3. Sihir

1.1K 123 0
                                    

Saat ini Allerca berada di ruang makan. Setelah beberapa hari dia berdiam diri di kamar, untuk pertama kalinya, dia makan malam bersama keluarganya. Disana juga, dia akan meminta bantuan ayahnya.

"Ayah, apa aku boleh meminta sesuatu?" tanya Allerca.

Ayahnya berhenti makan sejenak dan menatap ke arah Allerca. "Memangnya kau ingin meminta apa?"

"Bisakah aku mendapat gaun baru?" tanya Allerca.

"Gaun? Tentu saja kau bisa membelinya Allerca. Kau tidak perlu bertanya kepadaku dulu." ujar Ayahnya.

"Tapi, aku ingin meminta gaun yang berbeda. Aku ingin gaun yang penuh dengan permata yang mahal." ujar Allerca ragu.

Mendengar permintaan adiknya, Arnold mengeryitkan dahinya. "Kenapa kau ingin meminta gaun seperti itu? Apa kau tidak malu memakai gaun seperti itu? Jika aku yang memakainya, aku pasti akan merasa malu."

"Tentu saja kakak akan malu, kakak kan laki-laki. Memangnya ada laki-laki yang memakai gaun? Yang benar saja!" sindir Allerca.

Alrnold memutar bola matanya mendengar jawaban Allerca. Yang benar saja adiknya itu. Tentu saja mana ada laki-laki yang memakai gaun? Itu hanyalah perumaan saja, tentu saja jika itu adalah dirinya, dia pasti tidak akan mungkin memakai gaun seperti itu.

"Seperti pertanyaan kakakmu, ayah ingin bertanya kenapa kau ingin gaun seperti itu?" Zeon bertanya penasaran.

"Aku hanya berpikir memiliki gaun seperti itu saja. Tidak benar-benar aku pakai. Mungkin hanya akan aku pajang." ujar Allerca tidak peduli. "Apa tidak boleh? Jika ayah tidak mengijinkan, aku akan pakai uang sakuku saja. Tapi aku juga tidak yakin, apa uangku akan cukup untuk meminta dibuatkan gaun seperti itu." lanjut Allerca.

"Kau benar-benar memiliki selera yang aneh, ya?" Arnold menatap Allerca dengan pandangan aneh.

"Terserah aku dong! Kakak juga tidak akan memakainya. Kenapa kakak yang malah protes?" Allerca bertanya tidak suka ke arah kakaknya.

Sial! Kakaknya ini benar-benar mirip dengan kakaknya dulu. Pikir Allerca kesal.

Mendengar perdebatan kedua anaknya, Zeon menjawab permintaan Allerca. "Baiklah jika itu maumu."

"Ayah serius? Ayah tidak marah kan jika gaun itu dimintai harga yang tinggi?" tanya Allerca memastikan.

"Iya. Terserah kau saja."

"Terima kasih Ayah!" Allerca rasanya ingin berteriak kegirangan. Rencana untuk meminta bantuan ayahnya, berjalan sukses.

Astaga Allerca! Kau benar-benar beruntung terlahir di keluarga ini! Batin Allerca yang rasanya ingin menangis. Dibandingkan kehidupannya yang dulu, dikehidupannya yang sekarang dia tidak perlu ragu jika ingin meminta sesuatu.

"Dan untuk permintaanmu itu, besok ayah akan carikan desainer yang terkenal di Ibu Kota untuk datang ke sini." ucap Ayahnya.

"Sekali lagi, terima kasih Ayah." jawab Allerca dengan perasaan yang berbunga-bunga.

***

Ke esokkan harinya, sesuai janji ayahnya, desainer yang terkenal di Ibu Kota datang. Dia adalah laki-laki nyentrik menurut pandangan Allerca.

Bagaimana tidak! Gaya berjalannya saja berlenggak-lenggok seperti seorang model. Belum lagi cara bicaranya yang terlalu berlebihan.

Wow! Bagaimana bisa orang nyentrik seperti dia, menjadi desainer paling terkenal di ibu kota? Benar-benar mencengangkan! Pikir gadis itu.

Awalnya pertama kali melihat desainer itu, Allerca benar-benar tidak percaya, jika pria di depannya adalah seorang desainer yang terkenal di ibu kota. Tapi dia kembali mengingat sebuah pepatah, "Janganlah kau lihat sesuatu dari luarnya. Karena didalamnya, belum tentu sama dengan luarnya."

When I Became the AntagonistOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz