan malam.

Sebenarnya Mama sengaja tidak datang ke butik, beliau ingin menyambut kedatangan anak sulungnya yang kata sahabatnya akan pulang dengan Alvin.

Snow Home [Asahi X Winter]Where stories live. Discover now