27. Lucian dan Axlan

465 62 1
                                    

Beberapa hari setelahnya, Allerca merasa jika Ellard selalu memperhatikannya. Awalnya, dia tidak ingin kepedean dan mengacuhkannya saja. Tapi lama-kelamaan, Allerca merasa jika Ellard benar-benar memperhatikannya.

Sebenarnya kenapa dia selalu memperhatikanku, sih? Allerca bertanya di dalam hatinya, saat dia mengingat beberapa hari terakhir ini, Ellard seperti mengawasinya.

Menghela napas panjang, Allerca menatap pemandangan yang tersaji di luar. Saat ini dia memang berniat mengunjungi Caleb setelah sekian lama. Dia ingin mengetahui seberapa berkembangnya tokonya dengan kedua matanya secara langsung.

Dan sesampainya dia di sebuah jalan, dia turun bersama Lisa dan menuju ke sebuah gang. Sampai dia di suatu pintu, Allerca membukanya dengan sebuah kunci dan masuk ke dalam pintu itu.

Di balik pintu itu, langsung tersaji tangga yang menuju ke atas dan Allerca serta Lisa langsung menaiki tangga itu. Dan di ujung tangga, ada sebuah pintu. Sekali lagi, Allerca mengeluarkan sebuah kunci untuk membuka pintu itu.

"Nona?" Caleb yang baru saja masuk dari pintu lain terkejut saat melihat Allerca.

"Ada apa?" Allerca bertanya saat melihat raut lega dari wajah pria itu.

"Kebetulan sekali ada seseorang yang mencari anda. Saya baru saja ingin mengabari anda, tapi anda sudah datang terlebih dulu." jelas pria itu.

"Siapa yang datang mencariku sampai kau ingin mengabariku?" Allerca bertanya heran.

Karena tidak seperti biasanya, Caleb ingin mengabarinya karena ada seseorang yang mencarinya. Karena sejak dulu, jika ada seseorang yang ingin bertemu dengannya, Allerca pasti meminta Caleb untuk menolaknya.

"Seorang pedagang Nona. Dan yang saya tahu, dia adalah pedagang yang selalu berkeliling dunia untuk mencari barang-barang langka. Bahkan untuk bekerja sama dengan dia, sangat sulit. Tapi dengan kedua kakinya sendiri, orang itu ingin bertemu anda. Itulah kenapa saya buru-buru ingin mengabari anda." jelas Caleb semangat.

"Kau saja sampai bersikap seperti itu, pasti dia seterkenal itu, ya?" ujar Allerca.

"Itu benar Nona! Dalam dunia bisnis, tidak ada seorang pun yang tidak mengetahui dia!" kembali Caleb berkata dengan semangat.

Kenapa aku malah tidak tahu, ya? Apa karena minatku dalam bisnis masih kurang? Tanya Allerca di dalam hatinya.

"Baiklah aku akan menemuinya. Dan katakan padanya untuk menunggu." perintah Allerca dan di angguki oleh Caleb.

"Lisa, tolong bantu aku untuk bersiap." Lisa mengangguk mendengar perintah itu.

Setelah Allerca memerankan sosok dari Lady Rose, Allerca secara perlahan menuju tempat di mana pedagang terkenal itu menunggu. Saat Allerca membuka pintu, sesosok pria menatapnya setelah mendengar pintu yang terbuka.

Seorang pria dengan rambut hitam legam dengan mata semerah darah dan tidak lupa senyuman menawannya, mampu membuat Allerca tidak dapat berkata-kata.

Oh My God! Bagaimana bisa ada pria setampan dirinya?

Apakah di novel ada pria seperti dirinya?

Sepertinya tidak.

Dan bagaimana mungkin penulis itu tidak menceritakan sosok pria tampan ini?!

"Maaf Lady, apakah ada sesuatu yang salah?" pria itu bertanya yang mampu membuat Allerca tersadar dari keterpakuannya.

"Astaga maaf Tuan, saya hanya terpukau dengan ketampanan anda. Maaf jika membuat anda merasa tidak nyaman." Allerca berkata dengan tawa kecil.

When I Became the AntagonistWhere stories live. Discover now