24. Rencana Pembalasan Allerca

581 87 1
                                    

Rasanya memang enak sih. Allerca berkata di dalam hatinya saat memakan roti buatan Cassia.

Tapi ini masih belum sebanding dengan roti buatanku. Kembali Allerca berkata di dalam hatinya yang memakan roti buatan Cassia dengan setengah hati.

Dan menurut mereka ini memang termasuk enak sih.

Untuk kesekian kalinya Allerca berkata di dalam hatinya sambil menatap teman sekelasnya yang cukup takjub dengan rasa dari roti buatan Cassia.

Allerca juga melirik Astra yang saat ini memang berada di kelasnya untuk menanyakan tentang beberapa hal dalam tugas Dewan, juga ikut mencoba roti itu, terlihat mengeryit.

Sepertinya lebih enak roti buatan Dellosa waktu itu. Astra berkata di dalam hatinya.

Lalu balik melirik ke arah Allerca, setelahnya dengan kompak mereka menatap orang lain yang berseru kagum dengan roti itu. Menghela napas secara bersamaan, mereka berdua berkata di dalam hati masing-masing.

Memangnya seenak itu?

Roti yang berstektur kasar seperti ini, di bilang enak? Entah kenapa aku tidak yakin.

Bahkan dalam perjalanan menuju ke Ruang Dewan, Lizbeth dan Ellard tidak berhenti untuk membicarakan roti buatan Cassia yang enak.

"Saya tidak menyangka roti buatan Nona Vercydo akan seenak ini." Lizbeth masih terbayang-bayang akan rasa dari roti buatan Cassia.

"Ya anda benar. Saya tidak menyangka wanita bangsawan seperti Nona Vercydo dapat membuat roti seenak itu." Ellard menambahkan.

Kok aku kesal ya?

Ya ya ya, ini memang salahku yang tidak ada niatan sama sekali untuk menunjukkan kemampuanku.

Tapi tetap saja, roti dengan rasa biasa seperti itu kenapa disanjung ribuan kali? Kalian benar benar tidak tahu roti mana yang lebih enak!

Jika Allerca mendumel kesal karena tidak ada yang mengetahui kemampuannya, Astra yang berjalan di sebelahnya, menghela napas akan kebisingan di belakangnya. Tentu saja kebisingan yang dia maksud adalah celotehan Wescott dan Sachverio.

"Padahal kalian tidak tahu roti mana yang benar-benar enak." sela pria itu.

Seketika Lizbeth dan Ellard menatap ke arah, penasaran dengan maksud dari pria itu.

"Apakah anda pernah memakan roti yang lebih enak dari roti buatan Nona Vercydo?" Lizbeth bertanya.

"Ya. bahkan jika dibandingkan dengan orang ku kenal, roti buatan wanita itu malah tidak ada apa-apanya." jawab Astra yang kembali memunculkan rasa penasaran Ellard dan Lizbeh.

"Apakah itu salah satu koki istana atau seseorang yang terkenal akan kemampuan memasaknya?" Ellard juga ikut bertanya.

"Hanya dia saja satu-satunya yang mampu membuat roti seenak itu. Bisa di bilang roti itu sangatlah berbeda dengan semua roti yang kalian tahu."

"Benarkah seenak itu?" Lizbeth bertanya dengan mata berbinar ke arah Astra.

"Ya. Rotinya seenak itu."

"Jika saya punya kesempatan, saya ingin mencicipinya sekali saja." harapnya.

"Sepertinya kau bisa memakannya jika orang itu mau membuatnya." Astra berkata dengan melirik ke arah Allerca.

Allerca yang juga mendengarkan percakapan mereka, merasa terharu kepada Astra. Karena dengan baiknya, pria itu memuji masakannya. Dan bahkan mengatakan jika tidak ada seorang pun yang mampu menandingi roti buatannya.

When I Became the AntagonistWhere stories live. Discover now