03 Right choice

2.4K 279 10
                                    

Happy reading









































Sadari tadi Giselle bergerak gelisah di tempatnya, hatinya resah dan gundah, memikirkan Jian yang belum saja pulang kerumah. Padahal jam sudah menujukan pukul setengah duabelas malam, dia takut terjadi sesuatu dengan Jian, tidak biasanya pria itu semarah ini, kalau pun marah pasti nanti Jian akan luluh juga.

“Ck Jian kemana sih!”

Mata Giselle menatap gelisah ke depan pintu dengan tubuh yang tidak diam, berharap pintu itu terbuka dan menampilkan wajah tampan suaminya.

“Jiandra kamu kemana sih,”

Mata bulatnya mulai berkaca-kaca serta bibir yang di gigit kuat, menahan erangan yang akan segera keluar. “Enggak bisa di biarin, aku harus nyu--”

Klek

Akhirnya pintu terbuka, menampilkan Jian dengan wajah lelahnya. Tidak ada senyuman bahkan sapaan yang biasanya Jian lakukan. Hanya raut wajah lelah yang Giselle bisa lihat.

“Dari mana aja Jian! Aku khawatir.”

Giselle berlari dan langsung memeluk tubuh tegap Jian, membuat pria itu oleng sedikit karena terkejut dengan perlakuan istrinya tersebut yang tiba-tiba saja memeluknya erat.

“Aku baik-baik aja,” balas Jian sambil membalas pelukan sang istri. Sesekali mengecupi puncak kepala Giselle sayang.

Rasa lelahnya seketika hilang, tergantikan dengan rasa nyaman dan tenang yang selalu Jian dapatkan saat bersama Giselle, dan hanya Giselle yang bisa membuat Jian seperti ini. Tanpa terkecuali. Melupakan pertengkaran mereka tadi.

“Kamu bohong Ji!”

Giselle menggeleng di dalam dekapan hangat Jian, dia tidak percaya dengan apa yang Jian ucapkan barusan.

“Aku enggak bohong sayang, aku cuma santain pikiran aku aja, yang pusing mikirin permintaan kamu itu!”

Suara Jian terdengar tegas di akhir kalimatnya, menekan kata permintaan yang membuat Giselle meneguk ludahnya kasar. Apakah permintaan Giselle salah? Dia hanya ingin Jian bahagia. Apa salahnya mencoba?

“Padahal itu demi kebaikan kamu loh Ji.” Cicit Giselle pelan yang masih bisa di dengar oleh Jian.

“Kebaikan apanya hah!”

Kali ini kesabaran Jian sudah habis, dia tidak bisa mengontrol emosinya, melepaskan pelukan hangat itu dengan kasar dan menatap Giselle tajam.

“AYO NGOMONG KEBAIKAN APA GISELLEA!”

Jian mencengkeram bahu Giselle kuat, membuat Giselle meringis kecil. “DEMI KEBAIKAN KITA, BIAR BISA PUNYA KETURUNAN!”

“KAMU TAU KAN! AKU ENGGAK BISA NGASIH KAMU KETURUNAN! MAKA DARI ITU AKU MINTA KAMU BUAT NIKAH LAGI, UDAH DUA TAHUN KITA NIKAH! TAPI SAMPAI SEKARANG MANA ENGGAK ADA HASILNYA! TOLONG NGERTI JIAN!” teriak Giselle tepat di hadapan wajah Jian, Jian? Tentu saja pria itu terkejut dengan apa yang Giselle lakukan. Terkekeh pelan Jian pun berucap.

“Harusnya kamu yang ngerti Gi. Aku udah bilang enggak mau enggak mau, tapi kamu maksa selalu.” Lirih Jian menatap Giselle dengan tatapan sendu.

“Kalau itu emang kemauan kamu, maka bakal aku lakuin,” final Jian pada akhirnya dia mengalah. Menatap Giselle dingin dengan kecewa terlihat di sana.

“Tapi, jangan nyesel setelahnya.”

Giselle mematung dengan ucapan terakhir yang keluar dari mulut Jian, ada rasa bahagia dan sedih secara bersamaan menghantam hatinya. Apakah permintaan sudah benar? Tidak salah bukan? Ya semoga saja.

Tiba-tiba setitik senyuman manis terukir dari bibir cantik Giselle. “Aku tau siapa yang pantas jadi istri kedua kamu Ji, semoga ini yang terbaik,”

💐YOUNG WIFE💐


Kalana mengetuk-ngetukan jari telunjuknya dengan bosan, menunggu seseorang yang tadi malam mengirim pesan kepada dirinya untuk bertemu, katanya ada hal penting yang orang itu ingin katakan.

Hari ini Kalana tidak bekerja, dia meminta izin kepada sang atasan untuk cuti satu hari, dengan alasan tidak enak badan. Memang benar tidak ada yang salah karena Kalana tidak sepenuhnya berbohong.

Tring

“Ah maafin kak, ya Kalana, pasti kamu lama nunggu kakak kan.”

Seorang wanita cantik datang dengan langkah terburu-buru, mendekati Kalana dengan senyuman cantik yang tidak hilang dari bibirnya. Membuat Kalana mau tidak mau ikut tersenyum.

“Ah Kak, enggak sama sekali. Kala baru aja sampai kok.” Balas Kalana berdiri dari duduknya, dan memeluk tubuh ramping itu erat.

“Kalana kangen banget sama kakak,” bisik Kalana sambil merengek, membuat Giselle tertawa gemas sambil mengusap kepala Kalana pelan. Memegang tangan Kalana pelan membawanya untuk duduk kembali.

“Kak juga, gimana kabar kamu Kala? Kak lihat kamu makin cantik dan imut aja.” Canda Giselle, ya wanita itu adalah Giselle, yang semalam mengirimkan pesan kepada Kalana untuk bertemu dirinya hari ini, katanya ada hal penting yang ingin Kalana bicarakan.

“Aku baik-baik aja kak.” Balas Kalana terlihat malu-malu sambil tersenyum manis. Lihatlah pipinya yang memiliki lesung pipit langsung merah, terlihat jelas sekali membuat Giselle lagi-lagi gemas di buatnya.

“Syukurlah,”

Mata Giselle menatap lembut Kalana, apakah dia harus membicarakan hal ini sekarang? Dia sudah tidak sanggup menahan ini sendirian.

“Apa kamu tau, untuk apa kak minta kamu datang dan ketemu sama kak?” tanya Giselle dan di balas gelengan tidak tau oleh Kalana.

Giselle tersenyum dan tidak lama menghela napas panjang. “Mungkin ini bakal kedengeran konyol dan enggak masuk akal, dan mungkin juga kamu bakal kaget dan langsung menolak. Tapi kak harap kamu mau nerima.” Jelas Giselle panjang lebar.

“Emangnya apa yang kak mau omongin?”

Kalana menatap Giselle penasaran, dengan mata yang mengerjap pelan, sedangkan Giselle hanya diam sambil menatap Kalana dengan pandangan serius. Hatinya seketika gundah tapi keinginannya sangat besar, hingga lima kalimat yang keluar dari bibir Giselle membuat Kalana tercengang dan nyaris saja terkena jantungan.
























Nikah sama suami kak, kak mohon.


























[Tbc]

Hayo Giselle ngegas😅 sorry for typo.. Karena aku langsung publikasi tanpa baca dulu. Cerita hanya fiksi tidak untuk di sangkut paut kan dengan kehidupan nyata! Dan visualisasi yang aku pake!

Btw mau ngomong apa nih sama

Kalana?

Giselle?

Jian?

Terima kasih sudah mampir, vote komen semua🌠🌠

Good night mimpi indah 🌸🌸

See you....

Young Wife II Park Jihoon [End] ✔️Where stories live. Discover now