01 The beginning

6.4K 394 13
                                    

Happy Reading.
Meskipun cerita ini udah tamat, tapi vote masih bisa berjalan kok hehe, Dan masih mantau perkembangan ini cerita, terima kasih sebelumnya. Enjoy it.






“Huff..”

Helaan napas lelah terdengar dari bibir gadis manis. Yang sekarang menampilkan wajah sendu, menatap wanita paruh baya yang terbaring kaku di atas ranjang rumah sakit. Bibir yang dulu tersenyum lembut, kini tergantikan dengan bibir pucat pasinya.

“Ibu kapan bangun? Kala kangen loh.”

Kala atau lebih tepatnya Kalana Yujin Primata, gadis manis itu berucap lirih, dengan tangan yang mengusap lembut kepala ibunya. Berharap mata indah itu segera terbuka lebar, tapi setelah seminggu pasca melakukan operasi ibunya di nyatakan koma, entah sampai kapan mata indah itu akan terpejam.

Memang benar operasinya berjalan dengan lancar, tapi karena kondisi ibunya yang lemah. Membuat dia koma dengan waktu yang tidak bisa di tentukan.

Yang hanya bisa Kala lakukan hanyalah berdoa kepada tuhan, semoga ibu cantiknya segera sadar. Karena sumpah demi apapun Kalana sangat rindu dengan suara, tatapan lembut, bahkan pelukan hangat ibunya. Kalana sangat rindu rindu sekali.

“Kala pergi dulu ya bu? Mau kerja terlebih dahulu,”

Kala memeluk pelan tubuh kaku itu, berjalan pergi meninggalkan ibunya sendiri, berharap setelah dia kembali di sambut oleh senyuman manis milik sang ibu.

“Ayo Kalana Yujin, semangat demi ibumu!”

💐YOUNG WIFE💐

“UDAH AKU BILANG! AKU ENGGAK MAU NIKAH LAGI! APA KAMU ENGGAK MENGERTI GISELLE!”

Bentakan keras itu terdengar nyaring di mansion megah ini, suara yang keras membuat telinga berdengung, sedangkan sang wanita yang di bentak itu menatap sang lawan bicara tidak percaya.

“Jian, kamu bentak aku?!”

Giselle berbicara dengan mata yang memanas dan tidak percaya, serta suara yang terdengar bergetar. Menandakan sebentar lagi dia akan menangis.

Jian menggeleng. “Aku enggak bermaksud, maafkan aku sayang, maaf ya?”

Jian membawa Giselle ke dalam dekapan hangatnya, mengucapkan kata maaf karena telah membentak wanita yang di cintainya.

Jian marah dan kecewa, saat dia baru saja pulang dari kantor, dia malah di tanyai dengan pertanyaan yang membuatnya emosi. Di tambah dia sangat lelah karena pekerjaan yang menumpuk.

“Jangan ucapin pertanyaan itu lagi ya? Aku enggak mau nikah lagi sayang, cukup kamu aja, enggak papa kita enggak punya anak, asal kamu selalu sama aku itu aja udah cukup,”

Jian mengusap lembut surai panjang milik istrinya, mengecupnya dengan sayang. Berharap sang istri mengerti bahwa dia tidak ingin menikah lagi.

“Aku mohon nikah lagi Ji,” pinta Giselle yang masih berada di dekapan hangat Jian.

“Kamu cinta aku kan?” tanya Giselle mendongak menatap lamat wajah tampan Jian, Jian mengangguk kaku.

“Kamu enggak mau aku sedih kan?”

Lagi-lagi Jian mengangguk, “Maka nikah lagi aku mohon!”

Kali ini Jian menggeleng tegas, dengan rahang yang mulai mengeras. Merasa emosi dengan apa yang Giselle katakan. Sudah Jian katakan bukan? Dia tidak ingin menikah lagi! Tapi istrinya sangat keras kepala, setiap detik, menit, selalu menyuruhnya untuk menikah!

“Udah aku bilang enggak ya enggak!” tekan Jian melepaskan paksa pelukan itu, meninggalkan Giselle yang menatap punggungnya dengan tatapan sendu. Di iringi dengan keheningan malam.

“Aku cuma mau kamu bahagia Ji, karena kamu enggak akan ngerti.”








































“YAK KALANA, DARI MANA LO!”

Kalana meringis ngilu mendengar teriakan kenceng Raviksya Junkyu Arjuna teman laki-laki Kalana. Dia baru saja sampai di tempat pekerjaan dan mirisnya sudah di sungguhkah dengan suara cempreng milik sahabatnya.

“Lo telat lima menit! Untung si bos belum dateng, kalau udah dateng mati aja lo sono!” cerocos Arjuna sambil menarik kencang pergelangn tangan Kalana, membawa Kalana masuk dan mendudukkannya di kursi yang kebetulan sekali ada di sana.

“Kenapa bisa telat?”

Arjuna menatap Kalana intes, dengan tangan yang bertumpu di bahu gadis itu.

“Jalan macet Jun, di tambah tadi ke rumah sakit dulu buat jenguk ibu.” Jelas Kalana membuat Arjuna mengangguk mengerti.

“Lain kali kasih tau gue ya? Gue khawatir sama lo La, jangan terlalu mikirin orang lain, kesehatan lo juga lebih penting,”

“Tapi itu ibu gue!”

Kalana menatap Arjuna tajam, tidak terima dengan perkataan laki-laki ini barusan. Apa katanya? Jangan mementingkan kondisi orang lain.

Enteng sekali Arjuna mengatakan itu, andai saja dia yang di posisi Kalana. Pasti dia juga tidak akan terima bila Kalana mengatakan hal itu.

“Iss maksud gue bukan gitu.”

Arjuna berucap panik, dengan tangan yang menggoyangkan bahu Kalana pelan. Berharap Kalan tidak salah paham dengan ucapannya, tapi duganya salah gadis cantiknya sudah marah.

“Ya terus gimana hah?!” cercah Kalana kesal nan tajam.

“Maksud gue lo boleh mikirin kondisi orang lain, tapi lo juga jangan lupa pikirin kondisi lo juga ngerti.”

“Emang lo tadi bilang gitu kah? Setau gue beda,”

Jari telunjuk Kalana mengetuk-ngetuk di dagu, seperti orang yang sedang berpikir, demi tuhan bawa saja Arjuna ke rawa-rawa sekarang juga, dia sudah tidak sanggup memiliki teman yang semenyebalkan Kalana, dan yang paling sialnya sangat dia sayangi lebih dari apa pun.

“Terserah pusing gue sama lo.”

Arjuna mendengus kesal dan tidak lama pergi meninggalkan Kalana sendiri, berniat ingin melayani pembeli yang kebetulan sekali datang tanpa permisi, sedangkan Kalana yang tidak mengerti hanya bisa mengerjapkan matanya pelan. Ada apa dengan Arjuna pikirnya.

“Arjuna marah?” gunamnya pada diri sendiri, dan tidak lama matanya membulat sempurna.

“Ya Junkyu marah-- ARJUNA MAAFIN YUJIN HUEEE.”

Dan dari sini lah kesabaran Arjuna di uji..

































[Tbc]

Cerita hanya fiksi!
Jangan lupa tinggalkan vote komen 🌠🌠

Update sebelum hiat, ga tau bisa balik kapan..

***

Raviksya Junkyu Arjuna

Raviksya Junkyu Arjuna

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Young Wife II Park Jihoon [End] ✔️Where stories live. Discover now