17 Pregnant?

2.8K 232 33
                                    

Mimik wajah yang ketara khawatir, menandakan bahwa sekarang dia sedang tidak baik-baik saja, kakinya sedari tadi tidak diam, berjalan kekiri dan kekanan seperti orang tidak tau arah. Bibirnya dia gigit kuat, lama-lama dia sangat resah dan gundah. Sudah satu jam lamanya Jian berdiam diri menunggu Kalana yang di periksa dokter di dalam sana.

Tadi setelah Jian memeluk tubuh Kalana, gadis itu tiba-tiba saja langsung ambruk tidak sadarkan diri, entah itu karena syok bertemu lagi dengan dirinya atau hal yang lainnya. Dia tidak tau pasti.

Dengan panik Jian langsung saja mengangkat tubuh tak sadarkan diri Kalana tadi, meninggalkan motor dan menyuruh Jayden untuk memanggil orang rumah agar mengantarkan mobil kepada dirinya. Setelah mobil datang, dengan tergesa Jian memasukinya dan menyuruh sang supir untuk langsung pergi ke rumah sakit. Mungkin karena terlalu panik, Jian tadi sempat membentak sang supir yang menjalankan mobilnya pelan.

Cklek

Pintu yang satu jam lalu tertutup rapat, kini kembali terbuka. Menampilkan sosok seorang dokter dengan jas kebanggaannya, Jian yang tadi berjalan kekanan dan kekiri sontak saja menghentikan langkah risaunya itu. Dan langsung saja mendekati sang dokter dengan pertanyaan yang membabi buta.

“Dia kenapa dok?”

“Istri saya kenapa dok? Dia ga papakan?”

Sang dokter hanya tersenyum melihat kelakuan pemuda di hadapannya, wajahnya yang panik membuat dokter tidak bisa menahan senyumannya.

“Bisa ikut dengan saya sebentar? Saya akan jelaskan kepada kamu, kondisi istri kamu sekarang bagaimana?” pinta sang dokter sambil menatap Jian tersenyum, Jian mengangguk dan tidak lama mengikuti langkah sang dokter. Yang membawanya entah kemana.

“Semoga Kalana enggak kenapa-napa, kalau sampai dia sakit atau semacamnya gue yang ngerasa bersalah.”

————

“Jadi keadaan istri saya gimana dok? Baik-baik aja atau gimana? Dia enggak kenapa-napakan?”

Setelah sampai di ruangan itu Jian bertanya dengan tergesa, tidak membiarkan sang dokter untuk menjelaskan apa yang terjadi kepada Kalana, membuat sang dokter sedikit meringis pelan di buatnya. Cerewet sekali pria ini, pikir dokter itu.

Dengan senyuman manis dokter itu pun berucap. “Selamat ya, bentar lagi kamu jadi ayah,”

“A-apa?”

Mulut Jian menganga lebar, matanya juga membulat sempurna merasa tidak percaya dengan ucapan sang dokter di hadapannya. Heol apa katanya? Jadi ayah? Yang benar saja!

“Ja-jangan bercanda dok, saya ga suka. Dokter kalau ngucap tuh baca dulu bismillah, biar sa-saya e-enggak kaget.” Tergagap Jian masih tergagap. Membuat sang dokter mendengus kesal, anak jaman sekarang memang sungguh menyebalkan! Dia sangat menyepelekan keahlian seorang dokter.

“Saya enggak bercanda! Istri kamu lagi hamil, usia kandungnya baru memasuki usia satu minggu. Jadi saya mohon sama kamu, tolong jaga kesehatan dia dan pola makannya ya? Karena saya lihat kondisi tubuhnya sangat lemah dan rentan. Apalagi dia masih muda, jauhkan dia dari pikiran negatif dan kalau bisa selalu awasi dia.” Jelas sang dokter sedikit emosi, dengan tangan yang mengambil sesuatu di dalam laci.

“Ini obat yang kamu harus tebus, obat hamil sama vitaminnya, jangan lupa di tebus ya. Kalau gitu kamu bisa pergi, sekali lagi selamat ya, jadi ayah muda ciee.”

Jian mengucapkan kata terimakasih terlebih dahulu, kakinya langsung saja melangkah pergi meninggalkan ruangan dokter tadi, sekarang tujuan Jian ingin membeli dulu obat dan vitamin. Dan setelahnya Jian akan pergi menemui Kalana di sana, dengan semangat Jian tersenyum-senyum seperti orang yang tengah kasmaran.

————

Pandang yang Kalana lihat lebih dulu adalah atap putih serta lampu yang menyilaukan mata, bibirnya meringis pelan merasakan sakit yang teramat di kepalanya, tangan Kalana dengan spontan memijat kepala itu pelan.

“Shhh.”

“Mana ya sakit?”

Pijatan tangan yang berada di atas kepala itu langsung terhenti, sekarang matanya tertuju ke satu arah dimana asal suara itu berada. Selama ini Kalana mati-matian bersembunyi dari sosok Jian, yang sekarang ada di hadapan dirinya. Tapi dengan mudanya Jian menemukan dirinya. Ya meskipun harus memakan waktu satu bulan.

“Ada yang sakit ya? Di mana?” tanya Jian sedikit panik, Kalana hanya bisa menatap Jian dengan tatapan aneh.

“Gue enggak kenapa-napa.”

Akhirnya Kalana menjawab, membuat Jian sedikit lega mendengarnya.

“Gue mau pulang!” Kalana ingin bangkit, tapi Jian dengan sigap menahannya, dan membaringkan kembali tubuh yang masih terasa lemas itu.

“Jangan dulu pulang, kondisi lo masih belum sembuh total,” jelas Jian menatap tajam Kalana. Tapi Kalana tidak mendengarkan perkataan Jian ia lama menantang.

“Tapi gue enggak betah pengen pulang!” kekeuh Kalana sambil berusaha melepaskan diri dari Jian.

“Bisa ga sih turutin dulu perkataan gue, tubuh lo masih lemes, seenggaknya kasian sama anak yang lo kandung!”

Perkataan Jian langsung saja membuat Kalana terdiam kaku, mata dan tangannya secara spontan menatap sambil memegang perutnya yang masih datar.

“I-ini?” tanya Kalana menatap Jian sekilas tidak percaya. Merasa terganggu dengan perkataan Jian barusan.

“Iya lo lagi hamil. Dan gue mohon sekali ini aja, dengerin omongan gue.”

Dan boom semuanya di luar dugaan..



















































Tbc

Gimana part ini? Kurang nyambung kan? Maaf banget ya, soalnya di tengah jalan ide langsung boom ilang entah kemana 😆 masih untung ini bisa lanjut juga😆
Makasih banget loh udah mampir dan kasih dukungan sama cerita aku ini..

Jangan lupa tinggalkan jejak 🌠🌠
Terima kasih karena sudah mampir, banyak typo sorry banget ya, soalnya langsung aku publikasi tanpa di baca dulu. Cerita hanya fiksi! Dan hasil pemikiran aku sendiri!

Young Wife II Park Jihoon [End] ✔️Where stories live. Discover now