5. Ellard Dan Cassia

956 124 0
                                    

Rambut hitam segelap malam dan sepasang mata hitam yang tajam, dia adalah protagonis pria, Ellard Sachverio. Batin Allerca menatap pria yang memiliki wajah tampan itu.

Benar-benar pantas juga sih, jika dia dijadikan sebagai tokoh utama. Sudah tampan, dia juga calon Duke. Pantas saja, jika Allerca yang asli menyukai dia. Dia sempurna! Kembali batin Allerca berucap.

Lalu gadis pirang dan mata biru itu... apakah Cassia? Seperti yang diharapkan oleh tokoh utama wanita, dia benar-benar cantik. Pantas saja dia diibaratkan seperti bunga Azalea. Kecatikannya benar-benar memukau. Kembali batin Allerca berucap.

Lalu Allerca ini termasuk cantik, tidak sih? Kok aku malah menjadi tidak percaya diri begini? Kening Allerca mengeryit memikirkan hal itu.

"Al, kau kenapa?" tanya Arnold berbisik.

Arnold bertanya karena melihat kening Allerca mengeryit dan pandangan dari gadis itu tertuju kepada satu tempat saja. Dan setelah tahu apa yang ditatap oleh gadis itu, dia menyingkir dari kerumunan dan mendekati adiknya.

Allerca melirik kakaknya. "Kak, menurut kakak, antara aku dengan Cassia, mana yang lebih cantik? Ini menurut pandangan kakak sebagai laki-laki." tanya Allerca yang kembali menatap Ellard dan Cassia.

Lalu Arnold juga menatap apa yang ditatap oleh Allerca. "Kalau menurutku, Nona Vercydo memang lebih cantik darimu. Dia menggunakan pesonanya untuk memikat orang lain, termasuk Tuan Muda Sachverio." jawab pria itu.

"Begitu ya...." Allerca menghela napas.

"Tapi, Nona Vercydo juga menggunakan pesonanya itu, untuk membuat kecantikannya lebih unggul dari mu." Arnold kembali berucap dan menatap Allerca. "Dan menurutmu apa kau mempunyai pesona untuk memikat orang, seperti Nona Vercydo?" tanya Arnold.

"Pesona ya?" gumam Allerca.

Memangnya aku maupun Allerca yang asli punya pesona, ya? Tapi, sewaktu aku masih bernama Efrilta, bukankah, ada beberapa orang yang mengatakan suka padaku? Jadi aku punya pesona dong untuk memikat mereka. Tapi pesonaku apa? Seingatku juga, aku kan bukan orang yang suka menonjolkan diri, kecuali jika itu prestasi. Jika prestasi, aku kan sangat suka menonjolkannya. Kalau bukan prestasi, aku kan lebih suka tidak menonjolkannya. Dan bahkan, yang tahu aku bisa bela diri saja, hanya keluargaku dan sepupuku saja yang tahu. Batin Allerca berpikir.

"Entahlah, aku punya pesona atau tidak. Meskipun ada pun, aku juga tidak tahu apa pesonaku itu." jawab Allerca dengan mengangkat bahunya.

"Ngomong-ngomong, bukankah, kau menyukai Tuan Muda Sachverio? Tapi ucapanmu kemarin, entah kenapa aku merasa, sepertinya kau sudah tidak menyukainya lagi." tanya Arnold.

"Aku memang sudah tidak menyukainya lagi. Karena aku baru sadar akan satu hal. Dia, Tuan Muda Sachverio itu, pria paling tidak peka yang pernah aku kenal." ujar Allerca sedikit kesal.

Bagaimana bisa dia melupakannya. Menurut pengamatannya, Ellard adalah pria yang tidak peka. Terkadang, Allerca merasa gregetan sendiri jika menceritakan ketidak pekaan Ellard dalam novel. Bahkan dia pernah berpikiran seperti ini, "Bagaimana bisa ada pria paling tidak peka seperti Ellard? Beruntung saja kau hanyalah karakter dalam novel. Jika kau benar-benar nyata, aku tidak yakin bisa menghadapi ketidak pekaanmu itu."

Tapi sekarang? Dia benar-benar nyata!

"Begitukah? Jadi dia tidak peka?" Arnold mengeryit mendengarnya.

"Begitulah."

Allerca kembali menatap Cassia dan juga Ellard. Memang sejak tadi, dia menatap ke arah kakaknya ataupun menatap sekelilingnya. Tapi wajahnya sedikit terkejut, saat matanya bertemu dengan mata Cassia. Dan hal yang paling mengejutkan adalah, wanita itu malah tersenyum lebar setelah menatap dirinya dan terlihat tengah berjalan ke arahnya.

When I Became the AntagonistWhere stories live. Discover now